menghindar (bukan lari) dari masalah

tadinya, gw berpikir bahwa dalam kehidupan ini manusia mendapatkan masalah karena ketidakberuntungan mereka, sehingga hal-hal yang tidak menyenangkan terjadi. dengan demikian, sebenarnya keadaan di mana manusia tertimpa masalah ini sifatnya cenderung chaos, alias tidak tentu asal-usul dan pola kejadiannya.

…belakangan, gw menyadari bahwa hal tersebut ternyata tidak selamanya demikian; bahwa ternyata masalah-masalah dalam kehidupan manusia bisa dipandang secara lebih sederhana daripada yang gw kira semula.

percaya atau tidak, sebenarnya banyak orang memilih untuk tidak menghindari masalah yang mungkin timbul, dan baru belakangan meratapi nasibnya karena ditimpa masalah yang tidak menyenangkan. dan percaya atau tidak, sebenarnya masalah-masalah yang ada seringkali merupakan akibat dari apa yang dilakukan oleh manusia tersebut sendiri. dan (ini anehnya) manusia cenderung bersikap bahwa masalah yang mereka hadapi adalah ‘kesialan yang kebetulan datang kepada mereka’.

hmm. anda mungkin tidak percaya.

beberapa waktu yang lalu, terjadi gelombang kehilangan flashdisk di sekitar kampus Fasilkom UI. bukan gelombang juga, sih, mengingat kasusnya juga tidak terlalu banyak. tapi yang jelas, ada beberapa kasus yang signifikan.

ternyata, ada satu kesamaan yang mendasar: dari semua kasus tersebut, nyaris semuanya terjadi karena flashdisk tersebut ditinggalkan tanpa penjagaan. dan sebenarnya, masalah tersebut bisa dihindari: keluarkan flashdisk hanya ketika akan melakukan transfer data, dan lakukan unplug segera setelah transfer data selesai. dan yang paling penting: cek kembali sebelum pergi, apakah sang flashdisk sudah ada pada tempat yang seharusnya.

…sekarang, pertanyaannya: apakah hanya faktor nasib buruk yang berperan dalam kasus flashdisk yang hilang seperti itu? jelas tidak. masalah tersebut bisa dihindari, kok.

contoh lain. anda yang pernah atau masih menjadi mahasiswa tentu memahami paradoks antara nilai akademis dan kegiatan organisasi kemahasiswaan. ini adalah sebuah paradoks yang sebenarnya tidak mutlak tapi sangat populer, di mana ada perbandingan terbalik antara IPK dan keaktifan mahasiswa di organisasi. kenyataannya tidak selalu demikian, tapi entah kenapa paradoks ini populer sekali.

tentu saja, ada beberapa kasus di mana keduanya tidak dapat berjalan seiring-sejalan, dan kadang dengan imbas bahwa IPK mungkin turun karena terlalu aktif di organisasi, atau sedikit kurang ‘beredar’ karena terlalu konsentrasi ke kuliah. dan kadang, hal tersebut menjadi masalah bagi beberapa orang. misalnya, keadaan di mana IPK menjadi turun karena keaktifan di organisasi yang sangat tinggi.

padahal sebenarnya, masalah tersebut bisa dihindari. sebelum memutuskan untuk terjun ke aktivitas kemahasiswaan, pahami terlebih dahulu bahwa IPK anda mungkin turun, misalnya. dan apakah anda akan siap untuk membagi waktu secara cerdas karena mungkin akan ada masa-masa yang sibuk dan kadang terasa berat.

siapkah anda untuk itu? kalau tidak, tidak usah mengambil pilihan tersebut. dan anda tidak akan mendapatkan masalah bahwa IPK anda akan turun karena anda mungkin terlalu aktif di organisasi kemahasiswaan. iyalah, akar masalahnya saja tidak ada!

contoh lain? adaa… dan ini hal yang sangat jamak terjadi pada mahasiswa pada umumnya.

dulu, sewaktu tingkat satu, gw sering bertanya-tanya: kenapa sepertinya mahasiswa senang sekali menunda-nunda dalam melaksanakan pekerjaan, khususnya tugas yang diberikan oleh dosen? sementara waktu yang ada dihabiskan dengan browsing di lab, atau chatting, atau sekedar nongkrong di forum online.

tentu saja, tugas yang diberikan biasanya berupa programming, dan jangka waktunya biasanya cukup panjang. dan berhubung gw ini orang yang lebih suka menghindari masalah, maka gw pun mengerjakannya duluan… dan akhirnya mengumpulkan tugas duluan pula (iyalah). sementara itu, beberapa (banyak? tahu deh =O ) orang rekan masih tampak santai-santai (mulai saja belum! padahal sudah mulai dekat deadline) di sekitar lab kampus.

dan akhirnya, pada H-2 dan H-1 deadline, lab menjadi ramai oleh para mahasiswa yang baru mengerjakan tugas. masalah? jelas. lab menjadi penuh, dan anda mungkin harus berebut komputer kosong. belum lagi kenyataan bahwa anda harus berpacu dengan waktu mengejar deadline. belum lagi kalau ternyata ada bug dalam program anda yang baru ketahuan belakangan.

padahal, masalah tersebut bisa dihindari. kenapa juga harus menunggu sampai deadline? kalau sudah selesai duluan, anda malah bisa santai-santai di hari tersebut. atau kalau mau beramal, anda juga bisa membantu rekan-rekan yang belum berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. dan sebenarnya, dengan demikian, anda sama sekali tidak kehilangan waktu santai-santai anda: anda cuma men-shift-nya saja ke arah menjelang deadline.

jadi sebenarnya, masalah seperti itu bisa dihindari. jangan salahkan nasib buruk kalau begitu, sebab sebenarnya masalah seperti itu bisa dihindari dengan baik.

tentu saja, ada perbedaan besar antara menghindari masalah dengan lari dari masalah. kalau anda menghindari masalah, anda tidak punya beban akan masalah yang memang pada dasarnya tidak ada. iyalah, anda sudah menciptakan suatu keadaan di mana suatu masalah memang tidak mungkin (atau setidaknya, kemungkinannya kecil sekali) untuk muncul.

lain soal bila di tengah perjalanan tiba-tiba anda menghadapi suatu masalah. dalam kasus ini, anda tidak punya pilihan lain kecuali menghadapi dan menyelesaikannya. dan kalau anda memilih untuk tidak menyelesaikan masalah tersebut (dengan cara membiarkannya terjadi, tidak menyelesaikannya, atau malah meninggalkan masalah tersebut), maka anda sama saja lari dari masalah. tindakan yang menyedihkan: lari dari masalah dan menjadi pengecut dalam satu tahap kehidupan anda.

beberapa orang cukup pintar untuk menghindari masalah-masalah yang mungkin timbul dalam hidupnya. beberapa juga cukup pintar untuk memilih jalan mereka sendiri dan memutuskan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah yang datang kepada mereka. tapi hanya orang-orang menyedihkan yang lari dari masalah dan memilih untuk tidak menghadapinya.

…termasuk yang manakah anda?

di luar hujan

…dan saat ini, sendirian, gw sedang mendengarkan lagu It’s Gonna Rain-nya Bonnie Pink.

sebenarnya enak juga kalau bisa seperti ini setiap hari… kalau saja saat ini gw tidak sedang dikejar deadline tugas dan menjelang UAS. dan suasana yang ada sekarang cukup cozy, membuat gw semakin malas mengerjakan tugas kalau begini =).

…tugas apa yang ada? Analisis Numerik. Manajemen Proyek. Sistem Interaksi. Proyek Perangkat Lunak. masih ada cukup banyak tugas. yah, mungkin nanti gw pikirkan lagi soal itu. yang jelas, sekarang gw sedang ingin sendirian dan menikmati suasana yang ada.

hmm. sekarang di playlist gw ada lagu Yucca-nya Maaya Sakamoto. kok lagunya pada ngomongin hujan begini, sih? sementara di luar masih hujan, menyisakan angin dan bau hujan yang terasa akrab, mengingatkan akan masa kecil dulu saat-saat gw bermain di dalam rumah pada sore hari yang berhujan.

eh, sekarang hujan sudah mulai reda. mungkin gw akan balik sebentar lagi. atau mungkin juga mulai coding lagi untuk PPL, atau sekadar bongkar-bongkar persamaan untuk Analisis Numerik.

…mungkin nanti. sekarang ini gw sedang ingin sendirian dulu.

current music — yucca

kalau ada lagu yang betul-betul pas menggambarkan apa yang terjadi pada gw beberapa hari terakhir ini, maka lagu ini adalah salah satunya. tadinya gw tidak terlalu memperhatikan, tapi setelah beberapa lama tidak memasang lagu ini (dulu gw masih nggak ngerti lagu ini ngomongin apa =P), gw memasangnya kembali sambil mendengarkan lyrics-nya.

lagunya sendiri bernuansa mild, dan dirilis sebagai salah satu track dari album DIVE yang dibawakan oleh Maaya Sakamoto, yang merupakan salah seorang penyanyi dan voice actress yang sudah cukup lama dikenal di J-Music dengan berbagai album dan single sejak 1996. perannya sebagai pengisi OST antara lain dilakukan untuk serial Escaflowne, Cardcaptor Sakura, Wolf’s Rain dan Tsubasa Reservoir Chronicle.

oh, iya. kalau anda pernah menonton Final Fantasy VII: Advent Children, ia juga berperan sebagai voice actress untuk karakter Aerith Gainsborough. demikian juga kalau anda masih ingat dengan karakter Lunamaria Hawke di Gundam SEED: Destiny, dan masih ada beberapa lagi yang lain.

dan walaupun sudah agak lama sejak DIVE dirilis (masih ada beberapa album setelah itu, dengan yang terakhir adalah Yunagi Loop yang dirilis pada 2005), menurut gw lagu ini masih cukup enak untuk didengar… walaupun ini sifatnya subjektif, sih.

jadi lagunya bercerita mengenai… sudahlah. silakan baca sendiri translation-nya, dan mohon koreksi kalau ada salah translate berhubung gw mencoba menerjemahkannya sendiri.

Yucca
Maaya Sakamoto

nakushita mono bakari itsumo mochi aruiteita
omoide wa egao ya nukumori ya shiawase made motteru
hoshii mono subete ga nemuru kinou no hibi ni
tada hitotsu tarinai mono ga aru
boku wa yatto kidzuita

keep on losing things, but I keep on walking
smiles, warmth and happiness were fading memories
things that I want lay asleep back on those days
there is only one thing, still it’s not enough
but finally, I realized

mirai wa yatte wa konai
kono mama ja yatte konai
jibun no chiisana kara nukedasa nakucha ikenai

future will not come
at this rate, it just won’t come
I have to go out from this small shell of mine

futatsu no me wo hiraite
futatsu no te wo hirogete
sorikaeru SHINBARU no you ni

open my own two eyes
spread my own two hands
throw it out like cymbals [1]

kokoro wo yusaburu you na nani ka
sakebi dashita kunaru you na
jibun no naka no jibun ga toki wo matteru

something feels like shaking my heart
makes me want to shout it out
the one inside myself is waiting for the time [2]

sutesaru koto de mou ichido hajimari wo shiru
shukufuku wo shiteru you ni mabushii ame ga mado wo tataku yo

by leaving things behind, I learn to start once again [3]
I learn a blessing as the dazzling rain strikes upon the window

dou ni mo naranai koto ya
doushi you mo nai kimochi
sonna mono ga kitto michi wo kimete yuku
LOVE IS GLOWING

nothing can be done about it
nothing can be done about this feeling
such things will surely go on its own path[4]
love is glowing

tewatasareta kanashimi
sore wa nori koeru tame ni aru to
sora miage omou

the sorrow of surrender, [5]
that is the reason for keep on going
and that’s what I think as I look up to the sky

daremo hitori de shinde yuku kedo
hitori de ikite yukenai
itsuka dare ka to boku mo aishiau darou

everyone goes dying only by their own, but
no one goes living only by their own
someday, someone, maybe I will fall in love again

ooki na hitomi ga sekai no doko ka no hate de
mitsumete kureteru

somewhere in the end of the world, those eyes
are watching over me

SHINBARU no you ni
kokoro wo yusaburu you na nani ka
sakebi dashita kunaru you na
jibun no naka no jibun ga toki wo matteru

just like cymbals
something feels like shaking my heart
makes me want to shout it out
the one inside myself is waiting for the time

tewata sareta kanashimi
sore wa nori koeru tame ni aru to
sora miage omou

the sorrow of surrender,
that is the reason for keep on going
and that’s what I think as I look up the sky

daremo hitori de shinde yuku kedo
hitori de ikite yukenai
itsuka dare ka to boku mo aishiau darou

everyone goes dying only by their own, but
no one goes living only by their own
someday, someone, maybe I will fall in love again

hitori de shinde yuku kedo
hitori de ikite yukenai
itsuka dare ka to boku mo aishiau darou

goes dying only by their own, but
no one goes living only by their own
someday, someone, maybe I will fall in love again

 

___

footnote:

[1] SHINBARU ini sebenarnya kata serapan dari bahasa inggris ‘cymbals’, dan ditulis dengan huruf katakana. seharusnya ditulis ‘…CYMBALS no youni…‘ tapi untuk menghindari kebingungan karena nadanya nggak masuk, jadinya seperti itu.

[2] jibun no naka no jibun ga… secara harfiah berarti ‘myself inside myself…‘. berhubung jadinya nanti aneh dan membingungkan, gw menuliskannya sebagai ‘the one inside myself…’

[3] sutesaru secara harfiah berarti ‘to abandon’. di sini gw menuliskannya sebagai ‘leaving things behind’. walaupun konteksnya tidak jauh berbeda, di sini gw menambahkan kata-kata tersebut supaya lebih pas.

[4] michi wo kimete yuku (michi = ‘path’, kimeru = ‘to decide’, yuku = ‘to go’), jadi bisa juga dikatakan ‘…go on the decided path’, atau bisa juga ‘decide its path’. daripada bingung-bingung, gw menuliskan ‘go on its own path’.

[5] tewatasareta ini agak membingungkan, tapi ternyata asal katanya dari tewatasu (=’to surrender’). kanashimi adalah bentuk kata benda dari kanashii (=’sorrowful’), jadi akhirnya seperti itu.

___

someday, someone, maybe I will fall in love again.

…maybe.

you’ll always miss 100%…

beberapa waktu yang lalu, seorang saudara gw menunjukkan sebuah wallpaper yang bagus.

wallpaper-nya sih sederhana saja, ada gambar bola di tengah lapangan rumput. angle-nya cukup unik, dan overall menurut gw wallpaper ini cukup bagus… walaupun ini sifatnya subjektif, sih. tapi bukan itu yang penting.

di wallpaper tersebut, selain gambar bola dan lapangan rumput, ada sebuah tulisan:

you’ll always miss 100% of the shots you don’t take

sebenarnya, intinya sederhana saja. kalau seseorang tidak melakukan sesuatu, maka tidak usah berharap akan mendapatkan sesuatu — yah, kecuali mungkin kalau ada berbagai jenis good luck, keberuntungan yang jatuh dari langit, atau ada deus ex machina atau sebagainya yang bersedia menghampiri anda.

…tapi, memangnya hal-hal seperti itu bisa diharapkan? mungkin bisa, sih. tapi gw tidak akan membicarakan soal itu di sini.

nah. kembali ke masalah. sederhananya begini. misalnya gw menjadi seorang penendang dalam sebuah adu tendangan penalti dalam sepakbola. di depan gw ada seorang penjaga gawang lawan. dan gawang dengan ukuran 7.22 m x 2.44 m.

statistically speaking, sebenarnya peluang gw gagal cukup besar. bisa saja gw menendang terlalu keras atau salah arah, dan bola bakal lewat sisi gawang. anggap saja teknik gw tidak bagus-bagus amat, peluang tendangan gw keluar gawang kira-kira 40%.

OK, misalnya tendangan gw terarah tepat ke gawang (yang lebar itu!), dengan peluang 60%. masih ada penjaga gawang lawan yang mungkin menggagalkan tembakan gw. anggap saja kipernya jago dan teknik shoot gw payah, jadi peluangnya menggagalkan tembakan gw kira-kira 50%. berarti peluang gw tinggal 50% dari 60%. kira-kira 30% dari keadaan awal.

wah. tiba-tiba jadi terasa susah untuk memasukkan tendangan penalti.

30% masuk. kalau gw menembak. kalau masuk, mungkin gw akan senang. kalau gagal, memalukan. dan mungkin rekan-rekan satu tim akan kecewa. tambahan, mungkin gw akan dimaki-maki penonton. tapi kalau gw tidak menembak dan membiarkan rekan gw yang lain melakukannya, maka gw tidak akan membuat skor… dan gw akan merasa ‘aman’ karena tidak perlu kuatir akan dimaki-maki penonton, misalnya.

…pilih mana?

basically, sebenarnya hal seperti itu berlaku dalam banyak sisi dari kehidupan. ketika kita memilih jurusan untuk SPMB, kita bisa saja memilih jurusan yang ‘aman-aman saja’ (let’s say, 95% kemungkinan diterima), dan mungkin kita akan dengan gampang diterima di jurusan tersebut. bisa juga kita memilih jurusan yang ‘tingkat persaingannya sangat tinggi dan kemungkinan kita tidak diterima lebih besar’ (misalnya 70-80% kemungkinan diterima).

misalnya begini. bayangkan anda hanya boleh memilih satu jurusan di perguruan tinggi. kalau anda memilih Fakultas Ilmu Komputer di Universitas Impian, anda mungkin saja tidak akan diterima. tentu saja, anda bisa saja tidak memilih kampus tersebut, dan memilih, misalnya jurusan Teknik Informatika dari Institut Teknologi Bergengsi yang tampaknya kemungkinan anda diterima jauh lebih besar dibandingkan di Universitas Impian.

tapi kalau begitu, anda dipastikan tidak akan pergi ke Universitas Impian. alias, kemungkinan anda gagal ke sana adalah 100%.

kadang, dihadapkan dengan cost yang mungkin timbul, kita jadi ragu-ragu. kalau kita gagal dalam SPMB, kita mungkin harus kuliah di universitas non-SPMB, atau menunggu satu tahun untuk kembali mengikuti SPMB. dan kita jadi cenderung bermain ‘aman’ dengan memilih jalan yang tampaknya paling memungkinkan untuk kita.

…padahal, mungkin sebenarnya kita bisa berhasil dalam menempuh jalan yang ‘tidak aman’ tersebut. mungkin juga gagal, sih. tapi kita tidak tahu kalau belum mencoba. masalahnya: kalau anda tidak mencoba, anda pasti gagal. kalau anda mencoba, anda mungkin gagal.

…wah. pilihan yang tidak enak, sebenarnya.

tapi, percaya atau tidak, sebenarnya hidup itu bisa dipandang secara sederhana:

satu. kalau anda mencoba, anda mungkin gagal. kalau gagal, mungkin anda akan malu, atau kesal, dan sebagainya.

dua. kalau anda tidak mencoba, anda pasti gagal, dan anda tidak perlu takut akan resiko mengenai perasaan malu atau kesal dan sebagainya.

tiga. kalau ternyata anda mencoba dan berhasil, anda mungkin akan senang. selamat, anda baru saja melalui satu tahap penting dalam kehidupan anda.

empat. kalau anda mencoba dan gagal, mungkin anda akan kecewa. dan sejujurnya, tidak ada yang bisa anda lakukan soal ini. perhatikan bahwa ketika anda memutuskan untuk mencoba, maka anda harus sudah siap untuk gagal.

…sederhana saja, kan?

kamen rider kabuto

Shibuya, 7 tahun lalu. sebuah meteor jatuh, dan mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa yang luar biasa. sejak saat itu pula serangan makhluk-makhluk yang disebut sebagai Worm terhadap manusia semakin ganas, dengan kemampuan untuk me-mimic manusia yang menjadi korbannya. sebuah organisasi rahasia yang dinamakan ZECT dibentuk untuk menanggulangi akibat dari serangan Worm terhadap manusia.

Tokyo, 7 tahun setelah insiden Shibuya. Tendou Souji adalah seorang pemuda yang hidup bersama adiknya, Juka, di pusat kota Tokyo. tampaknya memiliki hubungan erat dengan insiden Shibuya 7 tahun lalu, Tendou dan adiknya hidup normal di kota tersebut… dengan keyakinan dalam dirinya bahwa ia adalah orang yang ‘terpilih’.

di saat yang sama, Kagami Arata adalah seorang anggota baru ZECT, yang merangkap sebagai pekerja sambilan di sebuah restoran yang sama dengan Kusakabe Hiyori, seorang gadis introvert dan tidak banyak bicara yang kehilangan orangtuanya dalam insiden Shibuya.

di tengah semakin gencarnya serangan para Worm, cerita berjalan di seputar kehidupan ketiga orang ini. Kagami yang bekerja untuk ZECT, sementara di sisi lain tampaknya Tendou dan Hiyori memiliki hubungan yang misterius sehubungan dengan insiden Shibuya 7 tahun lalu…

dibuat sebagai peringatan 35 tahun pembuatan Kamen Rider, TOEI tampaknya tidak ingin tanggung-tanggung dalam membuat kelanjutan franchise yang melegenda ini. dan hasilnya adalah serial yang sejauh ini masih running di negara asalnya. bagus? nanti dulu.

masih mengusung konsep dasar Kamen Rider yang sudah dirilis dalam berbagai versi selama 35 tahun, TOEI tidak menghadirkan perubahan yang radikal dalam serial ini. masih ada konsep henshin yang biasa, dengan sedikit penyesuaian. desain Rider masih mempertahankan bentuk serangga, hanya saja kali ini diberi tambahan kemampuan Clock-Up untuk memperlambat waktu dalam pertarungan dan dua bentuk dasar: Masked Form dan Rider Form.

hal yang agak menarik perhatian adalah pengolahan adegan battle-nya. dalam serial ini, penggunaan slow-motion lebih banyak dieksplorasi untuk menghasilkan efek-efek battle yang cukup enak dilihat. koreografi battle-nya sendiri tidak terlalu istimewa, kecuali mungkin beberapa teknik yang cukup unik… tapi tidak terlalu banyak. meskipun demikian, adegan battle-nya secara keseluruhan digarap dengan cukup baik.

hal yang juga menarik di sini adalah penyajian storyline-nya bisa dibilang ‘tidak biasa’ dibandingkan serial dengan genre sejenis. konspirasi dan rahasia menjadi salah satu menu yang disajikan dalam serial ini, terutama setelah episode 25+… dipadukan dengan pendekatan bergaya humor. demikian juga banyak pertanyaan seperti asal mula keberadaan Worm atau Masked Rider Project tampaknya sengaja belum dibiarkan terjawab sampai episode-episode lanjut sebagai bagian dari plot-twisting yang dilakukan oleh serial ini.

tapi itu belum semuanya. kalau anda berpikir bahwa serial ini menggunakan pendekatan yang berat-dan-serius dalam storytelling-nya, anda salah besar. bisa dikatakan, porsi humor dan ‘omong-omongan nggak serius’ mendapatkan porsi yang cukup besar dalam serial ini. meskipun demikian, serial ini cukup mampu menyajikan tema yang cukup berat tanpa meninggalkan sisi humornya.

kalau ada yang istimewa dari serial ini, hal tersebut adalah desain karakternya. setiap karakter dibuat dengan khas dengan desain yang istimewa pula. karakter Tendou Souji, misalnya, dibuat dengan gaya yang semau-gue dan ego yang sangat tinggi. atau karakter Kagami Arata yang berkembang dari seorang yang sedikit lugu-dan-naif menjadi lebih decisive dalam perkembangan cerita. demikian juga karakter seperti Daisuke Kazama dan Kamishiro Tsurugi juga didesain dengan… yah, silakan nonton sendiri, deh. nanti juga mengerti kok apa maksudnya =)

desain karakter yang ‘istimewa’ tersebut didukung pula oleh cast yang bisa dibilang cukup baik dalam membawakan perannya. dan bisa dibilang, karakter yang ada memang cukup pas… misalnya kalau anda mengatakan bahwa Tendou itu ‘pas sengak-nya’, atau mungkin anda akan sedikit-sebal melihat Shun Kageyama, atau merasa speechless kalau melihat Daisuke Kazama… yah, itu wajar, kok. cast-nya memang cukup mendukung soal ini.

oh, iya. kalau anda memperhatikan perkembangan j-drama dan tokusatsu, anda mungkin familiar dengan Tendou Souji yang tampangnya pernah terlihat di Gokusen 2. demikian juga Kagami Arata pernah ‘nongol’ di 1 LITRE no Namida sebagai Keisuke Asou. Shun Kageyama juga pernah main di Ultraman Nexus… dan sebagainya.

nah. sekarang soal musik. opening theme-nya yang dibawakan oleh Yu-Ki dengan lagu NEXT LEVEL dengan sentuhan upbeat dan tempo yang tinggi dirasakan cukup pas sebagai intro sebuah serial Kamen Rider. sementara itu, insert song dalam battle diisi oleh The Rider Chips dengan lagu Full Force untuk episode-episode awal. belakangan, The Rider Chips juga mengisi dengan lagu Lord of The Speed dengan nuansa yang tidak jauh berbeda.

selain itu, kalau anda perhatikan lebih lanjut, beberapa karakter juga memiliki theme sendiri. sebagai contoh, theme yang selalu muncul setiap kali Tendou mengatakan ‘obaa-chan ga itteta…’ (= ‘grandma said…’), atau theme dari Hiyori yang sedikit sendu. meskipun demikian, sayangnya scores dalam serial ini tidak bisa dikatakan sangat istimewa. dalam banyak kesempatan, adegan-adegan yang potensial menjadi memorable malah terasa kurang greget dengan score yang ada.

kalau anda memperhatikan juga, anda akan menemukan bahwa scores dalam serial ini juga disisipi beberapa nomor musik klasik dalam beberapa episode. ada Air dari Bach, Lohengrin-nya Wagner, dan juga beberapa yang lain dalam beberapa episode yang berbeda. meskipun demikian, masalah scores ini tampaknya memang agak kurang maksimal dalam serial ini, walaupun tidak bisa dikatakan buruk juga.

sebenarnya, ada cukup banyak kelebihan dari serial ini. dan bisa dibilang, aspek-aspek tersebut berperan besar dalam serial yang mendapatkan sambutan sangat baik di negara asalnya ini. walaupun dengan sedikit kekurangan (yang tidak terlalu signifikan, sebenarnya), serial ini bisa dikatakan cukup enak dinikmati dan menghibur, walaupun tidak benar-benar luar biasa juga… kecuali mungkin bagi para penggemar Kamen Rider yang memang selalu menunggu perkembangan terbaru dari franchise yang satu ini.

…well, it’s a fun ride, after all.

ichi-nen no yakusoku

hmm. akhirnya janji satu tahun itu tercapai juga.

September 14, 2005. gw menonton fansub Final Fantasy VII: Advent Children setelah berbulan-bulan menunggu dan mengamati perkembangan trailer-nya. saat itu juga gw bertekad bahwa gw akan menabung dan membeli DVD original-nya setelah rilis di Indonesia.

November 12, 2006. satu tahun sudah lewat. setelah menabung dan menunggu berbulan-bulan, akhirnya gw bisa membeli satu set DVD Final Fantasy VII: Advent Children. sampai sekarang belum gw buka =P.

hmm. tabungan gw berkurang (yang artinya: gw harus menabung lagi… iyalah =P), tapi nggak masalah juga, sih. untuk sebuah film yang (walaupun ada beberapa kekurangan juga, menurut gw) cukup sanggup untuk membuat gw menontonnya lebih dari tiga kali dan belum cukup bosan, dan sudah gw tunggu sejak berbulan-bulan bahkan sebelum rilisnya.

…setidaknya, akhirnya janji satu tahun itu tercapai juga =)

mendahului zaman?

…nggak tahu juga, sih. perasaan gw saja, atau memang kadang-kadang gw itu hidup mendahului zaman? hal ini berlaku khususnya mengenai hiburan (baca: film, musik, dan sebagainya) yang berasal dari jepang.

misalnya begini. dulu, gw sudah mulai mendengarkan lagu-lagu L’Arc~en~Ciel (tapi belakangan gw nggak terlalu doyan sama yang ini =P ) atau T.M. Revolution sewaktu orang-orang masih banyak sekali yang belum tahu soal lagu-lagu jepang.

iyaa, itu masa-masa di mana orang-orang sering bertanya: ‘ini lagu apaan sih?’ kalau gw memasang lagunya Maaya Sakamoto atau Mikuni Shimokawa di playlist.

sekarang? orang-orang (setidaknya di sekitar gw) ikut-ikutan mendengarkan lagunya Laruku… (dan gw mikir: gw sih sudah tahu ini dari dulu!). yah, misalnya lagu-lagu seperti Hitomi no Juunin dan Jiyuu e no Shoutai. hmm. gw malah sudah mulai bosan sama lagu yang itu-itu saja.

contoh yang lain? First Love-nya Utada Hikaru… T__T. ya ampun, sudah berapa tahun tuh lagu? tapi lagunya memang masih enak, sih. gw juga masih suka dengerin kok kadang-kadang =).

nah. itu kalau soal musik. ada lagi yang lain.

komik, misalnya. dulu gw mengikuti serial Naruto waktu awal-awal rilisnya. (dan gw pikir: nggak doyan. ngepop… =P ) belakangan, komunitas Naruto berkembang di berbagai tempat… dan gw tetap nggak doyan =P.

nggak tahu juga sih, tapi gw memang rada kurang doyan segala sesuatu yang terlalu ngepop. menurut gw, analoginya seperti makanan ringan: enak, tapi tidak bergizi… begitulah.

contoh lain? Suzuka. gw pertama kali mengetahui mengenai serial ini dari seorang rekan, dan ternyata serial ini memang bisa dibilang cukup menarik… setidaknya buat gw. eh, ternyata beberapa bulan kemudian, gw melihat review-nya di sebuah majalah anime-dan-manga… *duh*.

drama. ini contoh yang sedang terjadi saat ini.

pertama-tama: Kamen Rider Kabuto. hmm. ada cerita menarik soal ini.

gw pertama kali tahu soal serial ini sejak fansubnya dirilis oleh TV-Nihon mulai episode-episode awal. dan gw berpikir: ah, kamen rider lagi.

gw pun bertanya kepada seorang rekan yang kebetulan maniak Kamen Rider.

“tahu Kabuto nggak?”

“apaan tuh?”

Kamen Rider baru. punya fansub-nya nggak?”

dia nggak punya. malah baru dengar, katanya. beberapa minggu kemudian dia memanggil gw lagi untuk ngomongin soal itu.

“gw udah nemu, yud. bagus deh. lo pasti bakal terpesona sama battle-nya. keren abis deh pokoknya! lo pasti bakal suka.

*WTF? gw udah nonton duluan gitu*

ya ampun.

yah, itu salah satu contoh. sekarang? makin banyak orang yang nonton itu… sebagai korban ikut-ikutan -__-‘

contoh lain? adaa…

masih ingat 1 LITRE no Namida yang sempat gw review beberapa waktu yang lalu? tiba-tiba gw merasakan bahwa kayaknya banyak orang jadi berminat untuk nonton drama yang satu ini. bukan cuma di Fasilkom atau UI, kok. banyak sekali orang. yah, pokoknya banyak, deh.

dan gw mikir: padahal gw menulis review itu kira-kira 4 bulan yang lalu, itupun setelah telat berminggu-minggu karena dikejar deadline Rekayasa Perangkat Lunak… *duh*

dan walaupun gw tahu bahwa serial ini bisa dibilang creme de la creme dari j-drama, tapi waktu itu tidak banyak yang tahu soal serial ini. dan baru sekarang mulai diomongin orang-orang.

“yud, 1 LITRE no Namida bagus nggak sih?”

“yud, copy, dong!”

“gila, film-nya bagus banget!”

…dan sebagainya.

yah, sesuai prinsip dasar per-fansub-an (apaseh), tentu saja file-file tersebut boleh di-copy… sejauh versi licensed-nya belum beredar di sini. tapi kok ada ya yang berani-beraninya jual hasil fansub? kacau deh. kalau gw yang ngerjain fansub-nya sih gw nggak bakal rela hasil karya gw dijual…

tapi gw bertanya-tanya juga, sih. apa iya, sebenarnya orang-orang yang baru-baru tertarik sekarang itu sekedar ikut-ikutan saja, atau memang benar-benar tertarik dan punya sense atau cita rasa yang tinggi soal hal seperti ini? entahlah.

dan mungkin, seperti halnya pendengar J-Music generasi baru (yang mungkin tahunya cuma Laruku atau Utada Hikaru saja!) atau penggemar komik yang ikut-ikutan saja, atau penonton j-drama yang cuma tidak ingin ketinggalan jaman, mungkin saja ada orang-orang yang memang tertarik dan ‘bukan sekadar ikut-ikutan’.

…mungkin, lho.

dan ketika orang-orang sedang heboh-hebohnya membicarakan 1 LITRE no Namida, misalnya, maka gw hanya berpikir: lho, gw kan sudah pernah menulis soal ini, dulu… begitulah. tapi sebenarnya, kalau mau jujur, gw ini tidak tergolong terlalu-cepat juga dibandingkan rekan-rekan yang lebih rapid lagi soal beginian.

tapi kadang-kadang (dengan begonya) gw berpikir: jangan-jangan gw ini sebenarnya hidup mendahului zaman (khususnya soal beginian) dibandingkan cukup banyak orang lain yang lebih awam. tentu saja, tidak! gw juga tidak sebegitunya amat.

masih ada kok orang-orang yang lebih mendahului zaman daripada gw =)

current music — life goes on

kali ini, gw akan menuliskan mengenai lagu Life Goes On yang dibawakan oleh Arisaka Mika. tadinya, gw tidak terlalu tahu (baca: tidak pernah mendengar =P ) mengenai penyanyi yang satu ini, kecuali sebagai salah satu pengisi OST dari serial Gundam SEED: Destiny yang merupakan sekuel dari Gundam SEED yang fenomenal itu.

nonetheless, walaupun serial SEED: Destiny dianggap tidak se-fenomenal pendahulunya, tapi tetap saja OST dari serial ini banyak yang cukup enak didengar, termasuk yang satu ini =).

sebagai informasi, lagu ini langsung menempati #4 di Oricon Weekly Chart di minggu pertama rilisnya. lagunya lumayan enak, dan intronya sedikit khas. selidik punya selidik, ternyata composer-nya itu Yuki Kajiura… (sialan, pantesan bagus!).

nah. seperti biasa, liriknya dengan huruf italic, translations-nya dengan huruf plain. mohon koreksi kalau ada salah translate =)

Life Goes On
Arisaka Mika

namida de nijinda kono sora wo miageru tabi
hakanai aosa ga mune wo shimedzuketeku

blurred by tears everytime I look up the sky,
a fleeting blue feeling so tight in my chest [1]

sadame nara kanashimi no hate made
tatakaitsudzuketa hibi wo ato ni

if this is fate, then until the end of this sadness
I will leave the days of fighting behind

LIFE GOES ON moeagaru
inochi ga aru kagiri
shinjitsu no jibun sae
miushinaisou soredemo

life goes on, keep on flaring
as long as there is life
even if my own self
is to be lost, even so

LIFE GOES ON mamoritakute
kokoro wa kudakarete
hontou no kanashimi wo shita hitomi wa
ai ni afurete

life goes on, the will to protect
shattered this heart
the eyes that have known real sorrow
now overflowing with love

fuyu ni saku hana ga kasumu keshiki irodoru
tsuyosa wa yasashisa, sou utaikaketeru

winter-blooming flowers paint the hazy scene [2]
strength is kindness, that’s what I sang

nan no tame dare no tame ni kimi wa
tatakaitsudzukeru no darou ima

for what sake, for whose sake, are you
keep on fighting until now?

LIFE GOES ON umarekawari
itsushika deaeru nara
kore ijou mou nido to ushinaitaku wa nai demo

life goes on, and rebirth
if we are to meet again,
i don’t want to lose for the second time

LIFE GOES ON kono toki ni
umaretekita kagiri
kono ude de kono mune de ima uketomeyou
ai wo shinjite

life goes on, at this time
as long as I’m reborn
i will accept it in this arm and chest,
believe in this love

LIFE GOES ON moeagaru
inochi ga aru kagiri
itsu no hi ka mou ichidou
hikari wo wakachiaitai

life goes on, keep on flaring
as long as there is life
on that day, once again
I want to share that light

LIFE GOES ON mamoritakute
inori wo sora ni hasete
hontou no kanashimi wo shitta hitomi wa
ai ni afurete…

life goes on, the will to protect
send this prayer to the sky [3]
the eyes that have known real sorrow
now overflowing with love…

 

 

___

footnote:

[1] hakanai aosa ini gw rada bingung juga mengartikannya. kalau kata aoi artinya kan ‘blue’, dan bentuk -sa itu menyatakan kata benda… jadi gw terjemahkan sebagai ‘fleeting blue feeling’. kalau melihat konteksnya sih pas. tapi, setelah gw melihat fansub-nya SEED: Destiny, ternyata translation-nya tidak jauh beda. sudahlah =)

[2] fuyu ni saku hana itu artinya ‘flower blooming in winter’. supaya pas dan nyambung dengan kalimat selanjutnya, gw tulis seperti itu.

[3] haseru arti harfiahnya ‘to drive’ atau ‘to ride’. tapi di sini digunakan sebagai ungkapan ‘the will to protect drives the prayer to the sky’ (menyambung ke baris sebelumnya). supaya gampang, gw tulis sebagai ‘send this prayer to the sky’.

read through

an da-cuk upper! hat @ianka- laubis, abacatu? lis anini!!

*seb (abkay) _aknya manus? iamemb! @aca. tu, lis ande& nganc @arasep. otong?! poto# @ng

g% wlag $i nget! esber/a/ paor. (ang) y! (ang) bac, atu— lis anin?! iyan glang* sungsa dar, ap?! amak +sudg+ wnu – lis? in@i.

k, atan! yas? ihm% anus \iamemb\ acatu lis!! anden. ganmemik (irkansp) asidant @andaba-ca

kal? osp… asi@dia n% gga $ppisa. hkatad, ancend & erungme!! mik-i, rka% nunt ukme-ng (art) ikansi? mbold (anta) nd ^aba^ c-a!

ehbt? wkal (auand) aud-ahn gert = isam. pais+inian. dasu -dahme $nc (obameng!) enaic araot. akbek erjada! @lammen *gola* hrente $tan k @ata d + al – amka ! lima? tda npeng /aruhn/ yater. hada? ptand _abac_ –a.

kal! auuda #hng _ertibi_ langy! ahsi $laka @n #tu# lisd icom /menttu/ ntuktu? lis anini!

a scoop of salad days

2nd grade — 16 yrs, summer

it reminds me back to the summer of the 2nd grade, where I used to be someone who doesn’t ask —neither being asked— much from life. a year when I used to live in a glimpse of my ordinary yet memorable daily life: going to high school and living by myself in the city, while enjoying walking down the street as the sun set by the days and striving for the best of my life.

and that’s by the time when I met this person: a simple, yet rather brilliant girl, and happened to be a classmate of mine. and as I was a rather-ignorant and less-confident person, —oddly enough— I found that this person was rather different than just any other girl in the class. and as ‘odd’ as it could get, with all the different traits-whatsoever between me and this person, we found each other sharing many common stuffs and interests.

“you know,” she said. “I’m not really good with mathematics either.” she said that as we were talking about such stuff after an exam.

“not such words from you,” I grasped. “either way, someone like you won’t say that for such numerical stuffs.”

“hmm. my score is not that lot of better than yours.” she replied calmly. “anyway, I’m taking remedial task for this exam. a pair-group task. got a pair already?”

“well then. we’ll be taking it.”

and it just happened that we took the remedial task. yet even then, even from what I saw, I could not comprehend that such a girl could say “no good with mathematics” and stuffs. and as I had never happen to be interested enough in mathematics, I could not guess worse that we would have such common sense towards mathematics.

putting it aside, I somehow found that in spite of our differences, we share more common stuffs and interests. that we were both interested in computer stuffs, while she was interested in web-design as I was interested in digital imaging. or such things that we happened to live in similar circumstances of our families. or the fact that both of us likes to talk to each other about many stuffs: friends, club activities, or anything we could talk about. or even some not-so-important stuffs, like how she said she likes CorelDraw better than Photoshop and I thought otherwise, as it would later develop into a sometimes-long chat.

“I’m leaving overseas,” as she started another conversation. “and now I’m busy with embassy stuffs and such.” she said. “a bit tiring, though.”

I asked when she would be leaving.

“still by the end of the term. but stuffs have been hectic lately.”

“isn’t it good? leaving overseas by yourself. it sure is fun.” I learned already that she would be participating in a student exchange.

“hey. how does it feel to live by yourself?”

“huh?”

“I mean, you are used to living by yourself here, and not coming home often…”

I knew that she was talking about being alone-and-far-away, and how tough it might have been. it was not something really hard to derive from the way a girl is talking. I took a deep breath.

“not really comparable, though. I started to live here as I was 14, and yet I do come home regularly.” it was a common reply. “but it was a bit tough at first. how I handle stuffs, this and that. but I found it fun after a while.” I shook my head. “and it has been fun, so far.” I smiled.

“…so.”

a short reply, but it was not so hard to derive what such word would mean, along with such expression. and that’s when I started to think: she is a girl, after all.

and that was all for the conversation as the class was starting.

and along with the ticks in the clocks, time passed. and it reminds me that how I used to sketch a drawing rather than listening to the teacher in biology classes (as she would say: “stop drawing, and listen at least.” and I replied “I’ll copy your notes later”), or how I asked her how to do differentiation towards ‘strange-shaped’ (or at least what I thought so) polynomials during the mathematics class.

as for the day finally approaching that she was about to leave. she did not talk to me much about it, though. and as I was thinking of ‘what I am to her’: just a casual friend who she talks to about stuffs, I didn’t ask. and things just going that way.

she did talk about it to some other of her friends, while then they did a bit of farewell party. as for me, I tried not to really care about it, as she didn’t talk about it much to me. and as I was thinking, life was just what happened. the term was about to end, as well as her departure was approaching.

I didn’t really understand what happened though — she didn’t talk to me as much as before as she was going to leave. and I tried not to really care about it. perhaps that’s just the way it had to happen. she didn’t talk to me much about her departure, and I just didn’t ask her about such stuff. still, there was a bit of unusual choke inside me, yet I tried to suppress it as well as I could.

and as finally the day of departure came, a friend of mine in another class asked me to come and see her off.

“we are going to see the exchange students off at the airport. are you going?”

“…no.”

“you know, she is going to depart tomorrow. and as I know, you were rather close to her. shouldn’t you see her off?”

I tried to smile.

“…no. thank you.”

and that’s how it was. she had left, and I didn’t come to see her off. and still, that day, I wondered. what had I been to her? was it just another person? was it just a casual friend? was it even someone unreliable to her? or was it just nothing that I shouldn’t expect too much?

things had never been the same again ever since. I graduated from high school a year later, and there were not many chances for me to see her as she was still taking her 3rd grade as I had graduated.

but even now, I’m still wondering. what has that one year in the 2nd grade been to me? what has it left for me? perhaps it’s only my past, and such things should be left just like a past. yet even then, I’m not really sure about it.

maybe someday, when I see a glaring summer sky, I will remember once again. about that one year in the 2nd grade of high school in my life — and a memory that feels so distant as I think about it now.