one student revolution

PERHATIAN:

tulisan ini tidak untuk dimaknai apa-adanya. ketidakmampuan pikiran dalam memahami tulisan ini di luar tanggung jawab penulis. silakan menjernihkan pikiran sebelum membaca dan berkomentar.

anda sudah diperingatkan.

___

I. Interlude

konon katanya, kuliah di tempat saya ini[1] tidak terlalu baik untuk kesehatan mental. mungkin terkesan berlebihan sih, terserahlah. kalau tidak kuat mental, (katanya) mahasiswa di tempat saya mungkin saja akan mengalami stres sampai depresi ringan.

…apalah. tapi untuk bisa bertahan hidup di dunia yang kejam, kita harus bersikap kejam juga, bukan?

II. Prolog

ini adalah kampus di mana tugas-tugas yang ada bisa menjadi bagian dari hal-hal yang menyebalkan. laporan dan sesi lab, serta proyek dari mata kuliah yang ada. agak menyebalkan, kadang-kadang. empat sampai lima deadline bisa muncul dalam waktu satu minggu, sementara proyek-proyek kuliah bisa (dan sempat) membuat saya jarang pulang ke tempat kos.

ya, ya, beberapa rekan yang sudah ‘melewati’ tempat ini sebelum saya mungkin akan mengatakan bahwa ‘itu hal yang biasa’. mungkin saja demikian, dan saya saja yang terlalu melebih-lebihkan. tapi yang jelas sih paragraf di atas itu pengalaman pribadi saya.

dengan keadaan saya sekarang, saya cukup bersyukur bahwa saya memiliki mental yang cukup kuat (parameternya? saya tidak sampai terkena stres apalagi depresi :mrgreen: ), walaupun kadang-kadang saya merasakan keinginan yang kuat untuk misuh-misuh terhadap kampus 25 juta rupiah ini[2].

kalau boleh saya mengatakan, saya cukup senang bahwa saya sempat tinggal di kampus ini sebagai mahasiswa… kecuali bagian mengenai tugas-tugas, proyek, serta laporan-laporan yang kadang bikin sepet.

III. Di Bawah Bendera Revolusi

ahem. mari sekarang kita masuk ke bagian seriusnya. saat ini, saya mempertimbangkan bahwa para mahasiswa perlu memiliki posisi tawar yang lebih tinggi agar beban tugas-tugas kuliah bisa dikurangi. tentu saja, sebab keadaan seperti ini tidak baik untuk kesehatan mental para mahasiswa!

tapi bagaimana caranya? mahasiswa jelas kalah berkuasa dibandingkan dosen-dosen, apalagi dekanat sebagai lembaga formalnya. mau diapakan ini? demonstrasi dan aksi unjuk rasa jelas akan jadi konyol sekali.

tanya kenapa? kenapa tanya! bayangkan kalau tiba-tiba dosen-dosen yang mengajar bersikap kompak, dan menyerukan kalimat berikut via loudspeaker kepada mahasiswa yang sedang berdemonstrasi dengan sepenuh hati.

“mahasiswa-mahasiswa yang berunjuk rasa mengenai topik tidak penting ini, harap segera bubar! kalau nama kalian yang ikut demo tidak ada dalam absen pada kelas jam 1 nanti, kalian semua akan dapat D!!

saya berani jamin, sebagian besar mahasiswa akan langsung bubar dengan peringatan tersebut. dan tujuan kita tidak akan tercapai! ๐Ÿ˜†

itu tidak efektif. kita perlu metode yang lebih masuk akal dan tepat sasaran. metode yang bisa meningkatkan posisi tawar kita sebagai mahasiswa, dan tidak terlalu kampungan.

saya mengusulkan, bahwa saat ini kita membutuhkan martir. ya! martir yang akan menjadi pahlawan revolusi kita!

…tapi bagaimana caranya? itu mudah. kita membutuhkan seorang calon martir kita: mahasiswa yang sudah terlalu lelah dengan segala pernak-pernik tugas dan proyek kuliah serta laporan ini. mahasiswa yang juga memiliki esprit de corps yang luar biasa tingginya, yang mudah dimanipulasi demi kepentingan teman-temannya!

nah. kemudian, kita harus mempersuasi calon martir ini, agar ia mau bunuh diri. harus kita yakinkan bahwa kematiannya akan membawa kemaslahatan umat, khususnya para mahasiswa di kampusnya yang tercinta. tambahkan juga bahwa ia akan mati syahid dan bertemu dengan minimal 72 bidadari di surga sana.

…sebentar. kok bunuh diri? yah… karena membunuh orang itu dosa, kan? lagipula kita tidak perlu mengotori tangan kita. jadi, marilah kita hanya memandang dari jauh saja. :mrgreen:

dan akhirnya. pada satu malam. harapan kita terkabul. DOR, kita mendapatkan martir kita. berikan penghormatan tertinggi kepadanya. selanjutnya, gerakan politik akan kita mulai.

IV. Penemuan Kembali Revolusi Kita

selanjutnya, kita akan menggunakan elemen-elemen politik kampus. dengan rasa solidaritas yang mudah dimanfaatkan antara mahasiswa, kita akan melakukan lobi-lobi terhadap pihak-pihak yang berwenang, dengan posisi tawar yang jauh lebih tinggi daripada sebelumnya.

kita manfaatkan juga media. media kampus, dan media luar kampus tentunya. kita blow-up kejadian ini, tapi tidak perlu sampai terlalu heboh. jangan lupa dengan headline yang ‘jujur dan apa-adanya’:

SEORANG MAHASISWA FAKULTAS ILMU KOMPUTER BUNUH DIRI, DEPRESI KARENA KEBANYAKAN TUGAS

hmm. seharusnya cukup dengan judul tersebut. dan beberapa variasinya, tentu saja. dan tidak, kita tidak akan sampai ke televisi. terlalu jauh dan tidak perlu, walaupun mungkin tidak buruk juga.

apa mungkin, kata anda? saya mengatakan, ini mungkin! ya, hal ini bisa dilakukan. kenapa? karena kita punya martir, kamerad! ๐Ÿ˜†

setelah itu, akan ada saat berkabung di kampus โ€” tidak perlu lama-lama, paling setengah atau satu hari. setelah itu, memanfaatkan momentum ini, kita akan melanjutkan lobi. tidak dengan garang tentunya, tapi dengan empati akan kehilangan seorang anak didik dan seorang teman. manfaatkan solidaritas kita dan perasaan mereka seperlunya.

…dan setelah itu. perjuangan kita akan memperoleh hasilnya. demi kebaikan almamater kita tercinta, dan warga-warga di dalamnya. tugas-tugas akan dikurangi, dan tidak perlu lagi ada kejadian seperti yang dialami oleh martir kita. Hidup Mahasiswa!

V. Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah

tapi perjuangan tidak akan selesai. kita tidak akan melupakan semangat dan perjuangan dari kamerad kita, yang telah dengan berani melakukan langkah nyata bagi revolusi kita. untuk itu, mari kita kepalkan tangan, kita sebutkan namanya…

…dan kita teriakkan: “Hidup Mahasiswa!!” “Hidup Perjuangan Kita!!” ๐Ÿ˜†

dengan teriakan yang membahana, yang membuat musuh-musuh perjuangan kita takut! karena kita yang benar! kita adalah pejuang-pejuang amanat penderitaan rakyat!

dan kita tidak akan melupakan sejarah kita, yang telah memakan korban yang akan selalu kita kenang. kenang, kenanglah martir kita. jadikan itu bagian kekuatan politik kita, bahan bakar untuk perjuangan kita!

VI. Epilog

ya, sebuah rencana, telah tersusun dengan matang. tapi, hanya saja. ada satu masalah yang menjadi batu sandungan kita sehingga revolusi ini tidak (akan?) pernah terjadi di kampus kita tercinta.

…ya. sangat disayangkan, tidak ada yang bersedia menjadi martir kita. itu saja kok masalahnya.

___

footnote:

[1] Fakultas Ilmu Komputer di sebuah Perguruan Tinggi Negeri yang berlokasi di daerah Depok. saya nggak sebut merek deh di sini. :mrgreen:

[2] normalnya, untuk menjadi mahasiswa di kampus saya anda akan dikenai biaya uang pangkal sejumlah tersebut. ada proses untuk keringanan kok, jadi jangan takut masuk ke kampus ini. lebih baik takutnya setelah diterima saja. :mrgreen:

27 thoughts on “one student revolution”

  1. ga bisa juga…. ๐Ÿ˜ฅ

    padahal udah pake macem-macem kok ga bisa???

    *protes*

    eh yud, dihapus aja deh…sorry nyamfah… :mrgreen:

    *penasaran nyoba lagi*

    tebel miring garis bawah coret bisa ga ya??

    Reply
  2. yud1 for “pemimpin besar revolusi”….!! ๐Ÿ˜†

    Waw, tumben satir nih ceritanya. ๐Ÿ˜›

    โ€ฆya. sangat disayangkan, tidak ada yang bersedia menjadi martir kita. itu saja kok masalahnya.

    Ah, FYI, di kampus gw pernah ada mantan calon martir seperti itu. Gagal sih… ๐Ÿ™„

    -dan rasanya sistem akademiknya masih begitu-begitu aja, tuh-

    Reply
  3. wah, cK quinttrick tuh.. kebanyakan dapet serangan hetrik kayaknya ๐Ÿ˜› *malah OOT lagi*

    serius, pertanyaannya, lebih berat mana nih kalau dibandingin, suatu universitas negeri di dekat jalan margonda atau suatu institut teknologi negeri di dekat jalan djuanda? *saya juga ngga nyebut merek kok ๐Ÿ˜› *

    Reply
  4. 25 juta????….nggak heran banyak yg ngacir setelah keterima PMDK…uups sorry yud!!! tapi ini fakta loh….
    eh kata itu ‘misuh2’, makin curiga nih…yud1 dari mana ya??? (nggak usah di jawab). atau mungkin ‘misuh2’ sudah jadi kata baku di Jakarta yeee he3X

    Reply
  5. @ rifu

    serius, pertanyaannya, lebih berat mana nih kalau dibandingin, suatu universitas negeri di dekat jalan margonda atau suatu institut teknologi negeri di dekat jalan djuanda? *saya juga ngga nyebut merek kok ๐Ÿ˜› *

    Apa, lo ngebandingin Universitas Impian sama Institut Tak Bergengsi? Jelas bagusan Universitas Impian lah… ๐Ÿ˜†

    Reply
  6. Mungkin klo semua dah berada di dunia kerja,skenarionya pasti lebih EXTREME lg.. n_n
    klo dalam kampus hanya ada 2 pihak..dosen N mahasiswa..di dunia kerja melebihi itu..waaa
    di kampus semua hal yang bisa buat depresi itu mungkin masih positif..tapi hal itu belum tentu berlaku di dunia kerja..banyak hal negatif yang dilakukan atau terpaksa dilakukan dengan mengorbankan orang atau yang lain..sebuah perusahaan besar dengan banyak karyawannya terdapat banyak hal yang bisa membuat orang bener2 stres..mungkin dengan sifat cuek/tak peduli terhadap pekerjaan maupun rekan kerja bisa membantu mencegah stres..kamus untuk “bagaimana bekerja dengan baik dan benar” bisa berubah “bagaimana bekerja agar tidak disalahkan”..tapi efeknya perubahan diri yang negatif,banyak hal yang dirasakan hilang dalam diri.. banyak sarjana2 yang berubah begitu masuk ke dunia kerja di tempat gw malah ada yang mengundurkan diri (saudara dari rekan kerja)..waah2x..ceritanya sih begitu,tapi sebagian kecil memang sebelumnya rekan..apakah begitu buruknya tempat gw kerja ya?
    gw bersyukur,masih seperti ini…*stres..stres..*
    hanya saran..sabar aja yach,bener2 bekali diri dengan sabar yang tinggi..biar ga ada skenario yang seperti itu..tar juga bakal ke level itu..
    1 lagi mungkin semuanya agak berlebihan, karena gw ngepostnya agak emosi *inget banyak masalah..argh*

    Reply
  7. Yah yud, kenapa disebar di blog…
    Padahal rencana itu dah hampir akan dijalankan…calon martir-nya juga udah dapet…
    Tapi sayang dikarenakan u sudah mempublikasikan rencana ini di blog dan “pihak-pihak yang berwenang” sudah membacanya dari blog u sehingga “pihak-pihak yang berwenang” langsung melakukan reaksi pencegahan, sehingga rencana tidak bisa diteruskan…

    Lain kali dipikirkan lebih masak ya sebelum posting di blog…

    Reply
  8. Rencana yang bagus & semoga sukses. Cm seingatku, secara historis, biasanya martir tu terbunuh, bukannya bunuh diri. Kasus tersukses ya tragedi Trisakti itu, yang akhirnya menyulut kerusuhan massal esoknya dst (U know it). Di kampusku (sebelum jaman saya kuliah) jg pernah ada martir, walo perjuangan slanjutnya gak sukses (yg dituntut terlalu muluk & msh jaman Soeharto wkt itu). Msh ada lubang pelornya di pagar (sebelum kena dia) smp skrg. Tp demo besar terakhir di kampusku tahun lalu, yang tewas malah bbrp aparat keamanan. Akhirnya malah aparat yang menemukan momentum tuk menghancurkan kampus dan melarang aksi2 mahasiswa berikutnya.
    Lagian mempersuasi temen tuk ‘taking permanent vacation” kok spertinya tdk tll bs dibanggakan ya? Dgn kenario terburuk bhw perjuangan gagal, beban moralnya nanti mungkin berat…

    Spt kt Mihawk, dalam ekosistem dimana ada ‘atasan’ dan ‘bawahan’, kesewenang2an hampir sll trjadi. Mo itu kampus, kantor, bahkan negara. Dlm skala kampus, yg berjuang spt yud1 di kampus2 laen bnyk skl (untuk berbagai macam tujuan), dan bnyk yg gagal. Pemimpin2nya diskorsing/dikeluarkan, dan perjuangan bubar. Seidealis apapun kita, sering tetep kecut jg kalo kuliah kita terancam (terbayang ortu yang bakal murka or kecewa).

    Secara personal sih saya dukung ide revolusi itu, apapun cara dan hasilnya. Met berjuang

    Reply
  9. anak2 2004 kacaawwwww…. ๐Ÿ˜€
    benar-benar geli deh lihatnya.
    Martirnya bakal angkatan berapa? Jangan bilang kalian bakal memaksa adik2 kalian untuk jadi martir. Mungkin menggunakan cara ‘ala Hashasin yang tergolong sukses di masa lampau?

    @JenSen99
    Tipis bedanya antara martir dengan tumbal. Lagipula, jika mau bicara tentang sejarah, kita memiliki sejarah martir Cordoba yang bisa dibilang sebagai bunuh diri. Mereka, hanya dengan semangat zealot memprovokasi umat Muslim yang saat itu penguasa. Beberapa kali mereka dilepas namun kembali memprovokasi sehingga akhirnya penguasa terpaksa menghukum mati.

    Reply
  10. @ rifu

    Institut Tjuma Bitjara alias omdo maksud lo? :mrgreen:

    Nggak kok. Gw lagi ngomongin Institut Terkesan Bonafid dengan Internet TerBlokir… ๐Ÿ˜†

    but seriously, kalo dibandingin dari beban akademik gimana yah?

    Wah, nggak tau juga. Coba aja tanya ke orang2 yang pernah ngerasain dua-duanya. (o_0)”\

    *ada banyak, AFAIK*

    Reply
  11. Hueehhh… kasiannya pas udah ada martir yang bersedia dikorbankan dan kemudian gak ada perubahan. :mrgreen:

    Asal jangan ada berita ntar, martirnya ternyata pernah nulis di blognya perihal itu sebelum melakukan hal itu. Jangan sampe ya yud1. ๐Ÿ‘ฟ

    Reply
  12. Asyik…akhirnya bisa nulis pos lagi
    ada yang mau mudik???
    waduh waduh ada Universitas Impian, Institut Tjuma Bitjara, Universitas Gak Mahal..
    lah ini negara apa sih..???? gimana kalau ke Universitas….(tiitt :sengaja di sensor)

    Reply
  13. :: cK

    *bersih-bersih sampahnya cK*

    …bisa kan? :mrgreen:

    :: sora-kun

    Ah, FYI, di kampus gw pernah ada mantan calon martir seperti itu. Gagal sihโ€ฆ ๐Ÿ™„

    itu sih kayaknya kurang followup-nya. perlu gerakan politik itu! nggak bisa asal ada orang mati saja! martir itu cuma alat saja, tauk! :mrgreen:

    :: rifu

    ah, itu tergantung, kawan. di fakultas sebelah yang terkenal kehidupan akademiknya ‘agak santai’, masih banyak orang-orang hedon…

    …tentu saja, ini tergantung iklim kampus (baca: fakultas/jurusan). jangan pula membandingkan dengan institut teknologi negeri di sana itu, kawan. jelas beda!

    btw, di kampus saya, ada hutan, danau, dan jembatan. di sana, mana ada?! ๐Ÿ˜†

    :: Mihawk | ::JenSen99

    walah, diseriusin… :mrgreen:

    wehehei! ada yang mendukung langkah ini, ternyata! :mrgreen:

    :: rabz | :: gOdong

    …sayangnya, tidak ada yang tertarik untuk menjadi pahlawan. sudah langkakah semangat berkorban di antara kita? :mrgreen:

    :: lily

    25 juta????โ€ฆ.nggak heran banyak yg ngacir setelah keterima PMDKโ€ฆuups sorry yud!!! tapi ini fakta lohโ€ฆ.

    ada keringanan kok. kalau memang membutuhkan, seharusnya akan dibantu. saya sendiri termasuk yang mendapatkan. ๐Ÿ™‚

    :: Andrea Falconi

    Tapi sayang dikarenakan u sudah mempublikasikan rencana ini di blog dan โ€œpihak-pihak yang berwenangโ€ sudah membacanya dari blog u sehingga โ€œpihak-pihak yang berwenangโ€ langsung melakukan reaksi pencegahan, sehingga rencana tidak bisa diteruskanโ€ฆ

    apa, rencana kita sudah ketahuan, kamerad?!

    pantas saja. saya mendapatkan informasi dari intelijen kita bahwa ada rencana assasination terhadap pucuk-pucuk pimpinan kita. tampaknya saya harus waspada terhadap sniper dan pembunuh bayaran, kalau begini.

    tampaknya juga, kita juga harus mulai menyiapkan sniper-sniper kita kalau begini. demi cita-cita mulia kita, kamerad! ๐Ÿ˜†

    :: Kunderemp An-Narkalipsy

    Martirnya bakal angkatan berapa? Jangan bilang kalian bakal memaksa adik2 kalian untuk jadi martir. Mungkin menggunakan cara โ€˜ala Hashasin yang tergolong sukses di masa lampau?

    itu salah satu rencana rahasia kita, kamerad. kalau kita tidak bisa mempersuasi rekan-rekan kita, akan kita persuasi adik-adik kelas kita. tidak, kita tidak akan memaksa mereka.

    …kenapa? karena membunuh orang itu dosa, kan? :mrgreen: lagipula kita tidak perlu mengotori tangan kita, kamerad! biarkan mereka menjadi alat kita yang taat dan berguna! ๐Ÿ˜†

    :: jejakpena

    Asal jangan ada berita ntar, martirnya ternyata pernah nulis di blognya perihal itu sebelum melakukan hal itu. Jangan sampe ya yud1. ๐Ÿ‘ฟ

    duh… saya dikuatirkan… :mrgreen:

    :: yoyok

    jangan bilang-bilang yah, sebenarnya rencana ini tidak boleh bocor, lho. tanggal 30 September itu pelaksanaannya! :mrgreen:

    salam juga,

    Reply
  14. :: arief

    kawan? oke bro..!! :mrgreen:

    *lirik tabel silsilah*

    *nggak ada ah nama saudara kayak begitu*

    *pasti ngaku-ngaku nih orang!* :mrgreen:

    :: Permias DC

    salam kenal juga. ๐Ÿ™‚

    Reply
  15. wah…gak gue sangka orang2 di gedung bundar itu segitu stresnya
    parah!!!
    sabar ya nak
    kami, maba di kampus seberang-agak-depan kampus situ, masih santai2 saja
    coba aja anak maba, mungkin ada yang mau jadi marir
    eh, kalian bayar 25juta demi kuliah di kampus yang gedungnya tua kayak gitu, kasian!!
    hehehe,,,peace

    Reply
  16. eh dari yg saya baca saya lebih tertarik tentang masalah mahasiswa bunuh diri. hehehe
    emang bener deh,, kampus emang nyekek leher kalo ngasih tugas dengan memendekkan waktu belajar akibatnya qta jadi susah u/ ikut organisasi….

    Reply
  17. Salam kenal.
    Saya satu dari sekian lusin “lulusan paksa” di kampusku yang di-encourage ketua jurusan untuk susun KHS palsu untuk kemudian dia tandatangani sembari tutup mata. Ini kebijakan dekan demi mendongkrak akreditasi, lantaran fakultas kami udah hampir ditutup Dikti karena berbagai macam kebobrokan dan substandarisasi menahun di dalamnya.
    So, setelah bersikap cuek terhadap segala urusan akademis selama 5 tahun, pada tahun ke-6 saya “diluluskan” dengan begitu mudahnya.
    Jadi, saya bener-bener gak nyambung dengan sisi akademis dari topik ini bwahahahah.

    Soal idealisme mahasiswa, di kampusku segala jenis demo adalah demo bayaran. Kampus kami cuma berisi pecundang, walau kami berada di provinsi dimana kampus kami adalah one of the best.
    Jadi, saya juga gak nyambug dengan sisi idealis dari topik ini bwahahahah.

    Reply

Leave a Reply