school rumble nigakki

masih dari anime School Rumble Nigakki (aka: School Rumble 2nd Term) yang sempat gw preview secara singkat beberapa waktu yang lalu, kali ini gw akan kembali menulis mengenai School Rumble Nigakki, yang saat ini direncanakan akan berjalan dalam 26 episode seperti halnya School Rumble season pertama.

diangkat dari serial komik shounen dengan judul yang sama, School Rumble adalah anime yang berangkat dari ide dan konsep dasar komiknya. nah, School Rumble Nigakki ini adalah lanjutan dari School Rumble season pertama, dengan tetap membawa konsep anime konyol-dan-menghibur. gaya parodi dari berbagai anime dan film yang sudah ada dipadukan dengan humor yang orisinil, dan ditampilkan dengan sangat baik oleh anime yang diproduksi oleh Comet Studio ini.

cerita masih melanjutkan season pertama di mana Harima Kenji masih memendam perasaannya terhadap Tsukamoto Tenma, dan masih dengan segala kesalahpahaman dan pengakuan cinta yang gagal total… sementara di sisi lain, Tenma tampaknya masih memiliki perasaan khusus terhadap Karasuma Ooji, rekan sekelasnya yang tidak banyak bicara dan sedikit ‘aneh’, namun (meskipun demikian!) tampaknya memiliki pesona tersendiri di mata Tenma. selain itu, berbagai intrik dan kekonyolan di sekolah, termasuk kisah murid-murid SMU tempat mereka bersekolah menjadi fokus cerita dalam serial ini.

untuk anda yang menikmati School Rumble season pertama (dan kemungkinan besar masih ingat dengan baik adegan-adegan yang ‘konyol dan nggak jelas’ dalam serial ini), kemungkinan besar akan menikmati dengan baik season keduanya. dengan genre school-life, komedi dan parodi berhasil menjadi daya tarik utama serial yang sangat populer di Jepang ini. tentu saja, masih dengan kemasan seperti season pertamanya yang memang cukup sukses menarik perhatian pemirsa.

jangan berharap terlalu banyak mengenai adegan yang serius (sumpah, anda tidak akan menemukannya di serial ini!), kecuali mungkin gaya parodi dari anime atau film yang ada. silakan sebutkan. Battle Royale? Saint Seiya? Cardcaptor Sakura? semua ada… dengan gaya parodi, tentunya. dan masih dengan resep yang cukup mampu membuat anda tertawa di depan TV atau komputer.

dari segi karakter, ada beberapa karakter dari season pertama yang kembali ditampilkan, di luar karakter-karakter yang memang cukup banyak dieksplorasi di season pertama. peranan empat sekawan Tsukamoto Tenma – Sawachika Eri – Suou Mikoto – Takano Akira memang masih memegang porsi yang cukup besar dalam serial ini, namun kali ini berbagi tempat dengan beberapa karakter yang sebelumnya tidak terlalu dominan. sebagai contoh, misalnya karakter Sagano Megumi dan Ichijou Karen diberikan porsi yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. demikian juga karakter seperti Hiroyoshi Asou dan Ryuhei Suga tampak lebih banyak dieksplorasi dalam serial ini.

musical scores yang ditampilkan bisa dikatakan lumayan pas. beberapa aransemen berhasil dengan baik membawakan image beberapa karakter. kalau anda memperhatikan, karakter Hanai Haruki memiliki theme yang sebenarnya cukup catchy… demikian juga karakter Harima Kenji memiliki theme yang merupakan aransemen dari lagu Kaze ni Nosete dari season pertama yang dibawakan dalam versi instrumental. dan kalau anda memperhatikan lebih lanjut, anda akan menemukan bahwa Tsukamoto Yakumo memiliki theme yang diadaptasi dari lagu Yuugao dari season pertama, juga dalam versi instrumental.

dari segi OST, musik yang ada bisa dikatakan pas… meskipun season pertama sebenarnya masih sedikit lebih baik. di season pertama, lagu Scramble! dan Onna no Ko Otoko no Ko berhasil dengan baik dalam membawakan ciri khas School Rumble. sementara di season kedua, OP-theme diisi oleh lagu Sentimental Generation yang dibawakan oleh Tokitou Ami dengan tempo yang agak menghentak. ED-nya berjudul Kono Namida ga Aru Kara Tsugi no Ippo to Naru, yang kembali dibawakan oleh Tokitou Ami. lagunya bernuansa agak mild, dan walaupun agak kurang terasa ‘School Rumble’, bisa dikatakan cukup enak didengar. belakangan, sejak episode 17, ED-nya diisi oleh lagu Futari wa Wasurechau yang dibawakan oleh Koshimizu Ami, dengan kemasan yang lebih upbeat dan bernuansa ceria.

bila anda termasuk orang yang menonton anime-untuk-senang-senang, serial ini sangat layak jadi pilihan. berbagai adegan konyol menjadi keunggulan dari serial ini… lengkap dengan OST dan scores yang juga lumayan catchy. demikian juga adegan-adegan parodi yang memang bertebaran sepanjang serial ini, bisa dikatakan berkontribusi sangat besar dalam menghasilkan tontonan yang menghibur.

well, namanya juga School Rumble… jadi, silakan bersiap-siap untuk tertawa (atau minimal nyengir) di depan TV atau komputer. oh, iya. jangan lupa untuk memperhatikan keadaan sekitar. mungkin anda akan menarik perhatian orang-orang di sekitar kalau anda tertawa terlalu keras (hiperbola… mungkin. mungkin, lho).

satu huruf beragam makna

beberapa waktu lalu, seorang rekan gw mengatakan bahwa cara ngomong gw ‘berubah’. yah, dia ini memang bisa dikatakan sudah cukup lama mengenal gw, jadi… mungkin tidak salah juga (karena dia yang ngomong begitu!).

(…ada yang merasa? santai aja =) )

well, entah ‘terseret’ oleh kebiasaan gw nonton anime dan j-drama (dorama? bahasa mana itu? =) ) atau kebanyakan belajar lafal bahasa Prancis (moi = ‘moa’, francais = ‘fron-se’, dan sebagainya)… tapi gw rasa, mungkin lebih banyak karena faktor pertama, sih.

tapi kalau dipikir-pikir, mungkin ada benarnya juga. katanya sih, omongan gw lebih banyak menggunakan ‘satu huruf untuk banyak makna’. yah, sebenarnya sih terutama huruf ‘e’. dan sambil iseng, beberapa waktu terakhir ini gw mencoba meng-‘analisis’ (lagaknya =P) cara ngomong gw.

misalnya begini.

“yud1, cara ngomong kamu berubah, yah?”

“…e?” (singkat dengan intonasi naik di ujung ‘e’)

tuh kan. ‘e’ yang ini artinya kira-kira mirip ‘hah?’. tapi gw sendiri sudah lupa kenapa gw tidak lagi ngomong ‘hah’ bukannya ‘e’.

contoh lain lagi.

“lebih bagus mana, tas yang kiri atau yang kanan?”

“ee.. yang kanan, sih.” (agak panjang dengan intonasi menurun)

kalau ini ‘e’ yang buat mikir sebelum ngomong. intonasinya beda dengan yang pertama.

ada lagi.

“yaah, katanya sih kejadiannya.. (begini-dan-begitu)”

“eeeeee…” (intonasi rendah, naik, lalu menurun)

hmm. mungkin maknanya lebih kayak ‘oooh, gw ngerti…’. yah, kira-kira begitulah.

dan masih ada lagi.

“lagunya bagus banget! gw paling suka waktu… (begini-dan-begitu)”

“e. memang, sih.” (pendek, intonasi rendah dengan tekanan di ujung ‘e’)

‘e’ yang ini menyatakan persetujuan. lebih kedengaran seperti ‘eh’, sih. nggak tahu sejak kapan gw jadi ngomong kayak begini.

tuh kan. satu huruf ‘e’ saja ternyata bisa beragam makna… dari konfirmasi, pertanyaan, sampai persetujuan. dan kayaknya, ini memang sedikit-banyak dampak karena gw kebanyakan nonton film (sambil belajar bahasa) jepang!

tentu saja, mungkin nanti, omongan gw bisa saja agak terbawa-bawa prancis (mungkin, lho), atau mungkin ada saatnya gw akan menyelipkan beberapa potongan bahasa Inggris ketika gw ngomong (eh.. kayaknya sih ini pernah terjadi, dulu… =P). yah, hal-hal seperti itulah.

aneh, yah. soal omong-omongan ini, maksudnya. gw sendiri nggak sadar, sampai ada yang ngomong begitu ke gw. tapi iya juga, sih. mana ada orang yang sadar kalau dirinya berubah? mungkin ada sih, tapi yang jelas gw tidak merasa demikian =P.

…yah, mungkin nanti omongan gw akan ‘berubah’ lagi… tapi gw rasa, sekarang ini masih begitu-begitu saja =)

kamen rider: the first

untuk anda yang sempat mengagumi aksi dari Takeshi Hongo dan Hayato Ichimonji dari seri pertama Kamen Rider, atau anda penggemar Kamen Rider generasi baru yang mungkin tidak sempat menyaksikan seri pertama dari franchise TOEI yang melegenda ini, Kamen Rider: The First (aka: Masked Rider: The First) mungkin layak untuk anda simak.

dirilis pada November 2005, kali ini TOEI merilis sebuah remake dari Kamen Rider original, yang serialnya pertama kali dirilis 35 tahun lalu. untuk fans Kamen Rider, bisa dikatakan bahwa film ini adalah Kamen Rider ‘lama rasa baru’. dengan ide cerita dan konsep yang semirip mungkin dari serial aslinya, Kamen Rider tertua dalam sejarah ini dicoba untuk ditampilkan dalam versi baru yang lebih gres.

cerita berjalan di seputar kehidupan Takeshi Hongo, seorang mahasiswa yang merangkap peneliti di Universitas Jounan. dikenal sebagai mahasiswa yang brilian, penelitiannya memperoleh perhatian dari Asuka Midorikawa, seorang wartawan yang akhirnya meliput penelitian Hongo di kampusnya.

di saat yang sama, sebuah organisasi teroris yang bernama Shocker ternyata tengah mengincar Hongo untuk dijadikan sampel dalam eksperimen human remodelling. Hongo diculik dalam perjalanan dari kampus, dan akhirnya dijadikan cyborg untuk bekerja sebagai prajurit organisasi tersebut. meskipun demikian, Hongo yang ternyata masih memiliki kesadaran akan dirinya akhirnya memutuskan untuk memberontak dari organisasi tersebut. hal ini mengakibatkan direkrutnya seorang Rider baru yang bernama Hayato Ichimonji, dengan kemampuan tempur yang setingkat dengan Hongo.

Hongo yang frustrasi akan keadaan dirinya sebagai cyborg, kini menghadapi masalah: di satu sisi, Asuka menganggapnya telah membunuh tunangan yang akan segera dinikahinya, sementara di sisi lain, ia sendiri dikejar oleh Ichimonji akibat perbuatannya memberontak dari organisasi…

dibuat sebagai remake dari serial Kamen Rider original, bisa dikatakan bahwa film ini adalah upaya TOEI untuk menyegarkan kembali kenangan mengenai Rider Ichigo (Number One) dan Rider Nigo (Number Two). dengan jalan cerita yang tidak jauh berbeda dari versi serialnya yang dirilis dulu, film ini mencoba ‘menghidupkan’ kembali Kamen Rider original dengan tampilan baru.

dari segi visual, bisa dikatakan bahwa film ini merupakan versi ‘canggih’ dari Kamen Rider original. desain Rider dan monster yang ada dimodifikasi, disesuaikan dengan masa kini. masih dengan bentuk Rider Number One dan Number Two yang asli, namun sedikit dimodifikasi sehingga tampak lebih pas untuk masa kini. demikian juga desain karakter antagonis, disesuaikan dan dimodifikasi dari versi aslinya. dan bisa dikatakan, bahwa hal tersebut berhasil dengan baik.

kelebihan lain ada di adegan pertempuran yang lumayan enak dilihat. koreografi dan martial-arts digarap dengan serius, walaupun ada beberapa bagian yang agak kurang masuk akal. VFX mengalir mulus, dan cukup sukses mengantarkan pertempuran yang lumayan seru. bisa dikatakan adegan-adegan pertempuran digarap dengan baik, walaupun tidak terlalu luar biasa juga.

namun sayangnya, kelebihan yang cukup baik di bagian VFX dan battle tidak diimbangi dengan akting yang memadai dari para pemain. karakter Takeshi Hongo tampak kurang pas sebagai seorang pemuda frustrasi sebelum akhirnya menemukan jalannya sendiri. demikian juga, karakter Asuka Midorikawa tampak kurang hidup dalam film ini. yang agak lumayan, mungkin cuma karakter Hayato Ichimonji yang bisa dibilang dibawakan dengan cukup baik.

dari segi storytelling, film ini juga tidak istimewa. cerita yang cukup panjang dan kompleks untuk konsumsi satu season terpaksa di-‘padat’-kan dalam sebuah film sepanjang 90 menit. dengan demikian, cerita yang ada terkesan mengalir secara kurang pas, dan cenderung agak terlalu cepat. demikian juga, side-story antara karakter Haruhiko dan Miyoko dalam film ini tampak kurang dieksplorasi, padahal side-story ini potensial menjadi poin yang menunjang kompleksitas cerita… namun sayangnya tidak berhasil dikembangkan dengan baik, dan akhirnya lebih terasa sebagai sekedar ‘tempelan’ saja.

akhirnya, sebagai remake dari dari Kamen Rider original, mungkin film ini bisa dikatakan cukup mampu memuaskan para penggemar setia Kamen Rider. meskipun demikian, bila anda mengharapkan sesuatu yang lebih, mungkin anda akan sedikit kecewa. termasuk, bila anda mengharapkan storyline yang kompleks, atau momen-momen yang akan tertinggal dalam ingatan setelah selesai menonton film ini.

well, tapi setidaknya, untuk sebuah edisi nostalgia (dalam format baru yang lebih canggih dan lebih ‘wah’ tentunya), Kamen Rider: The First bisa dikatakan cukup memuaskan bagi para penggemar Kamen Rider. tentu saja, lengkap dengan segala pernak-pernik Kamen Rider klasik, yang kembali ditampilkan dengan gaya baru.

pmb itu…

…sebenarnya buat apa, sih?

belakangan ini, hal ini agak menjadi concern gw… bahkan, kalau mau jujur, gw ke-concern-an gw ini (‘ke-concern-an’? alah, bahasa apa pula ini?) sudah berlangsung lama, bahkan sebelum penerimaan mahasiswa baru di kampus dimulai.

kenapa begitu? sebagian karena gw merasa bahwa banyak, banyak sekali hal-hal bagus yang disampaikan ketika PMB (= penyambutan mahasiswa baru), ternyata menguap dan (hampir) tidak ada bekasnya ketika gw menjalani kehidupan kampus. idealisme yang terbentuk, ‘kekompakan’ yang ada dan sebagainya akhirnya hilang (hampir) tak berbekas.

dan sedihnya, bukan cuma itu. kadang, dengan segala pernak-perniknya, gw merasa bahwa PMB menjadi kehilangan esensinya. dan kadang, gw berpikir bahwa PMB hanyalah ‘pesta senang-senang’ yang diadakan setahun sekali, bertepatan dengan hadirnya mahasiswa baru di kampus. mungkin, dengan ditambah sedikit ajang tebar pesona lintas angkatan… (well… ini fenomena yang umum di mana-mana, sih)

…tapi selain itu, apa?

misalnya begini. setiap kali PMB, ditekankan bahwa peserta harus berpakaian ‘rapi’ (definisi ‘rapi’: kemeja, dimasukkan ke dalam celana bahan non-jeans atau cargo, lengkap dengan ikat pinggang dan sepatu). ini hal yang bagus. maksud gw, siapa sih yang tidak setuju bahwa berpakaian rapi itu baik adanya? dan hal ini diikuti dengan keteladanan dari panitia. niatan yang baik, dan (kelihatannya) dilaksanakan dengan baik.

tapi, sedihnya, hal tersebut hanya seumur jagung. selama PMB, hal tersebut memang berlaku. setelah itu? (eks) panitia mengenakan kaos oblong dan jeans belel ke kampus. (eks) peserta memakai sandal jepit ke kelas ketika kuliah. dan apa yang tertinggal dari kebiasaan berpakaian rapi? mungkin ada. tapi tidak sebanyak dulu.

contoh lain. dalam masa PMB, peserta diharapkan untuk selalu senyum, sapa, dan salam terhadap elemen-elemen kampus. hal ini juga dilakukan oleh panitia sebagai bentuk keteladanan. tapi, apa yang terjadi setelah PMB? mungkin, masih ada beberapa mahasiswa yang mempertahankan kebiasaan baik tersebut. beberapa (eks) panitia, beberapa (eks) peserta. tapi yang lain, tidak.

contoh lain lagi. kekompakan angkatan. dalam masa PMB, ‘angkatan’ (…konsep yang agak kurang gw suka, sebenarnya) adalah sebuah kata yang ‘sakral’. dalam masa PMB, ditekankan bahwa ‘angkatan’ itu penting. ditekankan bahwa ‘angkatan’ harus solid. ditekankan juga bahwa ada ‘kesalahan angkatan’ selain ‘kesalahan individu’.

…tapi setelah itu, tidak ada lagi suatu kepentingan ‘angkatan’. bahkan, dalam beberapa kasus, ada beberapa kalangan yang berpendapat bahwa suatu angkatan adalah ‘gagal’, sementara angkatan yang lain ‘berhasil’. dan ada angkatan ‘ganjil’, ‘genap’, dan apalah-itu. kita seolah ‘terpecah’ oleh suatu atribut yang bernama ‘angkatan’. padahal, ‘angkatan’ hanyalah ditentukan oleh saat mahasiswa datang ke kampus.

dan setelah itu, kita memasuki dunia kuliah. tidak peduli siapa angkatan berapa, kadang kita berhubungan dengan orang-orang lintas angkatan. mungkin, rekan di sebelah kita dalam kuliah Basis Data adalah angkatan atas kita, atau rekan kita dalam kuliah Teori Bahasa dan Automata adalah angkatan bawah kita. di lembaga kemahasiswaan, pengurus yang ada seringkali lintas angkatan. mungkin juga, dalam suatu kasus ada seorang cowok yang naksir seorang cewek yang kebetulan satu angkatan di atasnya… (lho?)

jadi, mari kita pikirkan dengan baik. apakah gunanya ‘angkatan’ itu kalau begini? adakah hanya untuk konsumsi acara PMB? ataukah hanya sebagai ‘bahan bakar’ untuk membangun tekanan, dengan dalih ‘angkatan tidak kompak’?

kadang, gw merasa bahwa PMB seolah kehilangan esensi. bahwa kita hanya ‘senang-senang’ sambil menambah pengalaman mengorganisasi suatu event dalam rangkaian acara PMB. bahwa sekalipun kita membicarakan dan menanamkan hal yang baik-baik, ternyata kita sendiri yang akan meninggalkannya begitu rangkaian acara PMB usai.

tentu saja, dalam prosesnya, mungkin ada hal-hal yang menyenangkan bagi kedua belah pihak. mungkin panitia bisa agak ‘senang’ karena bisa ‘memerintah’ para mahasiswa baru, sementara para mahasiswa baru ‘senang’ karena merasakan suatu kesan yang mendalam dengan adanya kegiatan PMB, yang mungkin diakhiri secara ‘berkesan’ pula. dan hal ini memang bisa dikatakan sebagai ‘meninggalkan kesan yang mendalam’ bagi beberapa individu.

tapi, apa yang kita perjuangkan?

waktu itu malam hari. sebagai bagian dari tim acara, gw bertugas mengawasi jalannya acara puncak, sekaligus bertugas sebagai timekeeper. pengkondisian suasana sudah hampir selesai.

acara puncak dimulai. tekanan tinggi. tekanan fisik, yel-yel, dan apapun yang bisa digunakan, dilakukan oleh panitia dan peserta. suasana gaduh. dalam acara PMB, tekanan fisik dan mental telah mencapai puncaknya di acara ini.

apa yang sebenarnya gw perjuangkan? gw bertanya dalam hati. hal-hal seperti inikah?

di hadapan gw, acara telah mencapai puncak. tekanan dan kegaduhan semakin meninggi. dan gw bertanya-tanya: benarkah hal ini yang ingin gw perjuangkan?

dan akhirnya. diakhiri dengan penutupan yang ‘berkesan’, panitia dan peserta tenggelam dalam euforia pasca puncak acara. yel-yel diteriakkan. kebanggaan menguar di udara.

“aah, gila! tadi itu keren banget!” demikian seorang rekan di sebelah gw berkata. “penutupannya itu keren abis!”

sendirian, di balik angin dingin yang terkalahkan oleh euforia, gw bertanya-tanya. apa artinya ini semua?

rekan-rekan gw larut dalam euforia: acara yang seru, penutupan yang berkesan, dan angkatan yang baru datang. peserta dan panitia melebur dalam tawa.

gw mencoba untuk tersenyum. tidak berhasil.

gw berbalik, dan melangkah pergi. tugas gw sudah selesai.

___

and sometimes, there is just not enough of a reason to do something…

1 LITRE no Namida OST – Only Human

tadinya, gw berpikir bahwa gw akan menuliskan lyrics dan translations dari OST 1 LITRE no Namida (aka: 1 Rittoru no Namida, Ichi Rittoru No Namida, 1 Litre of Tears) yang sempat gw review beberapa waktu yang lalu, hanya untuk lagu Konayuki dan March 9th yang dibawakan oleh Remioromen.

…yah, itu tadinya.

well, berhubung ternyata ada beberapa permintaan, termasuk look-up melalui search engine dan sampai ke sini, jadi kali ini gw menuliskan lirik dan terjemahan dari OST 1 LITRE no Namida yang berjudul Only Human yang dibawakan oleh K.

ini adalah bagian terakhir dari OST 1 LITRE no Namida, dan lagu ini bisa ditemukan di bagian ending theme setiap episodenya. kalau menurut gw sih, lagu ini bisa dibilang sangat mewakili semangat yang ingin disampaikan oleh serial tersebut. untuk anda yang sudah menonton filmnya, mungkin masih ingat bahwa lagu ini cukup berhasil menyisakan suasana sedih di akhir setiap episode =).

seperti biasa, lyrics-nya dengan huruf italic, translations dengan huruf plain. mohon koreksi kalau ada salah translate =)

Only Human
K

kanashimi no mukou kishi ni
hohoemi ga aru to iu yo…

on the other shore of sadness,
it is said that there is a smile…

kanashimi no mukou kishi ni
hohoemi ga aru to iu yo
tadoritsuku sono saki ni wa
nani ga bokura wo matteru

on the other shore of sadness,
it is said that there is a smile
but finally, when we arrived there, [1]
what has been waiting for us?

nigeru tame ja naku
yume ou tame ni
tabi ni deta hazusa
tooi natsu no ano hi…

the purpose is not to run away
it’s to run after the dream
maybe, we should have left on a trip [2]
to that distant day of the summer…

ashita sae mieta nara
tame iki mo nai kedo
nagare ni sakarau fune no you ni
ima wa mae e susume

even tomorrow, if you can see it [3]
although there is not really a reason
like a boat that goes against the stream
for now, move on forward

kurushimi no tsukita basho ni
shiawase ga matsu to iu yo
boku wa mada sagashite iru
kisetsu hazure no himawari

on the end of pains and hardships, [4]
it is said that happiness is waiting
as for me, i’m still searching
the sunflower of the end of season

kobushi nigirishime
asahi wo mateba
akai tsume ato ni
namida kirari ochiru…

even if you clench your fist,
waiting for the morning sun
leaving red marks on your nail,
and those tears started to drop…

kodoku ni mo nareta nara
tsukiakari tayori ni
hane naki tsubasa de tobidatou
motto mae e susume

even if you are left in loneliness,
only with the moonlight to rely on
fly with the featherless wings, [5]
more and more, move on forward

amagumo ga kireta nara
nureta michi kagayaku
yami dake ga oshiete kureru
tsuyoi, tsuyoi hikari
tsuyoku mae e susume

when the rain cloud is gone, [6]
the wet road will shine
only the darkness will tell me
a strong, strong light
be strong, move on forward

 

 

___

footnote:

[1] kata tadoritsuku artinya ‘to arrive after struggle’. tapi supaya lebih pas (dan lebih singkat), gw tulis ‘finally, when we arrived there’ di baris ini.

[2] hazu artinya kurang-lebih ‘it should be so’. deta ini bentuk masa lalu dari bentuk kata deru, artinya ‘to leave’. di sini gw tuliskan ‘maybe, we should have left…’

[3] kata mieta berasal dari bentuk kata dasar mieru (= ‘to be seen’), me-refer ke kata ashita (= ‘tomorrow’). di sini gw tulis sebagai ‘if you can see it’. konteksnya sih tidak jauh berbeda.

[4] di baris ini kalimat aslinya kurushimi no tsukita basho ni. kalau diartikan kata-per-kata, kurushimi (= ‘pains’, ‘hardships’), tsukiru (= ‘come to an end’ bentuk dasar dari tsukita), basho (= ‘place’). kalau diartikan secara harfiah jadinya ‘on the place where pains and hardships come to an end’. di sini gw tuliskan sebagai ‘on the end of pains and hardships’.

[5] hane naki tsubasa, kalau diartikan kata-per-kata, hane (= ‘feather’), naki (= ‘the deceased’), tsubasa (= ‘wings’). jadi kalau secara kata-per-kata artinya ‘wings with deceased feathers’. di sini gw tuliskan sebagai ‘featherless wings’

[6] kata kireta bentuk dasarnya adalah kireru (= ‘to wear out’, ‘to expire’). di sini gw menuliskannya sebagai ‘when the rain cloud is gone’. konteksnya sih tidak jauh berbeda. (amagumo = ‘rain cloud’)

___

dedicated to: those who seek the lyrics and translations
message: go check it (and tell me if you find any mistake) =)

kita, kebanggaan, dan identitas kolektif

“bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. tapi memangnya kamu nggak bisa apa-apa kalau sendirian?”

___

jadi ingat, ada salah satu kenangan di masa lalu yang membuat gw ingin menertawakan diri sendiri kalau mengenangnya sekarang ini.

di masa lalu, gw sempat mengalami suatu masa di mana gw pernah merasakan suatu hal yang dinamakan orang-orang yang mengalaminya sebagai ‘ikatan persaudaraan yang kuat’. yah, saat itu, bisa dibilang sesuatu yang bernama ‘semangat kekeluargaan’ dan ‘persaudaraan yang kuat’ itu sempat mempengaruhi gw… dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.

dan tentu saja, di tempat seperti itu, ada beberapa jargon yang dicoba untuk diteriakkan (bukan. lebih tepat: didoktrinkan) kepada gw (dan yang lain) saat itu.

“kalian semua itu satu!”

“satu jatuh, yang lain jatuh!”

“kalian harus membayar untuk kesalahan teman kalian!”

“ingat! perhatikan teman-teman kalian!”

dan sebagainya-lah. dan sebagaimana halnya psikologi manusia berlaku, proses doktrinasi akan lebih mudah ketika orang-orang yang jadi objeknya dalam keadaan ‘tertekan’. yah, tahu sendiri, kan. tekanan fisik dan mental biasanya cukup membantu untuk hal-hal seperti itu.

…dan begitulah, proses ‘doktrinasi’ tersebut-pun berjalan lancar… sampai gw memutuskan untuk tidak lagi terlena oleh jargon ‘kebersamaan’ dan ‘satu untuk semua’ itu.

enak saja. hidup gw ini milik gw! gw punya identitas sendiri, dan gw nggak mau membawa identitas kolektif yang mereka berikan itu!

begitulah yang gw pikirkan. dan mungkin, hal tersebut juga yang membentuk sudut pandang gw akan beberapa hal.

manusia itu makhluk sosial. manusia senang berkumpul, dan manusia senang bertindak bersama-sama. dan dalam beberapa hal, itu baik adanya. manusia memang tidak bisa hidup tanpa manusia lain. dan oleh karena itulah manusia saling membantu dan tolong menolong dalam hidup ini. begitu, kan?

dan sudah dari sananya (…kata-kata yang sampai sekarang masih belum gw pahami penggunaannya), manusia senang berkelompok. kalau dalam sosiologi, sebutannya adalah segregasi sosial. manusia cenderung mengelompokkan diri dengan individu lain yang memiliki kesamaan dengan dirinya. dan hal ini juga yang -sedikit banyak- menjelaskan, kenapa beberapa orang bisa berkumpul dan membentuk sekumpulan sahabat yang akrab, atau beberapa orang berkumpul membentuk perkumpulan pecinta motor gede, misalnya.

dan hal-hal seperti itu juga yang akhirnya membentuk suatu identitas kolektif. suatu identitas yang -kalau bisa dibilang demikian- mewakili individu-individu di dalamnya secara umum. dan biasanya, kita bangga dengan identitas kolektif kita tersebut. dan dalam beberapa kasus, kita bahkan dengan bangga memamerkan identitas kolektif tersebut.

misalnya begini. ketika gw pergi makan siang di Bandung beberapa hari yang lalu, gw melihat seorang cowok memakai jaket berwarna hijau tua dengan angka ’70’ besar di punggungnya. ini contoh yang gampang. identitas kolektif didasari oleh kebanggaan, dan akhirnya malah lebih penting daripada identitas pribadi individu yang bersangkutan.

tentu saja, kalau gw melihat seorang cewek memakai jaket bertuliskan ‘delapan high’, gw akan memikirkan hal yang sama. demikian pula halnya ketika gw melihat seseorang mengenakan jaket bertuliskan ‘Computer Science UI 2004’. pada dasarnya sama, kita memiliki identitas kolektif, dan kita menunjukkannya melalui sebuah media, yaitu jaket.

dan kadang, identitas kolektif ini bisa di-doktrinasi, sedemikian hingga target doktrinasi ini bisa menjadi begitu ‘buta’ mengenai identitas dirinya sendiri. yah, pengalaman gw sih seperti itu.

dan kalau dipikir-pikir, ‘untungnya’ gw tidak lama-lama berada dalam keadaan seperti itu. dan kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya hal-hal seperti ‘kebersamaan’ dan ‘satu untuk semua’ itu tampaknya memang kurang cocok untuk gw. apalagi, ketika diharuskan untuk patuh tanpa syarat! (ini… lagi-lagi pengalaman gw =) )

masalahnya, kadang identitas kolektif ini bisa begitu dominan, sehingga kita cenderung melupakan identitas individual kita.

misalnya begini. ketika gw berada dalam suatu kelompok, maka sikap kelompok (biasanya, dan biasanya harus) adalah sikap gw juga. kalau misalnya kami menyikapi suatu hal dengan tindakan A, maka gw (sebagai bagian dari kami) juga harus bersikap A. itu menyebalkan. dan gw pernah berada dalam lingkungan seperti itu.

(eh… bukan di Fasilkom atau UI, kok. jangan ada yang salah paham, yah =) )

buat gw, itu menyebalkan. sejak kapan gw harus menuruti perintah orang lain? gw hanya akan melaksanakan suatu hal ketika gw memiliki alasan yang baik untuk melakukan hal tersebut, dan gw memang ingin melakukannya.

dan sebenarnya, gw lebih suka bersikap sesuai dengan pemikiran dan keinginan gw. misalnya dalam suatu kelompok menyatakan bahwa ‘kita akan bersikap A!’ dan gw tidak setuju (walaupun gw adalah bagian dari kelompok tersebut!), maka gw tidak akan bersikap A.

…dan beberapa kali di masa lalu, hal seperti itu memang terjadi.

memang sih, ada keuntungannya juga hal-hal seperti itu. identitas kolektif dan kebanggaan, maksudnya. dengan adanya suatu identitas kolektif dan kebanggaan terhadap identitas kolektif tersebut, kita jadi merasa aman. kita jadi merasa tidak sendirian. dan kita tidak perlu takut bahwa kita akan salah melangkah. atau setidaknya, kalaupun salah, kita tidak sendirian.

yah, katanya sih, memang lebih menyenangkan kalau kita ‘salah bareng-bareng’ atau ‘aneh bareng-bareng’, daripada ‘salah sendirian’ atau ‘aneh sendirian’. ini hal yang wajar, kok. kalau anda melihat seorang bapak-bapak berusia 30-an tahun menggunakan daster ibu-ibu, maka anda akan memandangnya ‘aneh’. tapi, kalau anda melihat serombongan bapak-bapak bermain sepakbola dengan mengenakan daster (untuk lomba 17 Agustus-an, misalnya), maka bisa diperkirakan bahwa kesan ‘aneh’ anda tidak akan sebesar contoh pertama… biarpun tetap saja ‘aneh’, sih =)

tergantung individu, sih. tapi untuk saat ini, gw rasa gw lebih suka dikenal sebagai ‘yud1’. bukan sebagai ‘anak fasilkom’, ‘angkatan 2004’, ‘alumni 8’, atau apapun sebagainya.

yah, tentu saja, ada juga saat-saat di mana hal-hal seperti itu dibutuhkan.

“eh, lihat yud1, nggak?”

“yudi? yudi yang mana, nih?”

“itu, yud1 angkatan 2004!”

nah, kan. kadang-kadang, identitas kolektif seperti itu berguna juga, kok =)

hal yang gampang-gampang susah

“…for what reason do you live?”

___

satu pertanyaan sederhana. tapi jawabannya gampang-gampang susah.

untuk alasan apa gw hidup, dan berada di dunia ini?

kadang, sampai sekarangpun gw masih bingung mau menjawab apa kalau ditanya hal seperti ini. tentu saja, rekan-rekan di sekitar gw mungkin punya berbagai jawaban yang ‘bagus dan sesuai dengan hati nurani mereka’. tapi gw bertanya-tanya juga, sih. apa sebenarnya yang gw perjuangkan dalam hidup ini?

tentu saja, ada cara yang gampang dalam menjawabnya. siapa yang peduli? yang penting gw sekarang ini hidup, dan gw hanya akan menjalaninya. itu jawaban yang gampang. dan bagus. dan masalah pun selesai.

tapi gw merasa, jawaban seperti itu bukan untuk gw. maksud gw, gw tidak ingin berakhir seperti itu saja. gw tidak ingin lahir, hidup, melakukan beberapa hal, lalu mati, dan selesai. gw ingin ada alasan di balik segala sesuatu yang gw perjuangkan dalam kehidupan gw yang singkat ini.

misalnya begini. sekarang ini gw adalah mahasiswa. mungkin saat ini, gw punya tujuan jangka pendek. mendapatkan IP bagus, lulus tepat waktu, dan sebagainya. lalu apa? setelah itu, mungkin akan ada tujuan-tujuan jangka pendek yang lain. misalnya kerja dan mengembangkan karier. dan seterusnya.

tapi itu semua semu, kan?

maksud gw, semua tujuan itu semu. coba kita pikirkan.

ketika kita lahir, kita sudah dipersiapkan untuk menjadi manusia dewasa. kita mungkin diajarkan oleh orangtua. kita mungkin mengenyam pendidikan di sekolah. kita mungkin memasuki dunia kuliah. kemudian mungkin lulus dan bekerja. kemudian mungkin menikah dan berkeluarga. kemudian memiliki keturunan, dan mengulangi proses yang sama terhadap keturunan kita.

gw tidak ingin seperti itu. gw tidak ingin cuma lahir – tumbuh – sekolah – kuliah – kerja – menikah – tua – mati. gw tidak ingin cuma sekadar ‘menjalani hidup’, tanpa memiliki suatu makna di balik kehadiran gw di dunia ini.

tentu saja, dengan keadaan seperti itu, secara jujur gw bingung ketika dihadapkan dengan sebuah pertanyaan: ‘kenapa… manusia harus terus hidup?’. iyalah. apa yang ingin gw perjuangkan? ketika tidak ada suatu alasan untuk hidup, apa gunanya manusia hidup?

entahlah. mungkin, saat ini, yang bisa gw katakan hanyalah bahwa gw (sampai saatnya nanti gw menemukan suatu alasan yang tepat) tidak ingin terlalu pusing dengan hal tersebut. yang jelas, gw menjalani hidup ini dan menikmatinya. dan mungkin, dalam prosesnya, gw berharap bisa melakukan sesuatu yang baik dan berguna bagi orang-orang di sekitar gw.

mungkin… tapi setidaknya, gw berharap gw bisa melakukan hal tersebut.

mungkin sekarang gw belum bisa menemukan alasan untuk gw perjuangkan dalam kehidupan ini. mungkin sekarang gw masih berpegang kepada tujuan-tujuan yang semu. mungkin sekarang gw belum menemukan suatu alasan yang bisa dengan mantap membuat gw menjawab pertanyaan tersebut. tapi gw ingin menemukannya.

dan gw berharap, bahwa suatu saat nanti gw akan menemukannya. suatu alasan kenapa gw masih harus hidup, sebelum waktunya perjalanan gw berakhir.

…tapi sejauh ini, gw merasa bahwa hidup ini cukup menyenangkan =)

salah mereka…

“sometimes, it’s much easier to blame someone else for things that went wrong. do you?”

___

kalau dipikir-pikir, sebenarnya kita (baca: manusia, setidaknya yang sering gw lihat, dan mungkin termasuk gw sendiri kadang-kadang) sering menyalahkan pihak lain yang ‘bukan kita’ karena sesuatu hal yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. dan susahnya, kadang hal ini diimplementasikan dengan menganggap mereka yang kita anggap ‘bukan kita’ sebagai ‘musuh’.

…sedihnya, sikap ini ternyata dilakukan oleh manusia, tidak peduli batas gender, asal-usul, edukasi, maupun tingkat sosial-ekonomi.

tidak percaya? coba kita perhatikan. gw pernah menemukan yang seperti ini.

dalam perjalanan ke suatu tempat, gw lewat di depan serombongan anak-anak remaja, semuanya perempuan. usianya mungkin belasan tahun, dan masih duduk di SMU. sepertinya sih mereka sedang duduk sambil membicarakan sesuatu.

“gw sebel sama nyokap gw! masa nyokap gw tuh ya… (begini-dan-begitu). coba lihat. gw kan kesel jadinya…”

teman-temannya mengiyakan, sambil menyahut dengan omongan yang tidak kalah ramai.

*biasa, pikir gw. rombongan cewek ‘paketan’ yang lagi curhat*

(‘paketan’: ke mana-mana selalu bareng-bareng, jadi kayak rombongan gimana-gitu. kalau jalan harus ‘satu paket’. kadang diikuti selera pakaian atau tas yang satu paket juga =). yah, nggak salah, sih. ini fenomena yang umum ditemui di antara cewek-cewek SLTP-SMU)

“nah, terus ya, gimana gw nggak kesel coba. terus nilai-nilai gw jadi jelek juga, coba salah siapa?”

teman-temannya kembali mengiyakan.

*gw nyaris tersedak. hah? emang ada hubungannya nilai sama orangtua?*

gw melanjutkan perjalanan, jadi tidak mendengar lanjutannya.

kalau dipikir-pikir, apa hubungannya antara ‘orangtua yang menyebalkan’ dengan nilai ujian kita? maksud gw, sekalipun orangtua kita mungkin menyebalkan, hasil nilai ujian kita adalah tanggungjawab kita sendiri.

…tentu saja, seperti halnya mereka, dulu ada saat-saat di mana gw merasa orangtua gw ‘menyebalkan’, tapi setidaknya nilai ujian sekolah gw masih di atas standar pribadi gw. eh… belakangan, sebenarnya ternyata bukan mereka yang ‘menyebalkan’, tapi gw saja yang waktu itu ‘terlalu bego’. yah, sudahlah.

tapi menurut gw, seandainya pun ulangan matematika gw dapat 50 dari 100, misalnya, jelas itu bukan salah orangtua. iyalah, gw yang belajar (atau tidak belajar =P), dan gw sendiri yang menanggung hasilnya.

tapi, kadang memang jauh lebih mudah kalau kita menyalahkan orang lain atas hal-hal yang tidak sesuai keinginan kita. sebab dengan demikian, kita jadi merasa lega. kita jadi punya suatu pelampiasan. dan kita bisa ‘mengobati’ sakit hati kita dengan menyalahkan orang lain.

meskipun demikian, ternyata hal seperti ini lumrah adanya dalam kehidupan manusia. bahkan mahasiswa yang katanya ‘cerdas dan intelektual’ pun tampaknya masih belum bisa melepaskan diri dari belenggu kerangka berpikir yang seperti itu.

ada hal yang menarik dari penyikapan mahasiswa terhadap kenaikan harga BBM beberapa waktu yang lalu. sambil iseng-iseng, gw ngobrol dengan beberapa rekan mahasiswa mengenai hal ini. ada kutipan-kutipan yang kurang-lebih sebagai berikut.

“kalau menurut saya hal ini tidak sesuai. bagaimanapun, hal ini jelas memberatkan rakyat. kita harus bersikap untuk masalah ini.”

“jelas ini salah pemerintah. mereka tidak mampu untuk… (begini-dan-begitu)”

“oleh karena itu kita harus bergerak untuk melakukan pressure terhadap pemerintah.”

akhirnya, beberapa waktu kemudian memang terjadi sebuah aksi massa dari mahasiswa yang entah bagaimana agendanya menjadi ‘tolak kenaikan harga BBM’, walaupun dalam ajakan aksi sebenarnya agendanya tidak demikian.

yah, begitulah. dalam keadaan sulit, orang lebih mudah menyalahkan orang lain. tentu saja, kalau ditanya bagaimana solusi yang baik bagi pemerintah, (misalnya dengan kebijakan ekonomi apalah, atau efisiensi produksi minyak yang kongkret dan nyata) kemungkinan besar solusi yang ditawarkan adalah abstrak. tentu saja, sebagian besar mahasiswa tidak memiliki frame of reference dalam bekerja di lingkungan yang kadang memaksa terjadinya trade-off yang mungkin tidak sesuai keinginan tersebut.

dan berdasarkan pengalaman, yang terjadi adalah aksi ‘tolak kenaikan harga BBM’. dan silakan tanyakan kepada mereka yang turun ke jalan, kemungkinan besar akan dijawab: “ini salah pemerintah!”.

kadang kita terperangkap dalam kerangka berpikir demikian, bahkan sebelum kita berpikir untuk menyadarinya. tapi masalahnya, benarkah demikian? benarkah bahwa pihak-pihak yang (ingin) kita ‘salahkan’ benar-benar layak ‘disalahkan’?

seorang pasien datang berobat kepada seorang dokter untuk penyakit yang sebenarnya tidak terlalu parah. setelah pemeriksaan dan menerima obat, sang pasien pun berlalu dari ruang kerja dokter.

beberapa hari kemudian, penyakit sang pasien tampak tidak membaik. ia kembali menemui sang dokter dan mengatakan bahwa obat yang diberikan oleh sang dokter tidak manjur.

sebenarnya, bukan itu alasannya. alasan sebenarnya adalah, sang pasien tidak meminum antibiotika yang diberikan secara teratur.

sebagaimana yang telah diketahui, obat golongan antibiotika harus diminum secara teratur untuk pengobatan yang efektif. konsumsi secara tidak teratur bukan hanya mengakibatkan penyakit tidak cepat sembuh, tetapi juga mengakibatkan resistensi penyakit terhadap obat bersangkutan.

dalam kasus ini, tampaknya hal tersebutlah yang terjadi.

…jadi? ternyata tidak ada yang salah dengan dokter maupun obat yang diberikan.

memang, jauh lebih mudah menyalahkan pihak lain ketika ada hal-hal yang tidak sesuai harapan kita. kita dapat nilai buruk dalam ujian, salahkan orangtua kita yang menyebalkan. harga BBM naik, salahkan pemerintah yang tidak becus mengelola negara. tim kesayangan kita kalah dalam pertandingan sepakbola, salahkan wasit yang berat sebelah.

…gampang, kan? dan kita pun ‘senang’ karena bisa lari dari ketidakmampuan kita menghadapi kenyataan.

tapi tentu saja, hal seperti itu tidak ada gunanya. ketika kita tidak menguasai cukup pengetahuan untuk menjadi seorang dokter, maka ada baiknya kita mencoba berdiskusi dengan sang dokter – setidaknya, dia lebih paham daripada kita soal penyakit manusia. ketika kita tidak mengerti mengenai pelaksanaan dan penyelenggaraan ekonomi negara, maka mungkin ada baiknya kita tidak langsung menyalahkan pemerintah. ketika kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup soal peraturan pertandingan sepakbola, ada baiknya kita membaca regulasi terbaru yang berlaku.

tentu saja, kalau dalam taraf kita sudah cukup mampu untuk menilai, kita layak bersikap demikian – dengan didukung oleh bukti dan kemampuan yang kita miliki, tentunya. kalau anda sudah memahami peraturan dalam suatu pertandingan sepakbola, maka anda dapat mengatakan bahwa pemain A dalam posisi offside, dan wasit dalam kasus ini mungkin salah. atau kalau anda adalah mahasiswa kedokteran yang sudah hampir lulus, anda dapat menanyakan kepada dokter, apakah pengobatan dengan antibiotika dapat dilanjutkan untuk pasien yang kelihatannya alergi pada amoxicillin, misalnya.

…tapi selain itu, tidak.

…yah, kecuali anda siap menerima kemungkinan dicap sebagai ‘pasien sok-tahu’ oleh dokter yang mungkin memang ahli di bidangnya, atau ‘mahasiswa tong kosong nyaring bunyinya’ oleh tim ekonomi pembangunan nasional, atau siap dianggap sebagai ‘penonton yang cuma bikin rusuh’ oleh komisi wasit berikut persatuan sepakbola nasional, mungkin hal tersebut bisa dikatakan ‘sedikit berguna’.

tentu saja, seperti halnya rombongan ibu-ibu di sebuah kampung yang mengatakan bahwa ‘banjir ini salah pak lurah’, atau penonton sepakbola yang mengatakan ‘wasit pertandingan tidak beres’ ketika tim kesayangan mereka kalah, mungkin kita akan ‘senang’ kalau bisa menyalahkan orang lain. kita akan ‘senang’ kalau punya musuh bersama. dan kita seolah jadi punya ‘tujuan hidup’ dengan menyalahkan pihak lain.

aneh ya?

1 LITRE no Namida OST – March 9th

masih dari drama 1 LITRE no Namida (aka: 1 Rittoru no Namida, Ichi Rittoru no Namida, 1 Litre of Tears) yang sempat gw review beberapa waktu yang lalu, kali ini gw mencoba menuliskan lyrics dan translations dari OST-nya yang berjudul March 9th (aka: san-gatsu kokono-ka).

lagu ini aslinya dibawakan oleh Remioromen, namun bila anda memperhatikan dramanya, lagu ini juga dinyanyikan dengan versi choir dalam salah satu episode. sebenarnya sih itu lagu yang sama, hanya saja ada beberapa bagian yang diedit, disesuaikan dengan kebutuhan filmnya.

lyrics-nya dengan huruf italic, translation-nya dengan huruf plain. berhubung gw mencoba menerjemahkan sendiri, jadi mohon koreksi kalau ada salah translate =)

March 9th (3 月 9 日) [1]
Remioromen

nagareru kisetsu no mannaka de
futo hi no nagasa wo kanjimasu
sewashiku sugiru hibi no naka ni
watashi to anata de yume wo egaku

in the midst of flowing seasons,
I suddenly feel the length of the days
in the midst of passing restless days,
you and I are painting our dreams

sangatsu no kaze ni omoi wo nosete
sakura no tsubomi wa haru e to tsudzukimasu

place our feelings in the wind of March [2]
where the sakura blossoms are going towards spring [3]

afuredasu hikari no tsubu ga
sukoshizutsu asa wo atatamemasu
ookina akubi wo shita ato ni
sukoshi tereteru anata no yoko de

grains of light are overflowing,
bit by bit, starting to warm the morning
and after a big yawn,
i’m feeling a bit awkward by your side

arata na sekai no iriguchi ni tachi
kidzuita koto wa hitori ja nai tte koto

standing at the door to a new world,
what I realized is that I’m not alone

hitomi wo tojireba anata ga
mabuta no ura ni iru koto de

dore hodo tsuyoku nareta deshou
anata ni totte watashi mo, sou de aritai…

if i close my eyes, you are
always behind my eyelids
isn’t that what made me stronger?
I, too, want to be like that for you…

suna bokori hakobu tsumoji kaze
sentakumono ni karamarimasu ga
hiru mae no sora no shiroi tsuki wa
nanda ka kirei de mitoremashita

the dust-carrying whirlwinds
are entangling the laundry
but the white moon before the noon sky
was so beautiful that I’m fascinated

umaku wa ikanu koto mo aru keredo
ten wo oogeba sore sae chiisakute

there are things that didn’t go well, but
compared to the sky, they seem so small

aoi sora wa rin to sunde
hitsuji kumo wa shizuka ni yureru
hana saku wo matsu yorokobi wo
wakachi aeru no de areba, sore wa shiawase

the blue sky, by the moment
the fluffy clouds are swaying quietly [4]
the pleasure of waiting for the blooming petals,
if we can share it, then that’s a blessing [5]

kono saki mo tonari de, sotto hohoende…

from now on, smile gently beside me…

hitomi wo tojireba anata ga
mabuta no ura ni iru koto de
dore hodo tsuyoku nareta deshou
anata ni totte watashi mo, sou de aritai…

if i close my eyes, you are
always behind my eyelids
isn’t that what made me stronger?
I, too, want to be like that for you…

check this for the file:

 

___

footnote:

[1] 3 月 9 日 dibaca ‘3-gatsu 9-ka’. karakter di sebelah ‘3’ adalah kanji dari gatsu (= bulan), dan di sebelah ‘9’ adalah kanji dari ka (= hari). diucapkan sebagai ‘san-gatsu kokono-ka’. sebutan ini digunakan untuk penamaan hari dan bulan dalam kalender.

[2] kata sangatsu secara harfiah berarti ‘bulan ke-3’. di Jepang, orang menyebutkan nama bulan dengan angka. jadi, sangatsu artinya bulan Maret. untuk bulan-bulan lain berlaku hal yang sama. misalnya gogatsu (bulan ke-5, Mei) atau juunigatsu (bulan ke-12, Desember).

[3] sakura no tsubomi dalam bahasa Inggris artinya ‘buds of cherry-blossom’, tapi berhubung jadinya agak kurang pas, gw menuliskan sebagai ‘sakura blossoms’. (sakura = cherry-blossom, tapi karena sebagian besar orang lebih familiar dengan kata sakura, gw memutuskan untuk tidak menggantinya)

[4] kata hitsuji dan kumo secara harfiah artinya ‘sheep’ dan ‘cloud’. di sini gw tuliskan sebagai ‘fluffy cloud’ (asosiasi dengan domba – mungkin seperti istilah wedhus gembel di sini? =P )

[5] wakachi aeru no deareba di sini adalah frase. di sini gw tuliskan sebagai ‘if we can share it’, me-refer ke kalimat di baris sebelumnya.

___

dedicated to: those who seek the lyrics + translations
message: go check it (and tell me if you find any mistake) =)

1 LITRE no Namida OST – Konayuki

untuk anda yang sudah menonton drama 1 LITRE no Namida (aka: 1 Rittoru no Namida, Ichi Rittoru no Namida, 1 Litre of Tears) yang sempat gw review beberapa waktu yang lalu dan tertarik dengan lagu yang jadi OST-nya, kali ini gw mencoba menuliskan lirik dan translation dari salah satu OST-nya.

kali ini, gw mencoba menuliskan lyrics dan translations dari lagu Konayuki yang dibawakan oleh Remioromen. lyrics-nya gw dapatkan setelah googling, dan dimodifikasi sedikit setelah cek ulang dengar lagunya (semoga gw nggak salah koreksi). untuk translation-nya, mohon koreksi kalau ada yang salah-salah.

lyrics-nya dengan huruf italic, translation-nya dengan huruf plain.

Konayuki (jp: powdered-snow)
Remioromen

konayuki, mau kisetsu wa
itsumo surechigai
hitogomi ni magiretemo
onaji sora miteru no ni

powdered-snow, within the revolving seasons
we always miss each other [1]
although we got separated within the crowd,
we look into the same sky

kaze ni fukarete
nita you ni kogoeru no ni

blown in the wind,
we feel the same chills

boku wa kimi no subete nado
shitte wa inai darou
soredemo ichiokunin kara
kimi wo mitsuketa yo

everything about you, [2]
guess I don’t really know
even so, from one hundred million
I still found you [3]

konkyo wa nai kedo
honki de omotterun da

although i’m not really sure, [4]
i’m seriously thinking about it

sasai na iiai mo nakute wararai, wararai
onaji jikan wo ikite nado ikenai
sunao ni narenai nara
yorokobi mo kanashimi mo munashii dake

if slight quarrels may lose our laughters
then we must not live in the same moment of time
if we can’t be honest to each other [5]
happiness and sadness are just empty

konayuki nee kokoro made shiroku somerareta nara
futari no kodoku wo wake au koto ga dekita no kai

powdered-snow, until our hearts become white-dyed
let us meet so that we can share our loneliness

boku wa kimi no kokoro ni, mimi wo oshiatete
sono koe no suru hou e sutto fukaku made
orite yukitai, soko de mou ichido aou

i want to put my ears into your heart
to hear the voice that gently leads into the depth
i want to go descend, and let us meet once again there

wakariaitai nante morarai, morarai
uwabe wo nadete ita no wa boku no hou
kimi no kajikanda te mo
nigirishimeru koto dake de tsunagatteta no ni

although I say that I want to understand,
but I can only stroke the surface of my words
even your hands that have become cold,
only by holding them tightly, we were connected

konayuki nee eien wo mae ni amari ni moroku
zaratsuku ASUFARUTO
no ue shimi ni natte yuku yo [6]

powdered-snow, even too fragile before the eternity
fell and became stain upon the rough asphalt

konayuki nee toki ni tayorinaku kokoro wa yureru
soredemo boku wa kimi no koto mamoritsudzuketai…

powdered-snow, in such time unreliable, shaking my heart
even so, I want to keep on protecting you…

konayuki nee kokoro made shiroku somerareta nara
futari no kodoku wo tsutsume sora ni kaesu kara…

powdered-snow, until our hearts become white-dyed
wrap up our loneliness, return it to the sky…

check this for the file:

Remioromen – Konayuki
(MP3, 192 kbps, 44 khz – 5:23)

___

footnote:

[1] kata surechigai di sini arti harfiahnya ‘chance to encounter’, tapi kalau diartikan dari bentuk kata surechigau, artinya ‘missing each other’

[2] bahasa jepang menggunakan bentuk yang terbalik dalam menyatakan kalimat pekerjaan. berhubung gw mencoba menerjemahkan baris-per-baris, jadi kesannya seperti terbalik. seharusnya memang terjemahannya ‘I guess I don’t know everything about you’

[3] sama seperti [2], seharusnya ‘I still found you from one hundred million people’. (ichioku = one hundred million)

[4] baris ini arti harfiahnya ‘although i don’t have any basis/foundation’, tapi secara umum digunakan untuk ungkapan ‘i’m not really sure’

[5] kata sunao arti harfiahnya ‘obedient’, tapi bisa juga diterjemahkan ‘honest’. konteksnya tidak terlalu berpengaruh, sih.

[6] kata ASUFARUTO ini adalah kata serapan dari bahasa inggris asphalt, dan ditulis dengan huruf katakana. seharusnya dituliskan ‘… ASPHALT no ue …’, tetapi untuk menghindari kebingungan karena nadanya nggak masuk, gw menuliskan ASUFARUTO.

___

dedicated to: those who seek the lyrics and translations
message: go check it (and tell me if you find any mistake) =)