kartu lebaran, 1430 H

kembali meneruskan ‘tradisi’ iseng-iseng setiap kali menjelang Idul Fitri, maka kali ini pun saya kembali terlibat dalam proses desain-sambil-iseng untuk kartu lebaran edisi 1430 H. yup, di antara kesibukan dan pekerjaan dan suasana menjelang lebaran, bagusnya saya masih bisa menyempatkan diri untuk kembali utak-atik di depan Photoshop setelah sekian lama.

bicara tentang lebaran kali ini… yah, sebenarnya ini adalah tahun kedua menjalani Idul Fitri setelah saya tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa. yang kadang agak menyebalkan, karena saya tidak bisa lagi menggambar dan menulis sesering dulu. namanya juga profesional muda (wih lagaknya =P ), praktis waktu senggang juga semakin berkurang… tapi itu cerita lain untuk saat ini.

bagusnya, dengan segala hal tersebut saya bersyukur bahwa setidaknya masih ada hadiah kecil yang bisa saya sajikan untuk anda pembaca yang sedang membaca halaman ini.

[2009-eid.jpg]

mohon maafkan salah dan khilaf, yang mungkin jauh dari berkenan. selamat Idul Fitri bagi anda yang merayakan, pembaca.

sepotong kartu lebaran, kali ini dengan vector imaging. seperti biasa pula, teriring ungkapan selamat Idul Fitri bagi anda pembaca yang merayakannya. teriring pula permohonan maaf dari saya atas hal-hal yang mungkin menyakitkan dan kurang berkenan di hati; entah secara langsung, atau mungkin lewat telepon dan pesan pendek, atau mungkin juga lewat instant messaging via Yahoo! Messenger dan Google Talk… oh, dan tak ketinggalan, mungkin juga lewat microblogging via Plurk.

akhirnya, selamat Idul Fitri bagi anda yang merayakan. mohon maaf lahir batin untuk anda semua, semoga kita bisa sama-sama menjadi manusia yang lebih baik selepas Idul Fitri kali ini.

Eid Mubarak. wishing you a blessed Eid-ul-Fitr wherever you are.

5 centimeters per second

Byousoku 5 Centimeter, atau dikenal juga dengan 5 Centimeters per Second, adalah sebuah film dalam format animasi yang disutradarai oleh Makoto Shinkai. film ini pertama kali dirilis pada Februari 2007 untuk konsumsi pemirsa via streaming di Yahoo! Japan, sebelum akhirnya dirilis untuk konsumsi bioskop dan DVD.

film ini memiliki judul lengkap 5 Centimeters per Second: a chain of short stories about their distance. tagline-nya sendiri cukup menjelaskan; film ini memang dibagi ke dalam tiga bagian cerita pendek sebagai bagian dari keseluruhan jalan cerita dari film dengan genre drama dan slice of life ini.

cerita dalam film ini terdiri atas tiga buah cerita pendek — atau episode, tergantung bagaimana anda memandangnya sih. masing-masing bagian mengisahkan perjalanan Takaki Tohno dalam latar waktu yang berbeda, dengan karakter-karakter lain yang tampil dalam masing-masing periode yang bersesuaian.

bagian pertama (‘The Chosen Cherry Blossom’) mengisahkan tentang Takaki Tohno dan Akari Shinohara kecil ketika mereka pertama kali berteman sampai setelah keduanya lulus dari sekolah dasar; pada saat ini Akari mengikuti keluarganya pindah ke Tochigi, sementara Takaki tetap tinggal di Tokyo.

bagian kedua (‘Cosmonaut’) menceritakan perjalanan Takaki sebagai siswa SMA setelah pindah dari Tokyo ke Kagoshima, sementara bagian terakhir (‘5 centimeters per second’) mengambil latar waktu beberapa tahun kemudian di mana Takaki dewasa kini sudah bekerja sebagai seorang programmer di Tokyo.

secara sederhana, film ini mengeksplorasi tema mengenai ‘jarak’ dan ‘perasaan’ dalam sebuah hubungan. tampil dengan tidak perlu terlalu banyak dialog dan tidak sampai terlalu-manis, storytelling menjadi salah satu highlight dari film ini. kalau boleh dibilang sih, film ini mengutamakan realisme yang dieksekusi dengan baik. melodramatik? bagusnya tidak, dan film ini cukup berhasil membangun jalan cerita yang solid dan efisien.

sisi lain dari film ini adalah penceritaan yang unik, dengan cukup banyak muatan yang disajikan secara subtle. cukup banyak elemen-elemen cerita yang dibiarkan tersirat dan membutuhkan interpretasi tersendiri dari masing-masing pemirsa, khususnya pada detail-detail tertentu dari jalan cerita.

tentu saja, hal yang perlu diperhatikan dari segi storyline adalah bahwa bagian awal film ini mengambil latar waktu pada periode di mana teknologi telepon selular masih belum banyak digunakan, sementara surat masih menjadi sarana yang dominan untuk komunikasi jarak jauh. hal yang menarik adalah bahwa film ini mengeksplorasi aspek tersebut dalam penceritaannya, dan dengan demikian menjelaskan berbagai konsekuensi terhadap keadaan dan hubungan dari masing-masing karakter pada film ini.

secara teknis, film ini sama sekali jauh dari buruk. desain karakter tidak benar-benar flashy, tapi toh karakter yang ada tetap tampil manusiawi dan likeable. visual tampil mendukung, dengan musik yang tampil manis terutama dengan aransemen piano yang sukses membangun suasana dengan baik di beberapa adegan.

khusus soal visual, film ini layak mendapatkan highlight tersendiri. coloring dan penggambaran latar menyumbang nilai tersendiri untuk departemen visual. satu hal yang layak diperhatikan juga adalah eksekusi komposisi warna untuk mood-dalam-adegan yang berhasil dengan baik dalam banyak adegan dari film ini.

dan bicara tentang visual atau musik, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah klip yang dirancang dan disajikan dengan manis sebagai konklusi dari cerita di akhir film. soundtrack yang diisi oleh Masayoshi Yamazaki dengan One More Time, One More Chance didukung dengan visual dan screenplay yang dieksekusi dengan rapi, berhasil dengan baik dalam memberikan penutup yang manis untuk film ini.

film ini… adalah film yang realistis. tema yang membumi dengan storytelling yang solid menjadi nilai tambah dari film ini, didukung dengan dialog yang tampil apa-adanya dan cukup pas tanpa sampai menjadi terlalu manis.

secara umum, film ini tampil memikat. pendekatan artistik yang diekseskusi dengan baik sepanjang film ditutup dengan klip yang tampil manis di akhir cerita, memberikan pengalaman tersendiri dari sebuah film animasi dengan genre drama.

jadi… yah. highly recommended, khususnya untuk anda yang yang berencana menghabiskan waktu dengan tontonan yang menyentuh di akhir minggu.