fansub, scanslations, dan budaya murah(an)

coba kita renungkan pertanyaan-pertanyaan berikut.

berapakah harga satu season serial anime atau j-drama, yang di-review di berbagai tempat sebagai ‘bagus dan menghibur’?

…mungkin, cukup tinggi sedemikian hingga bisa dijual di toko CD/DVD, dan dijual dalam paket satu season.

berapakah harga upaya orang-orang untuk menerjemahkan sebuah film berbahasa jepang, sehingga bisa dinikmati oleh orang-orang non-jepang yang tidak menguasai bahasa jepang?

…mungkin, cukup tinggi sehingga distributor-distributor di beberapa negara membayar orang-orang untuk melakukan hal tersebut untuk sebuah versi licensed dari film berbahasa jepang.

berapakah harga sebuah komik licensed yang diterbitkan di indonesia, dan mungkin bisa ditemui di toko buku terdekat?

…mungkin, cukup tinggi sehingga bisa menghargai para kreator dan membayar royalti atas pemuatan hasil karyanya secara layak.

kenapa gw menuliskan pertanyaan-pertanyaan di atas? karena hal ini bisa dikatakan sudah cukup lama menjadi concern gw… terutama menyangkut masalah scanslations, fansub, dan sikap orang-orang mengenai hal tersebut. dan hal ini berlangsung sudah cukup lama, bahkan sejak pertama kali gw mengenal kata scanslations, dan kemudian fansub.

untuk anda yang mungkin agak kurang memahami kata-kata seperti scanslations dan fansub, silakan membaca paragraf berikut.

scanslations adalah publikasi hasil scan dari sebuah komik berbahasa asing (misalnya jepang, tapi bisa juga yang lain) yang sudah diterjemahkan secara sukarela melalui internet. proses scan, penerjemahan, dan pengeditan dilakukan secara sukarela dan tidak dibayar, dan hasilnya dirilis secara gratis di internet. hasil rilis ini kemudian di-drop ketika material atau judul yang dikerjakan dilisensi secara legal oleh penerbit di negara tersebut.

fansub adalah proses penerjemahan sebuah film berbahasa asing (misalnya jepang, tapi bisa juga yang lain) yang dilakukan juga secara sukarela dan tidak dibayar. proses penerjemahan, pengeditan, typesetting, encoding, dan sebagainya dilakukan dengan sukarela. hasil fansub ini kemudian dirilis di internet untuk di-download secara gratis. seperti halnya scanslations, hasil rilis ini akan di-drop ketika material atau judul yang dikerjakan dilisensi secara legal oleh distributor resmi di negara tersebut.

sebenarnya tidak ada masalah dengan hal tersebut. proses penerjemahan dan pengeditan (yang notabene membutuhkan skill dan resource khusus) dilakukan dengan sukarela. dan sejalan dengan asas penghargaan atas hak cipta, material yang dirilis akan di-drop ketika material tersebut dilisensi secara legal.

yang jadi masalah, adalah sikap mental beberapa orang yang menjadi ‘konsumen’ fansub dan scanslations tersebut. dalam beberapa kasus, justru para ‘konsumen’ inilah yang melupakan bagaimana hasil karya cipta yang berupa komik atau film tersebut harus dihargai.

misalnya begini. kalau seseorang membaca hasil scanslations komik Naruto, misalnya, dan ia menyukai komik tersebut, maka (seharusnya) orang tersebut melakukan penghargaan terhadap komikusnya, dalam kasus ini dengan membeli komik versi licensed yang diterjemahkan di negara tempatnya berada. dengan demikian, ia menghargai kreator dari komik tersebut, dan menghormati hasil karya ciptanya.

tapi, ada sebuah sikap mental yang menyedihkan yang berkembang di sini. yaitu ketika ada beberapa orang menyatakan: ‘buat apa membeli komiknya? sudah baca scanslations-nya, kok’.

orang-orang seperti ini, menurut gw sampah. mereka sama sekali tidak memiliki niat untuk menghargai kreator dari material yang mereka nikmati itu. padahal, versi licensed-nya bisa diperoleh di toko buku terdekat, tanpa membayar terlalu mahal! dan mereka lebih memilih untuk pergi gratisan, dan mengambil hasil jerih payah para translator dan editor yang dibayar dengan niat baik dan terima kasih dari para fans yang tidak bisa menikmati karya tersebut di tempat mereka.

padahal, salah satu prinsip utama yang sering dijelaskan oleh berbagai scanslations group adalah ‘buy the licensed material once it’s available on your country‘, serta kalimat seperti ‘support the author by buying the original items‘.

nah. itu kalau soal scanslations. dan orang yang bersikap menyedihkan seperti itu bukannya tidak ada.

contoh lain. kali ini soal fansub. dalam beberapa kesempatan, gw melihat beberapa keping CD/DVD dijual. isinya material seperti anime, dan beberapa j-drama, serta tokusatsu.

dan ternyata? isinya adalah material hasil fansub. material yang seharusnya tidak dijual (kecuali mungkin untuk ongkos burn CD/DVD-nya), dan dinyatakan dengan jelas dalam content-nya: ‘not for sale, rent, or eBay’. dan seharusnya di-drop begitu versi licensed-nya dirilis di sini.

well, lihat ironisnya di sini?

bayangkan bahwa orang-orang yang mengerjakan fansub sebuah serial anime atau j-drama (yang membutuhkan skill dan resource khusus: translator bahasa jepang, video encoder, video editing, dan sebagainya) dan mengerjakannya dengan tidak dibayar (dan menyatakan bahwa hasil fansub mereka tidak untuk dijual!). mereka sama sekali tidak mengambil untung dari hasil kerja mereka, tapi beberapa orang malah mengambil untung dari hasil kerja mereka yang sukarela dan tidak dibayar itu.

aneh, yah. sementara ada orang-orang bermodal skill dan resource yang cukup langka dan mengerjakan sesuatu secara sukarela, di saat yang sama ada orang-orang dengan modal ‘seadanya’ mencoba cari untung dari hasil kerja fansub tersebut.

well, dan hal seperti itu juga yang membuat gw berprinsip bahwa gw tidak akan membeli hasil fansub, baik dalam bentuk CD atau DVD, kecuali untuk mengganti ongkos CD/DVD dan burn. iyalah, yang mengerjakan saja tidak mengambil keuntungan, masa yang lain mau ambil untung?

tapi tentu saja, akan selalu ada orang-orang yang tidak berpikir untuk menghargai hasil karya cipta yang mereka nikmati. akan selalu ada contoh seperti seseorang yang menonton (dan menyukai) versi fansub dari Final Fantasy VII: Advent Children dan menolak untuk membeli versi licensed-nya setelah available di tempatnya berada. atau orang-orang yang memutuskan untuk tidak men-support kreator dari komik Naruto karena sudah cukup puas dengan membaca scanslations-nya saja. atau kasus-kasus sejenis.

tentu saja, menurut gw ini budaya yang murahan. orang hanya mau mencari keuntungan dan menikmati suatu material (entah scanslations atau fansub) secara gratis (atau setidaknya murah), tanpa sedikitpun niatan untuk menghargai kreator aslinya. atau yang lebih parah lagi, ada orang-orang yang menarik keuntungan dari hasil fansub yang notabene dikerjakan dengan sukarela!

mungkin, kita perlu kembali belajar untuk menghargai. bahwa ketika kita menyukai suatu scanslations, ada baiknya kita menyisihkan sedikit uang untuk membeli versi licensed-nya. misalnya, walaupun anda memiliki scanslations dari komik Monster-nya Naoki Urasawa, ada baiknya anda menyisihkan uang untuk membeli versi resmi yang dilisensi di sini… setidaknya untuk tiga atau empat buku, kalau keadaan finansial anda cukup terbatas =P.

demikian juga, mungkin kita perlu belajar untuk menghargai hasil karya para fansub group. dan satu hal: fansub bukanlah pengganti material yang licensed. kalau anda menyukai dan menikmati suatu hiburan hasil fansub, jangan lupa untuk membeli versi licensed-nya ketika sudah available di tempat anda.

respect yourself, respect others. respect the authors and the people in the industry. and respect the fansub and scanslations groups.