good-turn-bad-turn-good day

well. as I may say, my life today is rather unusual… and as you may say, life has its own ups-and-downs. it sure is, yet i’m feeling rather relieved that i still find that my today’s life cycle has been good-turn-bad-turn-good.

so today started with a rather good start: a 1-0 victory in a set of Winning Eleven match in the morning made me think that what will happen today would be great – and although the victory had been paid-back right away (hell, another 1-0, this time is my defeat as i played the set with 10 players for the rest of the 2nd half? but it’s a loss nonetheless) I was still thinking that it was a nice start.

yes, it is… until then. arrived late by 5 mins on the Numerical Analysis lecture held on 0800, I was somehow dragged back to sit on the nearly-rearmost seat (what?) and while attempting to comprehend the Householder Transformation, i realized that somehow (at least for me) there is a linear pattern between seat position and level of understanding in a lecture.

so it happened that i got past the Numerical Analysis stuff, and as I walked to the Student Council Office, I was told that I had to do a written report for the office that was due TODAY. crap. the 1st day back to campus, and after a deadline of a Numerical Analysis assignment (as I wrote here before, it was a due date for the assignment), then I had to make a written report for the office.

…and life sure knows when to get tough.

and as I was thinking of how I would get my written report done before today ends, there is another mess on the 1st day on. well, there were no food to eat. no. there were no food to buy, that is. the kiosks were closed, and as I walk along the path around the campus, nearly all of them were either closed or overly-crowded. and none was a choice for me.

and yet, the sun was shining (over?) brightly, leaving an unusual hot-and-dry weather. and crap, as I was thinking of buying something cold-and-nice to drink, the kiosk were also all closed. oh, not really. there was one opening, but I couldn’t find the one I wanted. how did a kind of cheap-but-nice 500ml-packed bottle of beverage become that rare?

back to the campus, as the canteen is still in silence, and along with the chronic thirst attack (and nothing to drink), I walked to the 2nd floor, before the Project Management Lecture on 1300. and should I ask a question, may I ask: had my luck left me for today?

…and it was a ‘no’ for the answer.

as finally I met a bottle of water (mineral water, but somehow tastes really good… dunno how it came) given by a friend (thanks man!), and some quick rest. not really good, but it should do a thing or more. it was not really bad, at the least.

and later then I was prepared for the Project Management lecture… guess what? that was an empty slot as the lecturer didn’t come to manage the lecture. I don’t really understand how it went, though. another luck? maybe.

OK, and it was the time to eliminate the written report. and as one-or-two hour has passed, the report was well-done and ready to submit… and then I was told that the due date was postponed. oh, good. and I have finished the report already. well, at least I wouldn’t have to stay until late tonight to submit the written report.

…and now i’m rather sleepy after writing this scrap. well, just another scrap from me. don’t mind this post too much, though.

liburan yang tak santai

di kampus ini, tidak ada kata libur.

setiap hari di kampus ini adalah perjuangan, dengan tugas-tugas yang tampaknya tidak bosan-bosannya diberikan oleh para pengajar di kampus.

…bahkan libur satu minggu menjelang hari raya tidak berarti ‘liburan’. sesungguhnya, yang terjadi adalah mahasiswa (eh… mungkin sebenarnya gw aja, sih =P) ‘pindah kuliah ke rumah’. kenapa begitu, sebenarnya lebih karena banyaknya tugas yang diberikan untuk ‘bekal liburan hari raya’.

relatif, sih. tapi bagusnya (setidaknya menurut gw =P ), apa yang ada di liburan kali ini gw rasa masih bisa gw tangani dengan baik. tentu saja, walaupun itu berarti mungkin gw akan agak kurang tidur, karena waktu yang ada harus dibagi pula dengan berbagai kesibukan di sekitar hari raya. tahu kan, misalnya mengunjungi atau dikunjungi beberapa kerabat dan tetangga. dan berhubung keluarga gw agak ‘besar’, jadi biasanya kesempatan ini dipergunakan untuk ketemu dan silaturahmi… seperti itulah.

hmm. coba kita lihat.

ada tugas Analisis Numerik, berupa analisis masalah persamaan linear dan solusinya dengan menggunakan algoritma Cholesky untuk matriks simetris dan positive-definite. tidak usah bingung dengan tulisan saya barusan kalau anda tidak mendalami Computer Science atau matematika. hidup ini cukup menyenangkan kok tanpa matematika lanjut seperti itu.

…sebagian sudah dibantai. sebagian lagi harus selesai dalam seminggu ini. bagusnya sih ini tugas kelompok, jadi load individu-nya tidak terlalu tinggi.

ada lagi tugas Prinsip-Prinsip Sistem Informasi. menuliskan makalah dengan tema tren perkembangan teknologi informasi, dengan topik yang tidak boleh sama antar mahasiswa. jadi misalnya ada rekan gw yang membahas soal prosesor, lalu ada yang membahas soal input device, dan sebagainya, maka gw harus memilih topik yang berbeda.

…bikin makalah? enteng-lah itu. satu hari (atau mentok-mentok: dua hari) seharusnya beres. gaya penulisan akademik, berikut rujukan dan referensi, seharusnya sih tidak ada masalah.

ada juga tugas Proyek Perangkat Lunak, yang sudah memasuki tahap construction alias sudah mulai coding. kalau anda tidak mendalami Computer Science, ini adalah suatu keadaan di mana orang-orang mulai sibuk melakukan programming, setelah melalui proses perancangan desain sistem, desain database, dan sebagainya.

…dari semuanya, ini yang agak potensial makan waktu. proyeknya sih kira-kira seperti membuat CMS (= Content Management System) untuk sebuah website. untuk yang belum tahu, CMS itu kira-kira semacam engine untuk website sehingga sebuah website lebih mudah untuk diatur content-nya, tanpa perlu pengetahuan akan web programming dari penggunanya.

begitulah. liburan ini agak kurang santai, sepertinya. tapi gw berharap semoga bisa mem-‘bantai’ semuanya dalam seminggu ini. eh, salah deh. gw harus bisa mem-‘bantai’ semuanya dalam seminggu ini.

___

oh. iya. berhubung sebentar lagi hari raya, gw mengucapkan selamat idul fitri bagi yang merayakan. semoga ramadhan dan idul fitri kali ini membawa perbaikan bagi masing-masing diri kita.

dan mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan-kesalahan yang pernah ada dari gw, baik disadari atau tidak disadari. demikian gw saya sudah memaafkan apa-apa yang pernah terjadi selama ini, dan semoga kita bisa sama-sama memaafkan.

selamat idul fitri bagi yang merayakan, dan semoga kita semua bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. =)

an ordeal to pass

“you will now face your toughest ordeal. you are faced to a critical moment where you will either gain everything or drop dead to hell! now, isn’t this fun?!”

-Sagara Sousuke-

…mungkin kedengarannya agak berlebihan, yah. tapi dalam beberapa hal, itulah yang sedang terjadi pada gw saat ini… dan untuk beberapa lama ke depan. an ordeal I have to pass no matter what. dan ada dua pilihan untuk gw: gain everything atau drop dead to hell.

yah, bisa dibilang gw juga punya ‘dendam pribadi’ di sini, jadi gw punya alasan tambahan yang bagus untuk menyelesaikan ini. dan gw bersumpah untuk tidak membiarkan hal ini lewat begitu saja.

…dan saat ini, gw sedang merasa panas. oh, ya. sangat panas.

mistakes will not be forgiven. and it’s now between me and this ordeal.

now, isn’t this fun?

it sure is.

current music — alone

kalau mau jujur, ada saat-saat dalam perjalanan hidup gw yang digambarkan dengan baik oleh lagu ini. dan kalau mau jujur lagi, sebagian karena hal seperti itu juga lagu ini menjadi salah satu favorit gw sampai sekarang, walaupun sudah agak lama sejak lagu ini dirilis beberapa waktu yang lalu.

lagu ini dibawakan oleh Shimokawa Mikuni, yang pertama kali dikenal di J-Music dengan single believer ~tabidachi no uta (jp: believer ~a song of departure). dan untuk anda yang mengikuti serial Full Metal Panic! dan Grenadier, mungkin masih ingat dan familiar dengan suaranya yang memang mengisi OST di kedua serial tersebut.

dan saat ini (di tengah suasana hati yang sedang agak ‘tidak biasa’), gw sedang menulis sambil mendengarkan lagu ini. dan entah kenapa, lagu ini jadi terasa telak banget mengena ke gw -_-‘.

lyrics-nya dengan huruf italic, translations-nya dengan huruf plain. seperti biasa, mohon koreksi kalau ada salah translate.

Alone
Shimokawa Mikuni

kawaita kaze ga fuku
machi wa kogoeteiru
ikutsu no kisetsu ga sotto oto mo naku
sugisatta no darou

as the dry wind is blowing,
the city is getting colder
how many seasons has silently
passed, I wonder

yukikau hito wa minna
omoi nimotsu seotte
tooku ni yureru kagerou no naka ni
ashita wo mitsukeru

people are coming back and forth,
carrying heavy burdens on their backs [1]
within the wavering distant heat haze
searching for tomorrow [2]

kono te wo koboreochiru
suna no you na kanjou
ano toki mune ni sasatta
kotoba ga fui ni uzuku kedo

falling through my hand,
such feelings like a sand
what stabbed my heart back then [3]
words that now bring sudden pain, but

hatenai yoru wo kazoe nagara
jibun no kakera sagashiteita
ushinau hodo ni kono omoi ga
tashika ni natte ku

all the while over the endless nights,
I’ve been searching the fragments of myself
and when I nearly lost, this feeling
has become so certain

ima nara kitto aruhite yukeru
doko made mo

right now, I will keep walking
no matter how far [4]

doushite kono sora wa
konna ni hiroi no darou
sakende mite mo
koe ni naranakute

namida ga afureta

why is the sky
so wide, I wonder
although I tried to shout,
my voice wouldn’t come
and these tears started to fall

jiyuu ni kaze kitte
tori-tachi wa doko e yuku no
sugoshita jikan no you ni
onaji basho ni modorenai

cutting freely through the wind,
I wonder where the birds are going
just like the time that has passed,
they can’t go back to the same place

kono mama yume wo akiramete mo
takanaru kodou osae kirenai
itsuka wa kitto chikadzukitai
ano kumo no takasa

even if I give up my dreams like this,
it won’t be able to suppress my heartbeat
someday, surely, i want to get closer
to the height of that cloud

mou ichido kokoro ni tsubasa hiroge tabidatou
kanarazu tadoritsukeru hazu

spread the wings in my heart and leaving once again
I will reach it, definitely

hatenai yoru wo kazoe nagara
jibun no kakera sagashiteita
ushinau hodo ni kono omoi ga
tashika ni natte ku

all the while over the endless nights,
I’ve been searching the fragments of myself
and when I nearly lost, this feeling
has become so certain

ima nara kitto aruhite yukeru
doko made mo

right now, I will keep walking
no matter how far

 

 

___

footnote:

[1] secara harfiah, nimotsu artinya ‘baggage’ atau ‘luggage’. seou artinya ‘carry on back’. di sini, supaya lebih pas, gw menuliskan ‘carrying heavy burdens on their backs’. (omoi = ‘heavy’, tapi secara umum juga digunakan sebagai padanan kata ‘burden’)

[2] bahasa jepang sering menggunakan bentuk terbalik dalam menyatakan kalimat pekerjaan. konteks seharusnya ‘searching for tomorrow within the distant heat haze’, tapi karena gw menerjemahkan baris-per-baris, jadinya seperti itu.

[3] mune secara harfiah artinya ‘chest’. meskipun demikian, umum juga digunakan untuk konteks ‘heart’. tahu, kan, misalnya kalau di bahasa indonesia ada kalimat ‘di dalam dada’ padahal konteksnya ‘di dalam hati’

[4] doko made mo artinya ‘to anywhere’. bisa juga diterjemahkan ‘no matter how far’, maka gw menuliskannya seperti itu.

senang memusuhi(?)

katanya sih, identitas itu lahir dari penolakan.

dan ketidakpuasan manusia akan keadaan ‘tidak punya identitas’ seringkali mengakibatkan manusia saling bermusuhan dan berperang. dan jujur saja, manusia itu makhluk yang sangat menarik (dan kadang-kadang menyedihkan) kalau kita memandangnya dari sudut pandang seperti ini.

…tentu saja, mungkin gw tidak terkecuali. gw kan juga manusia (iyalah). dan mungkin ada beberapa bagian yang ‘potensial menyinggung’ bagi beberapa orang yang membaca tulisan ini. tulisan ini sama sekali tidak ditujukan seperti demikian, dan mohon maaf sebelumnya kalau sampai ada yang tersinggung. sungguh tidak dimaksudkan, tapi terserah kalau anda mau menutup mata dan tidak percaya =)

jangan melanjutkan membaca sebelum anda memahami dengan baik pernyataan saya di atas.

percayakah anda, kalau saya mengatakan bahwa manusia punya kebutuhan aneh untuk saling memusuhi?

manusia selalu mengatakan mereka ‘ingin perdamaian’, ‘tidak ingin bertengkar’, dan sebagainya. tapi kenyataannya, manusia cenderung memandang apa-apa yang ‘tidak mereka setujui’ sebagai musuh. gw bukannya melebih-lebihkan di sini, tapi memang seperti itulah yang terjadi.

dulu, sewaktu gw berada di sekolah, gw melihat beberapa anak sok-kuasa berusaha ‘menindas’ anak-anak lain yang terlihat ‘aneh’. kalau ada anak yang kelihatan ‘diam’ atau ‘tidak biasa’, paling sial anak tersebut akan dikerjai, atau setidaknya dipermainkan. ada yang pernah di-‘gencet’ atau dipukuli sewaktu sekolah dulu? kira-kira seperti itulah.

hal yang cukup jelas. dan sederhana. kalau kita merasa tidak punya identitas, kita cukup mem-‘buat’ identitas kita dengan memberikan label ‘musuh’ ke pihak lain. kalau anda merasa rendah diri, anda akan jauh lebih mudah emosi. dan lebih mudah ‘terbakar’ untuk mengalahkan pihak lain yang anda anggap ‘memusuhi’ anda. soal apakah ‘pihak lain’ tersebut layak dimusuhi atau tidak, itu urusan nanti. pokoknya kita punya identitas dengan menganggap mereka sebagai ‘musuh’.

mungkin anda akan mengatakan: ‘ah, itu kan anak kecil jaman sekolah dulu’. kenyataannya, tidak.

ketika anda melihat sesuatu yang tidak sesuai harapan anda, mungkin anda akan dengan mudah ‘terbakar’. misalnya, ketika terjadi kebijakan di mana mahasiswa baru diharuskan membayar uang pangkal yang mahal, beberapa rekan mahasiswa langsung ‘terbakar’ dan ‘memusuhi’ dekanat atau rektorat. tidak secara langsung, sih. tapi adanya ungkapan seperti ‘kita harus menekan pihak rektorat’ atau ‘jangan sampai kecolongan’ sebenarnya sudah menunjukkan adanya ‘permusuhan’ dalam pemikiran tersebut. benar atau tidaknya urusan nanti, yang penting ‘lawan’ dulu.

atau misalnya anda merasa bahwa pihak Steering Commitee dalam kepanitiaan yang anda ikuti tiba-tiba ‘menjadi terlalu ikut campur’, maka anda (kemungkinan besar) langsung berpikir: kita sedang diintervensi! pokoknya gawat deh, dan anda mungkin tiba-tiba akan merasa: kita punya musuh bersama! hal-hal seperti itulah.

…yah, benar atau tidaknya nanti dulu, pokoknya sementara ini kita ‘senang’ karena punya ‘musuh’ baru.

…eh. senang? nggak salah, nih?

tidak kok. sama sekali tidak salah. kalau anda memiliki ‘musuh’, kemungkinan anda akan merasa ‘senang’… apa ya? mungkin semacam eksitasi atas kesempatan anda untuk menunjukkan eksistensi anda. dan dengan mengklaim bahwa ‘kami’ bukan ‘mereka’, lengkap dengan sikap permusuhan yang seperlunya. dan anda tiba-tiba punya kesempatan untuk mencari identitas diri.

hmm. anda mungkin tidak terlalu percaya.

kapan terakhir kali anda bertengkar dengan pasangan anda atau teman dekat anda? mungkin anda sempat merasakan bahwa ‘ini salah, dan saya yang benar’ dalam diri anda. dan semangat untuk menjatuhkan ‘musuh’ anda… dalam taraf yang berbeda-beda. semangat? mungkin ada. lengkap dengan keinginan untuk menjatuhkan ‘musuh’ anda dan tertawa di balik kekalahan ‘musuh’ anda tersebut.

…’musuh’? apa benar? mungkin sebenarnya maksudnya baik, lho. dia kan teman anda. atau pasangan anda. tapi itu urusan nanti. pokoknya sekarang ini anda (mungkin) sedang senang dan ingin memusuhi ‘musuh’ anda itu.

dan percayakah anda, kalau saya mengatakan bahwa hal-hal seperti itu hanyalah kesenangan sesaat? bahwa mungkin manusia hanya ‘menikmati’ saat-saat tersebut untuk sementara?

anda tentu ingat, ketika terjadi kenaikan harga BBM beberapa waktu yang lalu. banyak orang (pemilik mobil?) mencaci-maki, bersikap memusuhi pemerintah, dan sebagainya.

…lupakan mereka. silakan anda main ke mal mana saja, dan kemungkinan besar anda akan menemukan jumlah mobil parkir yang tidak akan berkurang. atau tidak usah jauh-jauh: di kampus UI Depok, perhatikan apakah mobil yang dibawa mahasiswa berkurang jumlahnya. sama sekali tidak, malah lebih banyak.

…tuh, kan. itu cuma kesenangan sesaat saja. manusia mengomel-ngomel, mencari ‘musuh’, dan sedikit senang, lalu toh akan kembali ke semula: adem-ayem saja. sekarang ini di kampus Fasilkom UI gw malah menemukan bahwa pengendara motor berlipat jumlahnya dibanding pra-kenaikan BBM.

contoh lain. berapa kali mahasiswa kampus ribut-ribut soal pelaksanaan PMB alias ospek? berapa kali senior dan mungkin alumni berdebat soal konsep acara dengan panitia? dan masalahnya: berapa lama hal tersebut terjadi? paling sampai acara selesai. setelah itu, di tengah kuliah dan tugas-tugas seperti Rekayasa Perangkat Lunak atau Analisis Numerik atau Struktur Data dan Algoritma, orang-orang tidak akan membicarakan soal itu. oh, iya. lupakan soal nilai-nilai ‘kebaikan’ yang ditanamkan (dan diperdebatkan dengan panas!), semuanya akan menguap begitu saja.

jadi akhirnya, kita akan ‘senang’, karena bisa menunjukkan eksistensi kita dengan ‘memusuhi’ pihak lain yang ‘bukan kita’.

tidak apa-apa, kan. kita sudah ‘memusuhi’ mereka yang ‘bukan kita’, dan setidaknya kita ‘sedikit senang’. mungkin mereka benar, itu urusan nanti. pokoknya kita ‘senang’ karena kita punya ‘musuh’. dan kita merasa ‘hidup’ karena punya ‘musuh bersama’ yang harus kita ‘kalahkan’.

percaya atau tidak, hampir seluruh manusia memiliki sifat seperti ini, dalam taraf dan toleransi yang berbeda-beda. dan sebenarnya, yang dibutuhkan untuk membuat manusia saling memusuhi hanyalah sebuah trigger: apa-apa yang memancing ketidakpuasan dan pernyataan ‘kita benar dan mereka salah’. dan sedihnya (atau menariknya, tergantung cara anda memandangnya), manusia ternyata dapat dimanipulasi dengan mudahnya dengan cara seperti ini. percaya deh, gw sudah sering melihat yang kayak begini.

padahal mungkin sebenarnya ‘kita’ dan ‘mereka’ memiliki tujuan yang sama, atau mungkin sebenarnya apa yang ada antara ‘kita’ dan ‘mereka’ itu tidak sungguh-sungguh layak untuk diperselisihkan. atau setidaknya, separah-parahnya, mungkin sebenarnya hal-hal tersebut masih bisa dikomunikasikan, dan tidak (belum) perlu untuk langsung disikapi dengan permusuhan yang frontal.

manusia itu… ternyata pada dasarnya memiliki kebutuhan untuk saling memusuhi. dan menikmati ‘permusuhan’ tersebut. dan dengan demikian manusia mengklaim identitas mereka sebagai sesuatu yang ‘unik, dan bukan bagian dari siapa-siapa di luar mereka’. dan akhirnya, manusia merasa nyaman karena mereka memiliki identitas yang terbentuk atas penolakan mereka atas apa-apa yang tidak mereka setujui.

…tadinya gw tidak percaya. menyedihkan, yah.

kekuatan untuk menangis

“maybe… but there is also a strength to cry when someone needs to cry.”

-Fye D Flourite-

sudah lama sekali sejak terakhir kali gw menangis. kalaupun ada yang gw ingat, mungkin hanyalah sekadar ingatan samar yang tak jelas benar. sekali dulu, satu yang gw ingat dengan jelas di suatu saat yang telah lama berlalu. entahlah. mungkin masih ada setelah itu, tapi gw tidak ingat benar.

tentu saja, menangis itu tidak ada gunanya — setidaknya, ia tidak menyelesaikan masalah apa-apa. kalau kita punya masalah dan menangis, lalu berharap bahwa masalah kita akan selesai dengan sendirinya, itu adalah hal yang salah besar.

dan tentu saja, kalau anda beruntung, anda mungkin dikelilingi beberapa orang baik yang akan mendengarkan segala keluh-kesah dan tangisan anda. syukur-syukur kalau orang lain tersebut bisa memberikan bantuan untuk menyelesaikan masalah anda.

…yah, itu kalau anda beruntung.

ada juga keadaan di mana anda tidak bisa menemukan orang lain yang bisa memahami anda di saat-saat anda merasa perlu menangis. dan kalau anda menangis, anda hanya akan dianggap sebagai ‘cengeng’. kalau anda merasa ‘ingin diperhatikan’, anda hanya akan dianggap sebagai ‘aneh’. begitulah. apakah ini keadaan di mana seseorang ‘tidak beruntung’? entah. tergantung sudut pandang anda dalam memandang hal tersebut.

sampai saat ini, gw telah melihat orang lain meneteskan air mata di depan gw. dan mungkin juga banyak yang lain di mana air mata tersebut hanya ada di dalam hati. hanya seperti itu, dan gw tidak bisa menjawab ketika gw ditanya: kenapa gw hanya lebih banyak diam, sedikit mengatakan ini-dan-itu dan mencoba mengerti, padahal gw bahkan tidak pernah meneteskan air mata di depan orang lain?

dan gw selalu berpikir bahwa jawabannya adalah ‘gw tidak ingin menangis karena gw ingin menjadi kuat’. dan gw cukup yakin bahwa hal tersebut adalah jawaban yang ‘benar’.

kenyataannya, hal tersebut tidak selalu benar. mungkin sebenarnya kita hanya tidak ingin ‘mengakui bahwa kita juga bisa menangis’. mencoba bersikap kuat dan tangguh, dan didukung dengan kondisi ‘kita tidak boleh menjadi orang cengeng’ dari lingkungan kita. dan kita memilih untuk bersikap bahwa ‘kita tidak akan menangis bagaimanapun sakit dan sedihnya apa yang kita alami’.

dan mungkin, beberapa dari kita akan mencoba untuk ‘selalu tersenyum apapun yang terjadi’. mencoba untuk selalu tersenyum, sekalipun kita memiliki masalah yang mungkin cukup berat. dan mencoba untuk selalu tersenyum, walaupun mungkin dengan tidak mudah dan kadang-kadang dengan susah-payah.

mungkin sebenarnya mengabaikan rasa sakit dan menolak untuk menangis itu tidak banyak gunanya. mencoba mengebaskan rasa sakit dan sedih untuk sementara hanya akan membuatnya lebih sakit lagi ketika kita harus mengingat kembali rasa sakit dan sedih tersebut. dan satu-satunya cara adalah mencoba menerima kenyataan. mungkin kita akan menangis dalam prosesnya, dan mungkin juga tidak.

mungkin, sebenarnya akan jauh lebih baik ketika seseorang bisa menangis di saat ia memang benar-benar perlu (perlu, bukan ingin) menangis. dan mungkin, sebenarnya sikap ‘tidak ingin menangis’ tersebut hanyalah sebuah sikap keras kepala yang sebenarnya tidak terlalu menguntungkan bagi kita.

…tampaknya, gw memang agak terlalu keras kepala.

___

saat ini sih sedang bahagia… hidup ini menyenangkan, kok. silakan menangis kalau memang perlu. tapi jangan lama-lama =)

sekeping kenangan masa lalu

beberapa hari yang lalu, gw ngobrol-ngobrol dengan seorang rekan mengenai kejadian yang sudah agak lama berlalu. brings back memories, meskipun gw sendiri sudah tidak terlalu ingin mengingatnya lagi. sebagian karena saat-saat itu memang sudah lama lewat, dan sebagian lagi karena gw sudah tidak ingin lagi terlalu peduli dengan apa-apa yang terjadi dulu.

mungkin ada beberapa bagian yang tidak pas benar, tapi gw berusaha menuliskannya se-persis mungkin sesuai ingatan gw.

berawal ketika dia memulai pembicaraan yang mengingatkan akan masa lalu tersebut. terima kasih juga, gw jadi ingat lagi masa-masa dulu itu… =)

gw tau lo bisa baca pikiran gw
hah?
iya, dulu sering banget kayaknya lo tau gitu apa yang gw pikirin. apalagi jaman-jaman dulu.
ahahah. gw juga tau kok kalau lo suka coba menebak-nebak isi pikiran gw, jaman-jaman itu…
hmm. tapi kayaknya lo udah jauh lebih mendingan sekarang daripada dulu.
gw tau lo lagi ngomongin apa sekarang
tuh kan
…kan?
yah, gitu deh. dulu itu lo sampai segitunya.
yaah, di dunia ini, ada orang-orang baik. ada juga orang-orang yang brengsek. biasain aja.
oh, begitu
tapi boleh juga lo dulu. sampai tahu soal itu… padahal gw nggak pernah ngomong-ngomong.
terus sekarang lo gimana?
gw sih jalanin aja apa adanya sekarang. ngapain juga mikirin itu terus?

membuat gw berpikir kembali. mungkin benar juga, saat-saat kayak begitu sudah lewat, dan saat ini gw menjalani saja apa yang ada sekarang. tapi kalau dipikir-pikir lagi, ternyata dulu itu gw sampai berada dalam keadaan seperti itu, dan ternyata hal tersebut membawa impact yang lumayan juga terhadap kehidupan gw waktu itu. dan tentu saja, pertanyaan-pertanyaan yang muncul: kenapa? kenapa gw? kenapa harus orang itu? dan sebagainya.

teruskan saja, dan jadi orang cengeng selamanya. tapi gw tidak mau seperti itu.

sekarang, saat-saat seperti itu rasanya seperti berada di masa lalu yang jauh, dan terasa seperti kenangan yang tidak akrab. entahlah, mungkin seperti membaca koran atau menonton TV. gw ingat dan tahu saat-saat itu, tapi rasanya seperti jauh dan asing, padahal gw sendiri yang mengalaminya.

bagus sih begitu. setidaknya gw belajar beberapa hal. dan memang sih, katanya pengalaman adalah guru terbaik. dan guru terbaik seringkali dibayar dengan mahal. dan walaupun gw dulu sempat merasakan suatu hal yang mungkin disebut orang-orang sebagai ‘pengalaman tidak menyenangkan’, tapi setidaknya gw belajar. dan untuk saat ini, gw tidak ingin peduli dengan apa-apa yang terjadi di masa lalu, demikian juga gw tidak akan menyangkal bahwa gw memang pernah mengalami hal tersebut di masa lalu.

jadi mungkin, sebenarnya ada untungnya juga gw dulu mengalami saat-saat seperti itu =)

___

stay there for me, trapped in memories.

di akhir minggu

…mungkin, ada baiknya aku pergi keluar sejenak. mencoba keluar dari kamar yang nyaman ini dan disambut dengan matahari sore yang dan kemilau hijau daun yang terbaur oleh jingga matahari.

mencoba main arcade di game center yang mungkin bisa jadi pilihan, mengingatkanku akan sebuah game arcade yang kutamatkan beberapa bulan lalu, dengan sebuah GunCon di tangan, dan teriakan gaduh ‘FREEZE!’ ‘RELOAD!’ dan sebagainya. desing-desing peluru maya menyambut, dan aku-pun balik menembak; dan matilah orang-orang itu, menyisakan kesenangan kecil dengan sebuah game yang tampaknya belum kehilangan daya tariknya.

atau sekadar jalan-jalan di bawah matahari sore, di antara ruko-ruko dan tempat berjualan, yang diselingi supermarket dan toko serba ada. dan mungkin mampir untuk minum teh atau kopi di sela maghrib nanti, yang tampaknya masih belum terburu-buru datang. mungkin juga diselingi anak-anak yang sedang bersepeda dan sedikit-gaduh, atau orangtua yang berbelanja kebutuhan di bulan puasa, atau keluarga yang sedang menghabiskan waktu di akhir minggu.

biasanya aku menikmati kopi dan kue di saat-saat seperti ini — sebuah sore di akhir minggu yang hangat dan berangin, kalau saja hari ini bukan bulan puasa. atau sekadar duduk dan berpikir, atau membalik-balik halaman buku-buku yang kubeli beberapa waktu lalu, dan tak habis dibaca di sela-sela tugas kuliah dan deadline yang menumpuk.

bisa juga aku pergi ke mal-mal dan menghabiskan waktu, seraya melakukan apa yang disebut mereka yang melakukannya sebagai ‘nongkrong’ — tapi tidak, terima kasih. aku tak hendak menjadi seperti mereka yang menyatakan diri ‘gaul’ sementara mereka hanyalah anak-anak manja yang dengan bangganya memamerkan harta pemberian orangtua mereka — telepon genggam yang bagus? mobil-mobil keren? membuatku ingin tertawa melihat begitu bisa mereka pamer sementara masih harus minta uang jajan setiap bulan kepada orangtua mereka yang hebat.

atau menonton sebuah ‘televisi musik’, sebuah ranah tempat pelampiasan ketidakpercayadirian anak-anak muda, tempat mereka mencari identitas ‘gaul’ di tengah ketidakberdayaan diri? ya, di tengah ketidakberdayaan yang terus mengungkung, melarikan diri dari dunia yang keras — setidaknya untuk sementara? tapi kupikir, tidak. itu bukan, tidak pernah, dan mungkin tidak akan pernah untukku.

…ya, mungkin ada baiknya aku keluar sejenak. mencoba menjalani dan menikmati saat-saat yang ada sekarang ini, dan melakukan apa-apa yang mungkin belum sempat kulakukan. mungkin, akan kupikirkan tentang ini nanti.

tapi kurasa, saat ini aku hanya akan menulis di sini dulu, hanya saja kali ini tanpa secangkir kopi yang hampir selalu menemani di sore akhir minggu. duduk dan menulis di sini, dengan angin sore yang mungkin akan menyapa sekali-kali setelah melewati padang rumput dan rimbun pepohonan, dengan wangi angin yang tidak selalu sama.

dibayar dengan idealisme

ada omong-omongan yang tertinggal di ingatan dengan beberapa rekan mahasiswa yang kebetulan cukup aktif di kegiatan kemahasiswaan di kampus. cukup menarik, dan ada poin yang cukup membuat gw ‘memikirkannya sambil iseng-iseng’.

jadi begini. seperti yang lazimnya terjadi, kegiatan kemahasiswaan (entah melaksanakan suatu event, mengadakan kegiatan, dan sebagainya) dilakukan dengan prinsip ‘dibayar dengan idealisme’. alias, kalau tidak ada idealisme, gerakan tersebut akan mati alias tidak jalan. tentu saja, membedakannya dengan tugas kuliah, aktivitas kemahasiswaan tidak memiliki ‘form penilaian’ atau dimasukkan ke transkrip nilai.

jadi? yah, hal-hal seperti inilah yang kadang mengakibatkan terjadinya ‘konflik kepentingan’ antara keadaan kuliah (misalnya quiz atau tugas) dan kegiatan kemahasiswaan.

dan biasanya sih, orang-orang yang disebut sebagai ‘aktivis mahasiswa’ akan mengatakan: ‘jangan mau menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja’. alias, bisa juga diterjemahkan: ‘jangan melulu berkonsentrasi ke kuliah dan tugas-tugas akademik’.

…tapi, memangnya idealisme bisa dimakan?

memang, di manapun di seluruh dunia, yang namanya kegiatan non-akademik dan kegiatan akademik, pasti ada saat-saat di mana keduanya menjadi ‘harus dipilih salah satu, dan yang lain dikorbankan sementara’. misalnya, kalau ada acara yang ‘kepentingannya tidak terlalu besar’ (misalnya rapat rutin departemen, atau acara team-building dari organisasi mahasiswa) dan di saat yang sama ada deadline tugas kuliah, hampir bisa dipastikan bahwa sebagian peserta lebih mengutamakan deadline tugas daripada acara team building, misalnya.

dan itu hal yang wajar. masalah kecil di sini: apa keuntungan kegiatan kemahasiswaan, dibandingkan mengerjakan tugas kuliah yang deadline hari ini, misalnya? jelas tidak ada, kecuali idealisme dan mungkin semangat untuk melakukan sesuatu yang berguna dan mengemban amanah yang ada. kenyataannya, kegiatan mahasiswa tidak punya posisi tawar yang cukup tinggi di sini dibandingkan tugas kuliah. dan oleh karena itu, beberapa (banyak?) rekan mahasiswa mungkin ‘izin atau tidak bisa hadir’ karena mengerjakan tugas kuliah.

sebentar. beberapa rekan mahasiswa yang aktivis mungkin akan agak ‘meradang’ di sini. sabar dulu.

masalahnya, bukan berarti orang-orang (yang izin tidak hadir karena mengejar tugas kuliah atau menjelang ujian) tersebut tidak bisa diandalkan. beberapa dari mereka sangat bisa diandalkan, dan beberapa yang lain memiliki kualitas yang cukup baik dalam bekerja di organisasi kemahasiswaan – dalam keadaan normal. dan kalau beberapa rekan yang cukup aktif sampai mem-vonis mereka sebagai ‘tidak peduli terhadap kegiatan kemahasiswaan’, maka kemungkinan terburuknya adalah organisasi kemahasiswaan tersebut kehilangan resource yang berharga.

…kenapa? sebab dalam banyak kasus, mereka hanya ‘memilih untuk mengutamakan hal lain’ sementara dalam keadaan normal, mereka sangat bisa diandalkan.

dan kegiatan kemahasiswaan nyaris tidak punya posisi tawar di sini untuk memenangkan pilihan SDM-nya yang mungkin sangat berharga tersebut. coba kita pikirkan. kalau anda mengerjakan tugas kuliah dengan baik, kemungkinan anda akan mendapatkan full mark, dan bisa menyumbang sampai 5% atau 7.5% dari nilai akhir anda. dan ini batas yang signifikan: dengan beda tersebut, anda bisa saja mendapatkan A- bukannya A, atau B+ bukannya A- untuk suatu mata kuliah.

sebaliknya, kalau anda mengerjakan kegiatan kemahasiswaan dengan baik, anda kemungkinan akan memperoleh penghargaan dari rekan-rekan mahasiswa yang lain, sekaligus mungkin pembuktian diri bagi anda sendiri. dan idealisme anda, tentunya. tapi selain itu, tidak ada. dan ini menjelaskan kenapa sebagian mahasiswa memilih untuk mengejar kegiatan akademik daripada kegiatan kemahasiswaan non-akademik. iyalah, kegiatan non-akademik kan tidak akan masuk ke transkrip nilai.

dan dalam banyak kasus, justru inilah yang terjadi: orang-orang yang berkualitas terpaksa di-‘anggap remeh’ rekan-rekan mahasiswa yang lain karena sedikit lebih mengutamakan kuliah pada suatu saat. sesungguhnya, kalau hal seperti ini terus terjadi, silakan menunggu SDM-SDM berkualitas tersebut satu-per-satu menghilang dari organisasi kemahasiswaan.

setidaknya, apa salahnya mencoba mengerti kebutuhan rekan-rekan yang lain untuk mengutamakan kuliahnya? lagipula dari organisasi kemahasiswaan pun tidak bisa memberikan sesuatu yang ‘layak diterima’, kecuali mungkin idealisme dan kebanggaan diri karena menyelesaikan tanggungjawab – yang terakhir inipun mungkin sebenarnya bukan benar-benar ingin ditinggalkan oleh rekan-rekan tersebut, hanya saja agak kurang diprioritaskan pada waktu tertentu.

tentu saja, gw juga pernah mengalami saat-saat seperti itu. saat-saat di mana gw harus memilih antara coding mengerjakan tugas yang menjelang deadline atau pergi rapat senat mahasiswa. bagusnya sih dua-duanya berhasil terselesaikan dengan baik… dan gw cukup puas dengan hasilnya. tapi kalau mau jujur, sebenarnya gw memang memprioritaskan mengejar nilai akademik. iyalah, gw ke sini kan untuk kuliah.

tapi kedua hal tersebut adalah hal yang berbeda. ketika gw sudah mengatakan ‘ya’, maka gw akan (berusaha sekuat tenaga) melakukan sesuatu. kalau tidak, ya tidak. jadi (kalau gw sih), kalau gw merasa akan keberatan dan sulit melaksanakan, gw tidak akan menerima suatu pekerjaan… dan dengan demikian, masalah-pun terhindari. yah, tapi itu kalau gw, sih.

tapi kita tidak bisa memukul rata seperti itu untuk semua orang, kan? orang yang berbeda memiliki pemikiran yang berbeda, dan menghasilkan keputusan dan tindakan yang mungkin berbeda pula. dan kita tidak akan pernah benar-benar bisa memahami pemikiran orang lain.

jadi, apa salahnya dibayar dengan idealisme? tidak ada. tapi mungkin harus ada sedikit tenggang rasa ketika ada rekan-rekan yang mengejar nilai akademik dibandingkan kegiatan kemahasiswaan pada saat-saat tertentu. setidaknya, bukan berarti rekan-rekan tersebut benar-benar tidak peduli dengan kegiatan kemahasiswaan, kok. mungkin cuma saatnya saja yang tidak tepat, sehingga seperti itulah yang terlihat.

setiap orang berbeda, dan semua memiliki pertimbangan masing-masing. tapi setidaknya, kalau kita memiliki tujuan yang sama, alasan tersebut seharusnya cukup kuat untuk bekerjasama dengan orang lain.

___

masih berusaha belajar memandang dunia. dan sedang mencoba memahami bahwa dunia adalah sebuah kaleidoskop dengan sudut pandang tak berhingga.

hari ini

…kucoba untuk menuliskan ini di sini, dengan pikiran yang tak kunjung diam dan tangan yang tak hendak lelah untuk mengukir keping-keping kenangan, beserta harap untuk tak hilang oleh waktu.

adakah bedanya hari ini dengan yang lain? dengan mencoba jujur dan mungkin akan kukatakan tidak; tidak juga ucapan-ucapan atau pesan pendek atau kiriman surat elektronik, dan tidak juga kesungguhan yang tidak pernah benar-benar nyata untuk benar-benar memahami dan menjalani arti dari hidup ini.

hanya sedikit dan samar-samar, jejak langkah yang telah tertinggal dan tidak akan pernah hilang dari lembaran hidup dan jiwa dari saat-saat yang telah lewat, yang tak henti bertanya dan terus-menerus meminta jawaban atas begitu banyak tanya yang terkubur di masa lalu.

…ya, terkubur di masa lalu, dan tak akan pernah terjawab dengan pasti, hanya sedikit curah hati yang berusaha mengerti — dan pemahaman akan kebodohan diri yang tak kunjung berkurang.

adakah bedanya hari ini dengan yang lain? dengan mencoba jujur dan mungkin akan kukatakan tidak; hanya sebuah hari biasa, dengan beberapa kebetulan-kebetulan. dan mungkin beberapa ucapan-ucapan dan omongan — dan akan kukatakan ini dengan sejujur-jujurnya: terima kasih yang sebesar-besarnya.

mungkin hanya sedikit kenangan akan apa-apa yang telah lewat, dan tidak akan kembali. dan hanya sedikit kenangan akan seseorang yang datang ke dunia dengan tangisan, dan telah melalui saat-saat dengan kemarahan tanpa teriakan dan tangisan tanpa air mata — ‘kamu laki-laki, kan?’. begitulah yang dikatakan, dan begitulah aku belajar.

mungkin hanya sedikit kenangan akan apa-apa yang telah lewat, dan tidak akan kembali. dan kenangan akan seseorang yang datang ke dunia disambut dengan tawa, dan telah melalui saat-saat dengan tawa yang terharap untuk tak akan pernah pergi, dengan harapan akan saat-saat menyenangkan untuk ada selamanya — tapi tidak ada yang selamanya, dan setidaknya aku menikmati saat-saat tersebut.

hari ini, aku bersyukur masih berada di sini, mencoba meletakkan keping-keping kenangan yang tampaknya tak hendak sudi untuk menjadi gambar yang lengkap benar. dan aku masih berada di sini, mencoba mengukir kenangan; tak hendak menjadi seperti merpati yang terbang tanpa meninggalkan jejak kaki, atau seperti angin dingin yang berhembus tanpa suara ke ladang kesunyian.

hari ini, tidak ada yang istimewa. mungkin hanyalah sebuah pemberhentian di mana aku meretas jalan, yang tampaknya belum hendak berhenti sebelum mungkin saatnya nanti. dan mungkin, hanyalah sebuah tempat di suatu waktu di mana aku menuliskan kepingan kata-kata yang tidak jelas maknanya — tapi untuk saat ini, kurasa itu cukup.