be grateful with what you have

“cheer up. i’m sure that you have something that only you can do.”

-Karasuma Ouji-

seseorang pernah mengatakan kepada gw, betapa (kadang) ada rasa rendah hati muncul dalam diri manusia. maksudnya, perasaan ‘tidak bisa melakukan apa-apa’ atau ‘selalu kalah dalam segala bidang’. dan kadang, hal ini bisa menimbulkan perasaan ‘sedih-campur-minder-campur-tidak-berdaya’. ini hal yang normal dialami manusia, sih. maksud gw, tidak peduli betapapun baiknya seseorang, betapapun cerdasnya seseorang, betapapun jagonya seseorang, perasaan seperti itu pasti ada. ini menyangkut pribadi juga, sih.

ada sebuah contoh yang baik tentang potensi diri.

ada seorang anak yang tipe pekerja keras. dia selalu berusaha keras untuk mendapatkan nilai-nilai yang baik di sekolah, baik pelajaran maupun olahraga. sayangnya, kemauan dan kerja kerasnya ini tampaknya belum bisa terbayarkan dengan baik oleh hasil yang memuaskan. nilai-nilai yang diterimanya, walaupun tidak buruk, tidak bisa dikatakan istimewa. mungkin, bisa dikatakan sebagai rata-rata, dan kadang sedikit di atas. tapi ia memiliki sikap yang ramah, dan bisa dikatakan tidak ada orang yang membencinya di kelas.

hanya saja, anak ini memiliki minat dan kemampuan dalam membuat prakarya. meskipun demikian, nilai apa yang bisa disumbangkan ke buku rapornya dari minatnya itu? mungkin, yang bisa dipikirkannya adalah mengembangkan hobinya itu sebagai minat pribadi.

suatu hari, kelasnya mengadakan pertunjukan drama. sebagai salah seorang siswa, ia mencoba membantu. tidak di peran utama, sebab ia bukan pemain. ia membantu di bidang dekorasi dan perlengkapan. tapi ia mengerjakannya dengan baik. apa yang menjadi minat dan kemampuannya ia salurkan dengan baik, dan menghasilkan dekorasi dan perlengkapan yang ‘bagus dan memuaskan’ untuk drama tingkat kelas di SLTP.

berikutnya, ketika ada seseorang yang membutuhkan bantuan dalam pembuatan prakarya atau karya seni kerajinan tangan atau sejenisnya, maka nama si anak selalu ditunjuk oleh rekan-rekan sekelasnya. hal yang tidak salah, sebab ia telah membuktikan hasilnya.

dunia ini luas. terlalu luas untuk ditafsirkan hanya sebatas ‘nilai rapor dan kemampuan olahraga’ (ketika kita menjalani periode sekolah). demikian juga, dunia ini masih terlalu luas, jauh terlalu luas, ketika ditafsirkan hanya sebatas ‘indeks prestasi dan kemampuan berorganisasi’ ketika kita menjalani periode kuliah. ada banyak, banyak sekali hal yang jauh lebih berarti di dunia ini, yang seringkali tidak kita sadari karena kita hanya terpaku dengan masalah ‘rapor dan olahraga’ atau ‘akademis dan organisasi’.

oleh karena itu, ketika seseorang mengatakan bahwa ‘saya tidak bisa apa-apa’, maka mungkin ia salah besar. dan ketika kita melihat nilai-nilai yang ada di rapornya, atau catatan dari guru olahraganya, dan (mungkin setelah melihat hasil yang kurang memuaskan) kita ikut setuju dengan perkataannya, mungkin kita juga salah besar.

semua orang punya potensi. masalahnya, apakah mereka akan menemukannya atau tidak. dan yang jelas, ‘potensi’ tidak bisa dikotak-kotakkan sebatas ‘rapor dan olahraga’ atau ‘akademis dan organisasi’. Nobita Nobi dalam anime ‘Doraemon’ bisa dibilang ‘tidak bisa melakukan apa-apa’. nilainya buruk dan ia tidak bisa olahraga. tapi dia memiliki bakat yang besar dalam bidang menembak. Thomas Alva Edison dihina dan dianggap bodoh selama bertahun-tahun, tapi dia membangun Menlo Park dan menyumbang hal yang besar untuk kemajuan dunia. silakan cari contoh yang lain.

tentu saja, ketika kita mengatakan ‘saya tidak bisa apa-apa’, maka kita mungkin salah besar. mungkin? yah. sebab, keberhasilan itu soal sikap, bukan soal anugerah. kalau sudah bilang begitu, gagal saja! mungkin seseorang memiliki potensi tertentu. tapi ketika ia bahkan tidak mau berusaha untuk menemukannya (dengan perkataan ‘saya tidak bisa apa-apa’ yang tadi), ya begitulah adanya. kalau anda bilang begitu, maka anda memang seperti itu. pikiran menentukan sikap, dan sikap menentukan karakter.

dan yang paling penting: bersyukur. be grateful with what you have. bersyukur dengan apa yang kita miliki. dan ini soal sikap. mungkin kita tidak bisa mendapatkan nilai 9 di rapor kita untuk semua pelajaran, tapi itu tidak masalah, sejauh kita telah mengusahakannya sekuat tenaga. mungkin kita tidak bisa mendapatkan IPK mendekati 4.0, tapi itu tidak masalah. mungkin kita tidak bisa melakukan lay-up dengan baik di lapangan basket, atau catatan sprint kita masih di level belasan detik, tapi itu semua tidak masalah. satu catatan: hanya bilang seperti itu setelah kita berusaha sekuat tenaga!

semua orang punya potensi. beberapa mungkin menemukan dan mengembangkannya dengan baik. beberapa mungkin menemukannya, tetapi tidak mengembangkannya dengan baik. beberapa mungkin tidak bisa menemukannya. mungkin kita akan menemukan potensi kita di bidang yang tidak kita duga. tapi sekali lagi, dunia itu luas. jangan pernah memandang dunia hanya sebatas ‘rapor dan olahraga’, atau ‘akademis dan organisasi’.

bagaimanapun, bersyukurlah. tidak ada gunanya menyesali diri sendiri, apalagi sampai iri kepada orang lain. setiap kita adalah unik. dan tidak ada seorangpun yang lebih rendah daripada yang lain.

psikologi pemasaran

beberapa waktu yang lalu, gw pergi ke ke sebuah tempat di daerah Kemayoran. yah, tempat ini biasanya disebut oleh orang sebagai ‘Pekan Raya Jakarta’ atau ‘Jakarta Fair’ atau ‘PRJ’. sebenarnya tidak ada yang istimewa amat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (gw sudah beberapa kali datang ke PRJ dalam beberapa tahun terakhir), tapi ada hal yang menarik (yang sebenarnya terjadi setiap tahun), dan selalu menjadi pemikiran gw setiap kali pulang dari PRJ. yah, sekarang gw coba menuliskannya di sini.

ada yang pernah pergi ke PRJ? kalau anda pernah mendatangi Pekan Raya yang diadakan cuma sekali setahun ini, anda mungkin menyadari bahwa ketika anda membeli tiket masuk, anda tidak hanya akan menerima tiket, tetapi juga beberapa lembar potongan kupon untuk digunakan dalam pembelian beberapa item di arena PRJ. biasanya, kupon tersebut bertuliskan ‘tukarkan kupon ini di counter’ berikut harga barang-barang yang bisa ditukarkan dengan harga ‘spesial’ di counter-counter tersebut dengan menyerahkan potongan kupon yang kita miliki. contohnya misalnya ‘tukarkan kupon ini di counter kami, dan anda bisa mendapatkan dua buah minuman kotak dengan membayar hanya seharga Rp 3.000,-‘

…ada yang sudah menyadari triknya? kalau belum, silakan teruskan membaca.

sebenarnya, kupon itu bukanlah kupon bohongan. maksudnya, bila anda membeli tanpa menggunakan kupon, anda memang dikenai charge yang lebih besar. yah, jadi memang ada perbedaan antara ‘beli dengan kupon’ dan ‘beli tanpa kupon’. tapi ada beberapa poin yang penting di sini.

satu. harga yang ada di kupon tidak lebih rendah dari harga normal yang ada di pasar. biasanya sama, atau dalam beberapa kasus (yang jarang terjadi) sedikit lebih mahal. jadi, sebenarnya kupon tersebut tidak memberikan keuntungan yang signifikan dibandingkan ketika kita membeli item tersebut di luar arena.

misalnya begini. dalam salah satu kunjungan, gw menerima sebuah kupon seperti ini: ‘tukarkan kupon ini untuk mendapatkan 1 pc hamburger dan 2 botol jus dengan menambahkan rp 10.000,-‘. kalau dipikir-pikir, harga satu botol jus 500 ml paling mahal adalah rp 3.000,-. dan harga satu pc hamburger yang ‘seperti itu’ kira-kira rp 4.000,- kalau gw beli di dekat rumah. jadi? totalnya memang rp 10.000,-. sama sekali bukan penawaran yang ‘lebih murah’ atau ‘diskon’. walaupun demikian, kalau anda mencoba membeli tanpa kupon, charge-nya akan lebih tinggi. jadi memang kuponnya tidak bohong, sih.

dua. kalau anda berpikir bahwa ‘dengan menggunakan kupon, saya mendapatkan keuntungan dibandingkan orang lain karena bisa beli lebih murah’, anda salah besar. kenyataannya, setiap produsen yang memberikan kupon bisa dikatakan tidak mengharapkan ‘pembelian di luar kupon’.

tidak percaya? coba kita buktikan. setiap orang yang masuk ke arena harus memiliki tiket. dan kupon-kupon ‘spesial’ tersebut diberikan bersamaan dengan tiket. jadi? bisa dikatakan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama dalam mendapatkan ‘harga spesial’. jadi, paradigmanya terbalik: bukannya orang-orang dengan kupon yang beruntung, tetapi justru orang-orang yang membeli tanpa kupon itu sial. kenapa begitu? sebab semua orang memiliki kesempatan untuk membeli dengan ‘harga spesial’. seluruh pengunjung yang ada di arena memiliki kupon. dan berapa orang sih yang mau membeli, misalnya, satu botol jus lagi untuk diminum di lokasi setelah mendapatkan tiga botol jus dengan ‘harga spesial’?

jadi, dalam kasus ini, produsen justru memperhitungkan pembelian dengan kupon sebagai ‘margin standar’, sementara adanya pembelian tanpa kupon sebagai ‘margin atas’. tentu saja, ini berarti pembelian tanpa kupon dianggap sebagai sesuatu yang ‘bagus kalau ada, tapi kalau tidak ya tidak apa-apa’.

tiga. item yang ada di kupon biasanya bisa ditukarkan dengan ‘harga spesial’ dengan jumlah tertentu (yang biasanya lumayan banyak). misalnya begini. tukarkan kupon dan rp 10.000,- untuk burger dan 3 botol jus 500 ml. atau tukarkan kupon dan rp 18.000 untuk 2 pcs burger ukuran besar dan 1 botol jus 500 ml.

jumlah demikian bukanlah untuk konsumsi satu orang. tujuannya? ketika kesan ‘harga spesial’ muncul di benak pengunjung, pada saat itu pula pembelian barang ‘dipaksa’ untuk terjadi dalam jumlah agak banyak. keuntungan produsen di sini. tentu saja, sebab dengan semakin banyaknya barang yang dibeli, keuntungan produsen akan semakin meningkat. dihubungkan ke poin kedua, maka hampir dapat dipastikan (kecuali mungkin beberapa outlier) bahwa pembelian tanpa kupon hampir tidak mungkin terjadi. apalagi dengan kenyataan bahwa pengunjung biasanya datang berombongan, mengakibatkan kemungkinan share barang hasil pembelian dengan kupon.

empat. strategi ‘beli dengan kupon’ adalah praktek pemasaran dengan pendekatan psikologis yang cerdas. pemberian kesan ‘harga spesial’ (padahal semua pengunjung bisa mendapatkannya) mengakibatkan calon pembeli merasa eksklusif (karena merasa mendapatkan keuntungan). demikian juga penggunaan kupon sebagai media promosi yang personal kepada calon pembeli merupakan suatu hal yang ‘menjamin tersampaikannya promosi’.

dan pendekatan personal ‘kupon dan harga spesial’ ini sebenarnya yang membedakan dengan pendekatan personal yang biasa (misalnya flyer atau leaflet). kenapa? karena kupon. ketika calon pembeli mengetahui (atau merasa) bahwa ada keuntungan yang akan diperolehnya, maka secara otomatis image dari produk akan tertanam dalam benak calon pembeli tersebut. hal ini yang membedakan dengan promosi personal yang biasa. adanya perasaan ‘ada keuntungan yang diraih dari produk yang dipromosikan’ akhirnya mengakibatkan promosi dengan konsep ‘kupon dan harga spesial’ lebih efektif.

kesimpulannya? yah, bisa dikatakan konsep pemasaran dengan ‘kupon harga spesial’ adalah praktek pemasaran yang menumpukan taktiknya pada aspek psikologis calon konsumen. dan kalau menurut gw sih, ini cara yang cerdas. apalagi ketika dihadapkan kepada kenyataan bahwa pengunjung umumnya sebagian besar adalah wanita (yang cenderung menggunakan ‘matematika keuntungan’ dalam keputusan membeli atau tidak membeli), maka taktik seperti ini dapat diharapkan untuk berjalan dengan efektif.

…gw bertanya-tanya, berapa besar anggaran dari departemen pemasaran perusahaan produsen yang dikeluarkan untuk membayar psikolog dan pengamat sosial. cara-cara seperti ini cukup cerdas juga, sebenarnya.

peraturan itu…

…untuk dipatuhi?

…untuk dilanggar?

…untuk dicari celahnya?

well, sebenarnya hal seperti ini sangat tergantung kepada masing-masing individu. maksudnya, kadang memang ada individu yang ‘selalu mencari keuntungan’, dan ada juga individu yang ‘komitmen dengan apa yang disetujui’. yah, ini tergantung orang, sih.

gw adalah orang yang goal-oriented. maksudnya, kadang gw agak kurang suka kalau ada terlalu banyak peraturan yang rasanya malah ‘menghalangi jalan gw dalam melakukan sesuatu’. bukan. mungkin lebih tepat kalau disebut sebagai ‘membuat susah hal yang sebenarnya gampang’. tapi nggak masalah, sih. gw cukup bisa menerima peraturan – sejauh gw anggap peraturan itu bukan sebagai sesuatu yang memberatkan. maksudnya? yah, kira-kira suatu keadaan di mana ‘ada keteraturan, tapi tidak sampai membatasi ruang gerak gw’. begitulah pokoknya.

dan kadang, sifat gw yang ‘agak semaunya’ dalam mengerjakan sesuatu (yang penting hasilnya, kan?) membuat gw agak ‘merasa gimana-gitu’ ketika dihadapkan pada peraturan yang prosedural dan protokoler. terlebih, ketika gw dihadapkan pada kenyataan bahwa gw harus menjadi ‘penegak peraturan’. waduh. padahal gw agak kurang suka dengan segala hal yang berbau protokoler, apalagi komando!

tapi dalam kasus ini, gw (untungnya) tidak harus sampai bertingkah sebagai seorang komandan yang strict dalam menegakkan peraturan – hal yang paling gw benci adalah ketika gw disuruh-suruh orang dan tidak boleh bertanya. apalagi kalau gw harus menjadi orang seperti itu!

OK, sebelum anda pembaca mungkin tambah bingung, mari kita perjelas dulu situasinya.

ini terjadi beberapa waktu yang lalu. jadi ceritanya, gw sedang dalam keadaan di mana sesuatu yang ‘penting’ sedang terjadi. pembuatan tata tertib. maksudnya, pembuatan peraturan yang akan disetujui dan dilaksanakan bersama. dan hal ini dilakukan secara demokratis – setiap peserta berhak mengajukan pendapat, dan setiap pendapat memiliki hak yang sama untuk dipertimbangkan.

sebenarnya, gw nggak masalah dengan adanya peraturan. menurut gw, itu adalah hal yang bagus. keteraturan itu perlu. tapi, ketika sampai ke bagian redaksional yang esensinya kayaknya di situ-situ saja (dan semakin berputar-putar nggak jelas!), gw mulai merasa bosan. kayaknya pembahasan nggak maju-maju, padahal menurut gw masalahnya sudah jelas sekali di depan gw. whatever, yang akhirnya bisa gw lakukan hanyalah berusaha supaya perdebatan tadi ‘tidak sampai berputar-putar nggak jelas dan cepat selesai’.

OK. akhirnya peraturan yang disepakati dan (seharusnya) ditaati bersama selesai. gw agak lega, walaupun gw tahu: peraturan seperti ini tidak akan ditaati oleh seluruh orang yang menyepakatinya. dan secara jujur, gw bahkan tidak yakin bahwa ada yang ingat isi pasal-per-pasalnya (duh…)

dan gong-nya adalah kenyataan bahwa gw ditunjuk sebagai salah satu ‘penegak peraturan’ yang harus memantau orang-orang yang menyepakati peraturan tersebut. maksudnya? yah, menyatakan pelanggaran, memberikan teguran, dan sebagainya. sebenarnya, ini bukanlah hal yang akan gw lakukan dengan senang hati. masalahnya, gw juga tidak merasa memiliki keberatan soal itu… yah, mungkin bisa dikatakan bahwa pada saat itu keadaan gw ‘tidak menolak’, bukannya ‘mau dengan senang hati’. yah, begitu deh.

jadi. akhirnya. seperti perkiraan gw semula. peraturan yang disepakati sendiri, akhirnya malah kebanyakan dilanggar sendiri. atau mungkin ‘tidak dilanggar, hanya menggunakan celah yang ada dari peraturan’. tuh kan. sejak awal gw sudah tahu bahwa hal seperti itu tidak ada gunanya diperjuangkan, apalagi sampai ada debat kusir yang berkepanjangan. toh akhirnya begitu juga.

tapi ada masalah kecil. gw sudah menyatakan komitmen sebagai salah satu ‘penegak peraturan’. jadi, dengan berat hati (walaupun mungkin beberapa orang tidak memandangnya demikian =P ), ada beberapa teguran atas pelanggaran yang dilakukan. yah, mohon maaf deh. gw juga bukannya suka hal yang protokoler seperti itu, tapi masalahnya, gw diberi tanggung jawab untuk melakukan itu. dan mungkin, walaupun gw tidak terlalu suka peraturan yang ‘strict dan mengikat’, setidaknya ada hal yang bisa gw katakan sebagai tanggapan terhadap keadaan tersebut: setidaknya, cobalah untuk mentaati hal yang sudah disepakati sendiri!

dan gw bertanya-tanya juga, sih. apa gunanya semua itu kalau begitu? buat apa segala debat kusir yang berkepanjangan dan sempat tidak jelas juntrungannya? apa gunanya peraturan yang telah disepakati kalau tidak ditaati oleh semua yang menyepakatinya?

nah. cukup ceritanya. apa hikmah dari pengalaman gw tersebut? setidaknya gw belajar beberapa hal.

satu. demokrasi kadang melahirkan inefisiensi yang dalam beberapa kasus malah tidak perlu terjadi. lihat contoh di atas. apa gunanya peraturan kalau cuma untuk dilanggar?

dua. ‘perasaan’ dan ‘komitmen’ adalah dua hal yang berbeda. dalam kasus kedua hal tersebut bertentangan, komitmen adalah prioritas utama.

tiga. selalu ada hal yang bisa dipelajari, bahkan dari keadaan yang mungkin ‘tidak sesuai harapan’. setidaknya, sesuatu tidak sia-sia.

___

pemikiran pribadi. silakan comment kalau ada tanggapan =)

mencintai dan kehilangan

“when people love something, they become weak. but it’s nothing to be ashamed of. only those who understand their weakness completely can become truly strong.”

-Tendou Souji-

ketika kita mencintai seseorang, kita menjadi lemah. itu benar. dan akan membuat kita semakin menderita ketika seseorang yang kita cintai begitu jauh dan tak teraih, atau ketika seseorang yang kita cintai meninggalkan kita. biasanya orang akan menderita karena hal seperti itu.

kalau dipikir-pikir, hal-hal seperti ini juga yang membuat gw agak-agak kurang concern soal beginian, tapi gw rasa gw sedang ingin menulis soal ini sekarang =)

kadang proses mencintai bisa menyakitkan. kadang proses yang menyakitkan bisa membuat orang tidak ingin lagi mencintai. kadang, hal seperti ini bisa membuat orang sangat ‘hancur, dan dalam beberapa kasus membuat orang ingin bunuh diri’. eh, ini beneran, lho. gw pernah ketemu dan melihat beberapa yang sampai kayak begini. menyedihkan, deh.

tapi itu bukanlah hal yang memalukan. maksud gw, proses mencintai adalah bagian dari hidup. mungkin kadang (atau sering?) kita akan merasakan sakit dan sedih yang kayaknya ‘betul-betul parah dan tidak tertahankan’ dalam proses ini. mungkin ketika kita kehilangan seseorang yang kita cintai, kita akan merasakan kesedihan yang tidak terkira. mungkin ketika kita menyadari bahwa ada orang-orang tertentu yang ‘hanya memanfaatkan perasaan kita’, kita akan merasakan perasaan ‘marah, sedih, dan muak’ yang luar biasa. mungkin…

tapi, hanya orang-orang yang mengerti kelemahan dirinya sepenuhnya yang bisa menjadi benar-benar kuat. dan kadang, ini menyangkut masalah ‘penerimaan’. maksudnya, menerima kenyataan. memaafkan diri sendiri. dan memaafkan orang lain. kadang, hal ini bisa begitu berat untuk dilakukan. apalagi dengan kenyataan bahwa kita adalah pihak yang (merasa) tersakiti. gw bukannya mau ngomong hal-hal yang sok-bagus dan sok-bijaksana di sini, tapi hal seperti itu memang kadang terasa benar-benar berat untuk dilakukan.

kadang, orang berpikir untuk ‘tidak ingin lagi mencintai’ setelah mengalami proses yang mungkin (sangat) menyakitkan dalam proses mencintai. kadang, orang berpikir bahwa ‘tidak apa-apa bersikap brengsek, karena semua orang sama saja’ setelah mengalami proses yang (lagi-lagi) mungkin (sangat) menyakitkan. kadang, orang berpikir ‘tidak apa-apa membenci orang yang dengan sengaja menyakiti kita’. banyak, deh.

dan hal-hal seperti ini juga yang membuat gw (sebenarnya) tidak (ingin) peduli terhadap hal-hal kayak begini. gw hanya berharap, ketika tiba saatnya nanti, gw bisa mencintai (dan dicintai) seseorang dengan sebaik-baiknya. tapi rasanya, masa-masa seperti itu masih jauuuh sekali =).

___

bukan pengalaman pribadi. setidaknya, bukan seluruhnya =)

miscalculation of trajectory

kadang, dalam hidup ini terjadi sesuatu yang menyebalkan. maksudnya, misalnya saat-saat di mana kita yakin bahwa sesuatu akan berjalan lancar. eh, ternyata yang terjadi sebaliknya. dan kadang, hal menyebalkan sepeti ini terjadi karena sesuatu hal yang bernama ‘salah perhitungan’. parah deh.

jadi ceritanya, dalam beberapa hari ini akan ada rapat kerja kepengurusan senat yang baru (setelah evaluasi kepengurusan lama yang gw tulis kemarin). dan beberapa hari ini, terjadi beberapa… well, miscalculation yang menyebalkan. puncaknya sih hari kamis (22/6).

ceritanya dimulai beberapa hari yang lalu. sejak hari rabu (21/6) sampai kamis (22/6), ada acara sinkronisasi program kerja yang akan dilaksanakan oleh senat dalam satu masa kepengurusan ke depan. eh, iya. sebenarnya ‘senat’ ini sudah ganti nama menjadi ‘bem’ fasilkom, tapi gw tulis ‘senat’ aja, supaya nggak rancu sama bem ui. lagipula, gw lebih suka nama ‘senat’ daripada ‘bem’… =). yah, whatever. dan sebagai orang yang in charge untuk mempersiapkan program kerja (proker) dari departemen RDE (=Riset dan Edukasi), gw harus ikut rapat sinkronisasi. tapi bukan itu masalahnya.

jadi masalahnya. gw harus (sempat) berada di rumah sebelum raker (=rapat kerja) dimulai karena beberapa hal. yah, salah satunya sih mengambil beberapa perlengkapan, tapi bukan itu yang penting. hari rabu ada sinkronisasi, dan sampai jam 2000. gw mikir: gw bisa (1) menginap di kos (2) menginap di ruang senat (3) pulang ke rumah. oh. iya. gw juga harus mempersiapkan materi program kerja yang akan dibawa ke raker. coba kita pikirkan.

kalau (1), gw nggak bisa nonton pertandingan Belanda-Argentina di piala dunia. kalau (2), gw sudah cukup siap membawa baju ganti dan perlengkapan. kalau (3), selepas jam 2000, gw tahu persis bahwa bus yang ke arah Lebak Bulus sudah hampir (kalau nggak bisa dibilang) habis. nah lho. akhirnya, dengan segala pertimbangan untung-rugi, gw mengambil pilihan (2). (tapi kenapa… orang-orang baru pada mau nonton bareng besoknya di senat? T_T). gw-pun batal pulang.

nah. hari berikutnya. kamis (22/6) gw tahu persis bahwa gw harus balik ke rumah hari kamis malam. masalahnya? sinkronisasi kemungkinan bakal sampai lewat dari jam 2000, yang berarti gw terancam nggak bisa pulang. eh, bisa sih. tapi rute-nya nggak enak banget dibanding rute biasa yang lewat Lebak Bulus. waktu tempuh sampai ke rumah paling cepat 1 jam 40 menit. kalau lama? 2 jam bisa lewat. gw punya pilihan: (1) nggak usah pulang, langsung cabut ke raker (gak bisa! ini melanggar constraint pertama: gw harus pulang sebelum raker) atau (2) izin pulang (agak) cepat dari rapat sinkronisasi, yaitu antara jam 1930-1955. dengan catatan seluruh kewajiban gw (dan departemen RDE) sudah diselesaikan duluan.

kayaknya sih bakal lancar. rekan gw Yudi Ariawan yang jadi ketua senat merangkap pimpinan rapat mengatakan bahwa diusahakan rapat nggak akan sampai jam 2000, dan seharusnya sih bisa. bagus sih begitu. maka gw pun mengikuti rapat dengan tenang. eh. ada masalah lain. gw lupa memperhitungkan bahwa gw nggak akan sempat makan malam. wah. waktu istirahat yang cuma 30 menit (1800-1830) malah gw habiskan dengan browsing dan jalan-jalan nggak jelas (duh…).

dan akhirnya? rapat ternyata masih berlanjut, bahkan setelah jam gw menunjukkan jam 1950. wah. akhirnya, gw terpaksa izin. bagusnya kewajiban gw sudah selesai. dan gw harus balik ke rumah. jam 1957 (kalau nggak salah =P) gw berangkat (sori semuanya -_-‘) sambil mikir: parah-parahnya, sampai rumah baru jam 2200. dan gw belum makan malam. ada dua pilihan lagi: (1) makan malam dulu baru jalan (2) langsung cabut dan nggak mikir lagi. mau makan? kemungkinan besar gw nggak akan dapat bus… jadi gw pilih (2)

jadi? kelaparan di jalan, dan baru sampai rumah jam 2154. agak lebih cepat dari perkiraan. makan. akhirnya. melakukan apa yang harus gw lakukan. yah, harusnya sih beres jumat pagi, jadi gw bisa ikut raker dengan tenang.

sudah? belum! gw masih harus mempersiapkan materi mengenai proker yang akan dibahas di raker. dan gw mikir: kenapa nggak dari kemarin aja gw kerjain ini? padahal gw santai-santai sebelum pertandingan kemarin… yah. penyesalan memang datang belakangan. jangan ditiru, yah =).

dan sekarang nulis di sini.

tapi kalau gw pikirkan lagi, ternyata banyak sekali ‘hal-hal yang tidak perlu terjadi’. contohnya begini. seandainya gw pulang ke rumah di hari rabu, gw memang nggak akan nonton piala dunia. tapi gw nggak akan kelaparan di jalan (karena makan siang yang telat beberapa jam), dan gw bisa balik di hari kamis dan ikut rapat sinkronisasi sampai selesai. yah, mungkin gw akan tetap sampai di rumah jam 2130+, tapi setidaknya ada beberapa hal yang lebih efisien. dan seandainya gw sudah menyelesaikan materi proker yang harus dipersiapkan untuk raker sejak hari rabu kemarin (yang berarti gw nggak usah merancang materi hari ini), beban gw akan berkurang lagi. dan praktis, dengan demikian gw bisa lebih fokus terhadap apa-apa yang harus gw kerjakan di rumah.

…begitulah. kadang, kesalahan perhitungan yang ‘kecil’ bisa berdampak ‘besar’. well, mungkin tidak ‘besar’ amat, tapi yang jelas sih ‘agak menyebalkan’.

sekarang gw mengerti kenapa orang dengan kemampuan decision-making dicari di mana-mana.

komunitas islam: objektivitas dalam sikap

dalam beberapa hal, beberapa komunitas islam di indonesia memiliki perkembangan sikap yang menarik terhadap beberapa isu yang berkembang di dunia islam. sebagai contoh, invasi Amerika Serikat ke Irak, dukungan terhadap Saddam Husein, dan pertempuran di Afghanistan, misalnya. hal ini -tentu saja- tidak dapat dipandang sebagai sikap umat Islam di Indonesia secara keseluruhan, dan besar kemungkinan hanyalah sikap dari beberapa gelintir dari penganut agama Islam yang ada di Indonesia. jadi sebelumnya, kita batasi dulu pembicaraan ini sebagai pembahasan terhadap beberapa gelintir dari komunitas Islam di indonesia, dan tidak semua umat Islam di indonesia memiliki pendapat yang seragam mengenai isu-isu yang akan dibahas di sini.

dalam Islam, ada banyak perintah dan anjuran yang cukup menekankan mengenai pentingnya solidaritas, atau banyak disebut sebagai ukhuwah (=’ikatan’, tetapi lebih banyak dipandang dalam konteks ‘ikatan sosial’) di antara komunitas muslim sendiri. dan hal ini juga yang mengakibatkan banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai bagaimana menerapkan arti kata ‘ukhuwah’ ini. salah satunya adalah sikap mengenai isu-isu yang berkembang di dunia, yang dalam beberapa kasus bersinggungan dengan keadaan umat Islam di berbagai tempat di seluruh dunia, yang akan dibahas dalam tulisan ini.

misalnya begini. ada salah satu kasus yang menarik, yang menimbulkan sikap yang juga menarik di antara beberapa komunitas muslim di Indonesia. mungkin masih segar dalam ingatan, bagaimana peristiwa teror terhadap gedung WTC di Amerika Serikat (yang belakangan menimbulkan banyak sekali kontroversi, baik dari dalam maupun luar negeri Amerika Serikat) memicu terjadinya invasi Amerika Serikat ke Afghanistan. alasan yang digunakan adalah ‘perang melawan terorisme’ yang digembar-gemborkan oleh George W Bush yang menjabat sebagai presiden Amerika Serikat.

saat itu, komunitas muslim dunia cukup gerah. hal yang wajar, mengingat tuduhan tersebut bisa dikatakan terlalu prematur. tapi ada yang menarik di komunitas muslim di Indonesia. hal ini meliputi pandangan seperti ‘Amerika Serikat adalah negara laknat’ dan ungkapan sejenis ‘Allah bersama Taliban dan Afghanistan’. mungkin tidak ada masalah. adalah hak setiap warga negara untuk berpikir dan mengemukakan pendapat. tapi sebelumnya, mungkin ada baiknya kita membicarakan dulu mengenai keadaan yang terjadi.

poin pertama. adalah prematur, sangat-sangat prematur, ketika seorang atau segelintir komunitas muslim di indonesia menyatakan bahwa Amerika Serikat adalah negara laknat. perlu diperhatikan bahwa banyak warga Amerika Serikat (termasuk yang non-muslim) sangat tidak setuju terhadap invasi ke Afghanistan. demikian juga, perlu diperhatikan bahwa komunitas muslim di Amerika Serikat (walaupun jumlahnya tidak signifikan terhadap keseluruhan populasi warganegara) eksis, dan sama sekali tidak menyerukan anarkisme maupun penghinaan terhadap negaranya – sikap yang bertentangan dengan sebagian saudara-saudara mereka di Indonesia. tentu saja, bukan berarti kaum muslim di sana hidup tanpa gangguan (banyak kasus penganiayaan terhadap muslim yang salah sasaran), tapi adalah sikap yang berbeda yang ditunjukkan terhadap negara Amerika Serikat (ditekankan pada kata negara, bukan pemerintah).

poin kedua. kenyataannya, apakah rezim Taliban yang saat itu menguasai Afghanistan sudah begitu baik dalam melaksanakan kewajibannya sebagai penguasa? ternyata tidak. tapi tetap saja, ketika hal ini datang kepada pernyataan ‘Afghanistan dan Taliban adalah muslim’, maka dukungan pun mengalir dengan deras dari beberapa komunitas muslim di Indonesia, bahkan termasuk (usaha untuk) mengirimkan pasukan (yang tidak ada hubungannya dengan kebijakan luar negeri Indonesia) dari Indonesia ke sana. hal ini, tentu saja, berkaitan dengan soal ukhuwah yang disinggung di bagian awal tulisan ini.

contoh lain. selama bertahun-tahun belakangan ini, dukungan terhadap pergerakan Palestina dalam perselisihannya dengan Israel mengalir deras dari Indonesia (bukan hanya dari komunitas Islam, tapi juga dari kebijakan luar negeri Indonesia), yang meliputi tidak adanya hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel. adalah hal yang baik (dan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri bebas aktif) bahwa Republik Indonesia bersikap aktif menjaga perdamaian dunia. dalam kasus ini, pernyataan ketidaksetujuan terhadap Israel dinyatakan dengan tidak adanya hubungan diplomatik.

dukungan umat islam? tidak perlu ditanyakan lagi. hal ini merupakan isu utama di komunitas islam di banyak tempat. dari lembaga dakwah kampus, lembaga dakwah sekolah, sampai ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menyatakan hal yang sama: dukung Palestina! tidak ada masalah, sebab hal tersebut memang sejalan dengan prinsip menjaga perdamaian dunia. untuk lebih detail mengenai masalah Israel-Palestina, silakan mencari tahu dengan keyword ‘West Bank’, ‘Tepi Barat’, dan ‘Camp David’.

tapi, berapa banyak dari orang-orang (muslim) di Indonesia, yang menyatakan hal tersebut, tahu dan mengerti keadaan yang ada di Tepi Barat? berapa banyak yang tahu bahwa pemilu telah diselenggarakan, dan Hamas berada di puncak kepemimpinan? mungkin banyak. tapi ada hal yang menarik.

beberapa waktu yang lalu, terlihat beberapa media (‘media’ di sini maksudnya segala sesuatu yang bisa digunakan untuk menyampaikan sikap) yang berisi statement seperti ‘dukungan untuk kemenangan atas intifadhah‘ dan sebagainya. intifadhah adalah gerakan perlawanan warga Palestina di Tepi Barat yang melawan pendudukan Israel dengan menggunakan terutama lemparan batu sebagai senjata, dan oleh karena itulah disebut sebagai intifadhah. tapi, melihat keadaan sekarang, masihkah intifadhah relevan? pemilu telah diselenggarakan, dan Hamas (sebagai motor perlawanan rakyat terhadap pendudukan Israel) telah memenangkan pemilu. dan saat ini, yang diperlukan adalah ‘pelunakan’ sikap Hamas terhadap Israel (harap diperhatikan bahwa ‘pelunakan’ bukan berarti ‘serba menurut’). jalur diplomatis harus dikerahkan, dan tidak bisa lagi semata menggunakan perlawanan fisik, yang dalam banyak kasus di seluruh dunia hanya akan memundurkan kemajuan yang sudah diusahakan ke arah perdamaian.

tapi kita tidak sedang membicarakan politik luar negeri di sini. masalahnya, kenapa ada statement seperti hal tersebut? padahal berkali-kali bom bunuh diri di Israel (yang diperkirakan pelakunya adalah warga palestina), dan keributan di Tepi Barat mengakibatkan mundurnya usaha proses perdamaian yang sedang ditempuh. masalahnya: benarkah komunitas (atau individu) muslim di Indonesia yang mengatakan statement tersebut, tahu dan benar-benar paham keadaan dari kancah politik dan militer di Tepi Barat, setidaknya yang diliput oleh media di seluruh dunia?

dan kalau bicara contoh lain, banyak sekali. dukungan terhadap Saddam Husein, misalnya. padahal, hampir semua orang (yang mengikuti perkembangan dunia) mengetahui bahwa Saddam dengan partai Baath sebagai kendaraan politiknya menggunakan berbagai cara untuk melanggengkan kekuasaan. bahkan Perang Teluk di Kuwait (1991) terjadi, sebagian lebih karena ambisi Saddam untuk melakukan ekspansi. tapi, dalam beberapa komunitas Islam di Indonesia, ketika dihadapkan pada fakta ‘Amerika Serikat akan menyerang Irak’, dukungan terhadap Saddam mengalir. padahal, dalam banyak kasus, Saddam Husein tidak lebih baik dari George W Bush.

tentu saja, sekali lagi, ini bukan berarti seluruh komunitas muslim di Indonesia seperti itu. hanya saja, ada hal-hal yang berlaku seperti itu di antara komunitas muslim di Indonesia. dan kembali lagi ke masalah awal: benarkah dukungan (atau kecaman) yang dilancarkan oleh (sebagian) komunitas muslim Indonesia telah dilandasi oleh suatu pemahaman terhadap fakta yang ada, ataukah sebatas dukungan emosional karena ‘mereka adalah sesama muslim’?

mungkin memang Amerika Serikat memiliki kebijakan yang ‘tidak pada tempatnya’ dengan menginvasi Afghanistan dan Irak. tapi tidak bisa dilupakan bahwa sebagian (cukup besar) warganegara Amerika Serikat menentang pengiriman pasukan ke kedua negara tersebut. mungkin benar bahwa rezim Taliban dan Saddam Husein (berikut rakyat Afghanistan dan Irak) dizalimi oleh Amerika Serikat dengan invasi yang dilakukan ke kedua negara tersebut. meskipun demikian, perlu juga diperhatikan bahwa ‘Taliban tidak sebaik itu’ dan ‘Saddam Husein tidak sebersih itu’. adalah benar bahwa Palestina memiliki hak untuk tinggal di Tepi Barat (yang terganggu sejak dilakukannya perjanjian Camp David), tapi perlu juga diperhatikan bahwa upaya-upaya perlawanan fisik (yang dalam banyak kasus malah membawa korban warga sipil) dalam beberapa hal malah membawa perdamaian semakin jauh dari Tepi Barat.

tidak ada yang salah dengan dukungan seorang (atau sekelompok) muslim terhadap muslim lainnya. hal tersebut adalah bagian dari dasar kehidupan Islam yang disebut dengan ukhuwah. tetapi alangkah baiknya, bahwa ketika seorang muslim mengatasnamakan ukhuwah, objektivitas dalam penyampaian pendapat tetap dijaga. dalam banyak kasus, justru hal inilah yang banyak diabaikan. pembangunan citra baik, baik sadar maupun tidak, dibangun terhadap pihak ‘sesama muslim’, dengan kecenderungan mengabaikan fakta yang mungkin ‘kurang berkenan’ yang ada. demikian juga, pembangunan citra buruk, entah sebagai ‘laknat’ atau ‘musuh Allah’ juga dibangun, entah sadar atau tidak, terhadap mereka yang dianggap ‘bukan Islam’, dengan kecenderungan untuk mengabaikan fakta yang mungkin ‘ada, tapi bertentangan dengan citra yang sedang dibangun’.

wallahualam bishshawab.

___

tulisan ini dibuat atas dasar pemikiran pribadi, dibuat tanpa tendensi untuk menyinggung atau mendiskreditkan satu atau beberapa kelompok. masukan, kritik, dan saran dapat dilakukan dengan melakukan comment terhadap tulisan ini.

jalan-jalan ke bandung

kemarin, gw baru saja menyelesaikan bagian terakhir dari tugas gw sebagai salah seorang staf senat mahasiswa fasilkom 2005-2006, yaitu dengan menghadiri evaluasi akhir tahun (EAT) yang diadakan di Wisma Bank Indonesia di Bandung. acara berlangsung selama dua hari, yaitu hari sabtu (17/6) dan berakhir hari minggu (18/6). selengkapnya sebagai berikut.

___

Day #1, Saturday 17062006

berangkat dari kampus jam 0900. perjalanan cukup menyenangkan. menggunakan bus pesanan, perjalanan berlangsung normal. beberapa kamera digital beraksi mengabadikan momen yang ada. yah, begitulah. sampai di tujuan siang hari, digunakan untuk unpacking dan makan siang. evaluasi mengenai apa-apa yang telah dilakukan selama setahun ke belakang. suasana santai dan fleksibel, soalnya bagian ‘serius’-nya sudah dijalani sewaktu buat LPJ dan sebelum serah-terima jabatan… yah, senang-senanglah pokoknya.

evaluasi berlangsung lancar, dibagi dua sesi. sesi pertama jam 1420-1540, dan sisanya jam 1630-1750. sebenarnya nggak presisi banget sih waktunya, tapi kira-kira begitu. jam 1800-1930 break untuk shalat maghrib, istirahat, dan makan malam.

1930, setelah kenyang makan malam, mandi, dan nonton TV kabel (…! terima kasih buat rekan-rekan yang milih tempat =) ) acara lempar pendapat, yang diteruskan oleh sharing dimulai. ngobrol santai, dan saling kritik dan saran antar anggota.. acara menyenangkan, tapi sayangnya membuat gw terpaksa melewatkan partai Portugal-Iran dalam rangkaian Piala Dunia tahun ini =(. nggak masalah, sih.

(intermezo: di sela-sela rapat, gw mengatakan kepada rekan di sebelah gw: “kayaknya gw merasakan gol, nih”. belakangan, gw ngomong lagi: “kayaknya 2-0 deh.” dan ternyata? tepat sekali. hasil akhirnya Portugal 2 – 0 Iran. kebetulan yang menyenangkan =) )

2215. rangkaian acara untuk hari itu selesai. beberapa (banyak) orang mengajak untuk jalan-jalan ke daerah Dago. asyik. gw pun ikutan jalan. jalan kaki kesana-kemari, dan akhirnya nongkrong untuk makan malam-malam. sempat mencoba jagung bakar yang ‘aneh’ tapi enak banget. roti bakar yang ‘besar, pejal, dan diberi tumpukan keju’ cukup enak dan menyenangkan. asyik-lah pokoknya. hari pertama berakhir dengan menikmati perjalanan ke Dago.

___

Day #2, Sunday 18062006

pulang dari Dago. tidak berencana tidur cepat demi menonton pertandingan Italia-Amerika Serikat. ada rekan gw yang bernama Franova Herdiyanto aka Smile =), Femphy Pisceldo (Femphy), dan Ilham Aji Pratomo aka Aji, dan beberapa yang lain. beberapa kantong cemilan menemani (makasih Aji =) ), dan berakhir dengan kedudukan 1-1 untuk kedua tim yang bertanding. tidur setelah itu.

bangun jam 0900. acara bebas sampai jam 1300, dan rencana kembali ke Depok jam 1400. ngapain enaknya di hari terakhir yang serba-bebas ini? ada beberapa pilihan: (1) belanja dan jalan-jalan (2) berenang (3) nonton TV kabel (4) jalan-jalan ke markas HMIF (Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika) ITB. hm. gw pilih yang terakhir. kenapa? soalnya gw memang pengen main ke Ganesha =)

OK, jadi akhirnya gw (dan beberapa orang rekan: Nasri sang ketua senat, Dipo yang Ketua Bidang I, Yudi Ariawan Ka Dept Kastrat (Kajian dan Aksi Strategis, departemen gw di senat dulu) yang jadi ketua BEM Fasilkom sekarang, Mika sang Ka Dept Pengmas (Pengabdian Masyarakat), Mita yang jadi Deputi PSDMO (Pengembangan SDM dan Organisasi), dan Elly yang sekarang jadi Bendahara BEM Fasilkom) jalan-jalan ke ruang HMIF. ngobrol-ngobrol begini-dan begitu, terutama mengenai kegiatan kemahasiswaan. cukup menyenangkan.

1120. selanjutnya gw ketemu seorang saudara gw yang kuliah di Bandung yang lebih suka disebut sebagai ‘HQM‘ dan seorang rekan gw yang bernama Arief Nugroho (atau lebih suka disebut sebagai ‘rifu’). dia ini rekan gw di SMU dan belakangan berteman dengan saudara gw karena sekelas waktu TPB (ini kuliah tahun pertama di ITB di mana mahasiswa dari semua jurusan dikumpulkan, dan belum dibagi per departemen) di ITB. yah, begitulah.

(intermezo: sempat terjadi ‘kehebohan’ kecil ketika gw memperkenalkan saudara gw kepada rombongan senat yang pergi ke Ganesha… yah, ‘kehebohan’ yang kurang perlu, sebenarnya =) )

1235. makan siang di kantin masjid Salman ITB. murah-meriah dan sedikit nostalgia. ketemu (bukan, lebih tepatnya, berkenalan dengan) beberapa teman baru yang kuliah di ITB. menghabiskan waktu dengan makan-makan dan ngobrol-ngobrol saja. balik dari Salman setelah itu, dan segera packing sesampainya di penginapan.

1400, packing dan siap berangkat kembali ke Depok. beberapa orang belanja beberapa barang (siapa yaa? ayo ngaku.. =) ), beberapa nonton TV kabel di penginapan (waktu itu film-nya ‘The Punisher’), beberapa lagi mengatakan bahwa mereka menghabiskan waktu dengan berenang. yah, gw sih nggak belanja. gw sudah cukup puas jalan-jalan ke Ganesha =).

___

begitulah. EAT senat kali ini berjalan menyenangkan. ada banyak hal yang terjadi, dan gw cukup senang… meskipun nggak belanja sama sekali (mungkin memang pada dasarnya gw nggak doyan belanja, sih =P). tapi gw bersyukur gw bisa ikut (padahal sebelumnya hampir saja nggak bisa ikut! untung akhirnya bisa ikut =) ).

tapi gw berharap, walaupun kepengurusan senat 2005-2006 telah berakhir, seluruh anggota senat bisa tetap berhubungan dengan baik. terima kasih kepada rekan-rekan yang telah mempersiapkan acara (benar lho, gw bersyukur gw ikut), dan terima kasih juga untuk seluruh rekan-rekan yang telah berkontribusi dalam senat mahasiswa fasilkom 2005-2006.

anyway, thanks to everyone.

___

special thanks: seluruh panitia dan rekan-rekan di senat.
message: one year behind was good. those times are the best. =)

another thanks: rifu & hqm
message: kinou wa arigatou=)

head spinning

bangun pagi-pagi hari ini, gw merasakan ke-tidakbiasa-an pada diri gw. my head feels spinning, and it was getting even worse. parah deh.

akhirnya gw mencoba untuk melangkahkan kaki keluar dari rumah, (maunya sih) ke kampus. ada beberapa hal yang harus gw kerjakan. beberapa kayaknya tidak bisa gw kerjakan. dan masih dengan kepala gw yang rasanya nggak berhenti berputar.

mencoba tidur di perjalanan. it was getting worse. konsentrasi sudah nyaris hilang ketika gw berjalan ke arah kampus. pokoknya entah bagaimana, akhirnya gw bisa melangkahkan kaki dan sampai ke kampus.

dan akhirnya, sampai ke ruang senat. langsung jatuh di sofa. entah bagaimana tampang gw, gw udah nggak mikir lagi. (maunya sih) istirahat. tapi gw cuma punya waktu 40 menit (sekarang sih tinggal 20 menit) sebelum jam 1140. coba nulis di sini, tapi kayaknya keadaan gw semakin nggak bisa kompromi.

hah. all i need now is to get some rest. and to get rid of this uneasy feeling of head-spinning.

bicara soal selera

seorang rekan gw menanyakan, kenapa gw cenderung tertarik segala sesuatu yang berbau jepang, dan kayaknya anti-amerika. hal ini mencakup banyak hal, misalnya selera film, musik, dan sebagainya.

wah. sebenarnya bukan begitu. gw bukannya pembenci benda-benda buatan amerika, dan demikian juga gw bukannya fanatik pecinta benda-benda buatan jepang… yah, walaupun mungkin untuk beberapa orang kelihatannya tidak begitu. tapi dalam beberapa hal, gw memang lebih suka beberapa produk buatan jepang, sih.

jadi, kalau gw lebih sering mendengarkan T.M. Revolution daripada Linkin Park, atau lebih suka mendengarkan lagunya Maaya Sakamoto daripada Shania Twain, ya memang begitulah adanya. tapi gw merasa agak gimana-gitu ketika gw ikut bergumam menyanyikan lagu-nya Aerosmith yang sedang diputar dan tiba-tiba rekan di sebelah gw mengatakan ‘hah? lo tahu juga lagu beginian?’. waduh. gw kan juga suka lagu amerika…

sebenarnya gw juga nggak anti-amerika. gw suka baca komik amerika (yang disebutkan oleh beberapa rekan-rekan gw yang otaku sebagai ‘jelek dan nggak berasa’), dan sebenarnya dalam beberapa contoh tidak sejelek itu. beberapa seri komik DC dan Marvel menurut gw nggak kalah dibandingkan manga terbitan Kodansha, misalnya. tapi ini soal selera, sih. rasanya memang pada dasarnya ‘beda’, seperti membandingkan antara sushi dan hamburger (kok… perbandingannya agak aneh, yah =P ). tapi menurut gw masing-masing punya kelebihan sendiri.

gw cukup suka main game amerika (yang beberapa malah lebih baik dari game jepang yang sejenis!). menurut gw Splinter Cell lebih bagus daripada Metal Gear Solid. yah,meskipun demikian gw juga berpendapat bahwa Winning Eleven produksi Konami masih di atas FIFA keluaran EA Sports. contoh lain? Prince of Persia keluaran Ubisoft menurut gw cukup seimbang dengan Devil May Cry produksi Capcom… dan sebagainya.

tentu saja, ada banyak sekali hal-hal yang dengan mudah akan membuat orang berpikir ‘oh, ternyata yud1 itu japan-oriented‘. misalnya, beberapa orang mengatakan bahwa koleksi fansub anime yang ada di harddisk gw ‘cukup banyak dan sering dikopi’, atau kadang-kadang gw mengkopi beberapa file mp3 j-music dari beberapa orang rekan gw. yah, dalam beberapa hal gw memang lebih suka produk entertainment buatan jepang dibandingkan karya rekan-rekan dari amerika dan eropa. dan menurut gw, itu bukanlah hal yang ‘aneh’ atau sejenisnya. hanya saja, mungkin beberapa orang ‘tidak terbiasa’ mendengarkan beberapa judul yang ada di playlist gw (padahal nggak selalu semuanya j-music lho), atau menanyakan ‘ini lagu apa sih?’ ketika gw memasang lagunya T.M. Revolution di winamp. susah, deh.

tapi sebenarnya, (percaya atau tidak!) gw ini tidak bisa dibilang sebagai ‘otaku’. gw tidak menghabiskan waktu berjam-jam untuk nonton anime (yah, kecuali mungkin kalau liburan, sih =P). gw tidak tahu banyak hal mengenai budaya jepang (paling cuma tahu sedikit soal makanan jepang yang memang banyak ada di mana-mana). gw tidak ikut-ikutan cosplay (sampai sekarang gw nggak ngerti kenapa orang melakukan ini =P ). gw tidak langganan majalah anime dan manga (sejenisnya Animonster, Anime Insider, Anima Genki, atau apalah yang lain). gw bahkan tidak datang ke Gelar Jepang yang ada di UI kemarin… (ini nggak penting sebenarnya =P ).

ngomong-ngomong, kalau anda memperhatikan, di banner website ini ada satu baris kalimat dengan tulisan kanji, berikut terjemahannya di bawahnya. sebenarnya, (sumpah!) gw belum merasa jago bahasa jepang, kecuali mungkin dengan sedikit pengetahuan yang diperoleh dengan belajar sendiri. hm. gw bukan otaku, tapi setidaknya gw cukup tertarik belajar bahasa jepang.

yang jelas sih, gw ini nggak japan-minded… apalagi sampai tercerabut dari akar budaya sendiri.

___

jibun no michi wo michiyuku. demo, nihon-jin janai… =)

even though we’re so close together…

ini… adalah judul sebuah lagu (tepatnya: terjemahan dari judul sebuah lagu) yang sedang gw dengarkan sambil menulis post ini. lagu ini dibawakan oleh See Saw, dan ditulis oleh Yuki Kajiura. kalau tidak tahu mereka ini siapa, silakan mencari tahu… =) meskipun demikian, bila anda cukup familiar dengan J-Music, kemungkinan besar anda seharusnya sudah tahu.

well, lagu ini aslinya berbahasa jepang, jadi gw tuliskan liriknya di sini. terjemahannya gw tuliskan di bagian bawah. mohon maaf dan koreksi kalau ada salah penerjemahan, soalnya gw merasa ada beberapa bagian yang ‘harusnya nggak seperti itu’ ketika baca translation-nya, jadi gw revisi.

oh. iya. sedikit penjelasan, judul lagu ‘anna ni issho datta no ni‘ itu adalah bahasa jepang yang artinya kira-kira ‘even though we’re so close together‘. yah, pokoknya begitulah.

___

anna ni issho datta no ni
yuugure wa mou chigau iro…

arifureta yasashisa wa kimi wo toozakeru dake
tsumetaku kirisuteta kokoro wa samayou bakari
sonna kakkowarusa ga ikiru to iu koto nara
samuzora no shita me wo tojite iyou

anna ni issho datta no ni
kotoba hitotsu tooranai
kasoku shiteiku senaka ni ima wa

anna ni issho datta no ni
yuugure wa mou chigau iro
semete kono tsukiakari no shita de
shizuka na nemuri wo…

-See Saw-
-Anna ni Issho Datta no ni-

___

(even though we’re so close together,
the twilight color is no longer the same…

this mundane gentleness only alienates us
these coldly ignored hearts are just wandering around
if this awkward state is how we are to live,
then just close our eyes under the winter sky

even though we’re so close together,
not even a single word could get across
between our backs that keep drifting far

even though we’re so close together,
the twilight color is no longer the same
but, at least, under this bright moonshine,
let us sleep silently…)

-See Saw-
-Anna ni Issho Datta no ni-

___

…kenapa gw nulis ini?

well… gw sedang mencoba memaknai arti yang ada… (lho? =) )

…sambil belajar bahasa jepang sedikit.