manusia, dan dunia yang tak bermakna

“semakin saya dewasa, saya merasa semakin bisa melihat sisi buruk manusia — atau mungkin manusia memang menjadi semakin buruk ketika mereka dewasa, entahlah.”

___

saya tidak pernah meragukan apa-apa yang diajarkan kepada saya ketika saya kecil dulu, tentang banyak hal; tentang bersikap jujur. tidak berprasangka buruk. tidak mengambil apa yang bukan hak saya. menghargai dan menghormati orang lain. tidak mementingkan diri sendiri. selalu menepati janji. tidak memanfaatkan orang lain. dan seterusnya, dan seterusnya.

tapi tahukah anda, bahwa tidak banyak yang bisa diperoleh dengan hal tersebut?

sejujurnya, kadang saya muak dengan keadaan dunia. bukan. mungkin lebih tepatnya, kadang saya muak dengan cara dunia bekerja. kenapa? mungkin karena kebetulan saya hidup di dunia yang sedikit(?) munafik. mungkin karena kebetulan saya lahir sebagai generasi patah hati. mungkin karena saya hidup dalam kondisi dunia yang seperti ini.

entahlah, mungkin memang benar bahwa manusia menjadi buruk ketika mereka dewasa. seseorang mungkin kehilangan rasa percaya karena pernah dikerjai. seseorang mungkin menjadi materialistis karena mengenal harta. seseorang mungkin menjadi tidak jujur, karena menemukan bahwa terlalu banyak kejujuran hanya akan menghambat diri.

semakin dewasa, manusia semakin waspada. berprasangka. mengetahui kelemahan dari mereka yang lain. sedikit licik. berpikir negatif. menjadi materialistis. tidak jujur. mudah memusuhi. dan yang lain-lain yang mungkin tidak terbayangkan oleh seorang anak kecil pada masanya.

saya melihat seorang anak SD. pergi ke masjid untuk belajar di Taman Pendidikan Islam. dia mungkin belajar, dan akan menjadi seseorang yang bisa bertindak sesuai hati nuraninya.

tapi mana saya tahu? mungkin ketika dia bekerja, dia akan terpaksa untuk sedikit-sedikit bersikap tidak jujur. mungkin nanti dia akan berhubungan dengan banyak orang, dan dia akan belajar untuk berprasangka. mungkin nanti dia akan melihat orang-orang dewasa, dan bahwa mereka yang dikenalnya sebagai ‘orang dewasa’ sendiri tidak sempurna: orangtua selingkuh, pegawai negeri korupsi, polisi tukang disuap, dan entah yang lain.

lalu kenapa? mungkin memang sebagian (besar?) dari orang-orang dewasa adalah mereka yang munafik. bersikap begini-dan-begitu, namun mereka mungkin akan mengajarkan kepada anak-anak mereka untuk bersikap jujur dan tidak mengambil hak orang lain — apapun itu, dan mungkin malah menyuruh anak-anak mereka belajar tentang agama dan etika dan apapun yang lain.

maaf, ini tidak lucu. sama sekali tidak lucu. dan saya sungguh muak, bahwa anak-anak ini akan harus menerima bahwa apa-apa yang mereka pelajari ternyata tidak ada harganya di dunia. atau mungkin lebih parah lagi, mereka mungkin akan membuang apa-apa yang diajarkan kepada mereka, dan berpikir bahwa semua ini sia-sia.

ya, mungkin dunia ini memang sudah rusak. mungkin saya keras kepala, tapi saya menolak untuk melepaskan apa-apa yang dulu diajarkan kepada saya, bahkan setelah saya dewasa. pilihan bodoh, mungkin. mungkin juga saya akan terus merasa muak sampai akhir hayat saya, tapi itu bukan urusan anda, sih.

belakangan ini, saya bertanya kepada diri saya sendiri.

beberapa orang mungkin akan mengatakan: ‘kamu bisa dapat apa kalau bersikap 100% jujur, dengan segala hal itu? kamu nggak bisa hidup dengan itu, tahu.’

saya kira, saya akan mengatakan: ‘kenapa manusia harus bertahan hidup? karena takut mati? karena takut miskin? karena takut sendirian?’

dan sungguh, saya tidak keberatan seandainya besok pagi ada meteor yang jatuh ke bumi dan memusnahkan umat manusia.

11 thoughts on “manusia, dan dunia yang tak bermakna”

  1. beberapa orang mungkin akan mengatakan: β€˜kamu bisa dapat apa kalau bersikap 100% jujur, dengan segala hal itu? kamu nggak bisa hidup dengan itu, tahu.’

    It’s all about the society’s sustainability, masbro… πŸ˜€

    IMHO sih, sebenarnya hal yang ‘bagus-bagus’ itu bukannya tanpa-makna. Cuma, sayangnya, nggak banyak orang yang mau berpikir lebih jauh. πŸ™„

    Reply
  2. sedang bosan dengan dunia ya, yud1-san? dunia memang sudah berubah,, sesuai dengan waktu berjalan.. sudahlah,, lanjutkan saja seperti apa adanya..

    emang kita ga bisa dapat apa-apa kalau jujur 100%. Setidaknya kita harus pilah-pilah apa yang harus kita lakukan.. jika memang lebih baik jujur, ya jujur saja.. tapi kalau itu membahayakan… saya sarankan tidak..

    self-defense is more important…

    Reply
  3. kalau katanya Kururugi Suzaku,

    …if that’s really how the world works, then I don’t want anything to do with it!

    dipikir-pikir, mungkin bener juga. :mrgreen:

    Reply
  4. quote awal itu..kaya yang dulu pernah yud1 bilang ya?
    well, i’m pass to give comment.
    saya sendiri lagi diliputi kemuraman nih.
    *balik nyendiri*

    Reply
  5. Gw juga sering banget mikir kaya gitu.
    Emang nggak ada gunanya idup lurus kalo kita nggak tau kenapa harus idup seperti itu.
    Kenapa harus lurus kalo seluruh dunia bengkok, ya kan?
    Kalo kata nyokap gw sih, berhubung apa yang kita lakukan hari ini akan berdampak pada anak cucu kita kelak, jadi biarin aja orang mo berbuat apa, yang penting kita terus berbuat baik.
    Kan kebaikan akan dapat balasannya, begitu juga keburukan. Cuma masalah waktu.
    Kenyataannya emang sih nggak pernah denger tu ada bos perusahaan besar yang nggak culas atau orang hebat yang nggak punya musuh.
    Kan ada harga yang harus dibayar, Yud ^ ^
    Masalahnya, apakah kita siap membayarnya atau nggak, itu ajah..

    Reply

Leave a Reply