if tomorrow never comes…

“well, sometimes it’s painful. sometimes it’s troublesome, and it’s probably meaningless as well… but not even once I have my regret.”

___

hari ini, saya kembali mendengar(kan) salah satu lagunya Ronan Keating, dan akhirnya kepikiran ide untuk tulisan kali ini. untuk lagunya sendiri, judulnya… nggak usah ditanya kan ya? tentu saja, maksudnya adalah lagu dengan judul yang sama dengan judul tulisan kali ini, pembaca. :mrgreen:

halah. ribet. jadi, langsung ke masalahnya saja deh.

sekali dulu — sebenarnya sampai sekarang pun masih — saya berpikir bahwa hidup ini tidak banyak artinya. maksudnya, ya hidup ini memang seperti itu saja; sebentar, sementara, lalu selesai. seperti orang datang bertamu, duduk sebentar, mengobrol sedikit, lalu pergi lagi… setelah itu, ya sudah. tidak banyak hal yang layak dibanggakan apalagi disombongkan dari menjalani kehidupan yang sebenarnya tidak istimewa ini.

tapi entahlah, mungkin saya juga bertambah dewasa, dan mungkin saya juga sedikit berubah (duh lagaknya), tapi saya kira sedikit demi sedikit saya mulai belajar menghargai perjalanan saya yang mungkin tidak terlalu panjang ini. lagipula, bukankah konon katanya menikmati perjalanan adalah menikmati proses? dengan demikian yang terpenting bukanlah ketika kita sampai tujuan, melainkan apa-apa yang kita alami dalam perjalanan tersebut.

katanya sih, lagipula saya sendiri tidak bisa tidak setuju juga. memang begitu toh kenyataannya?

di titik ini, saya teringat lagu tersebut. seandainya ‘besok’ itu tidak ada lagi, dan saya tidak punya banyak waktu lagi, apakah saya akan sudah cukup siap untuk mengatakan ‘okay, let’s call it a day’?

hari-hari ini, saya kembali memikirkan apa-apa yang telah saya jalani selama lebih dari dua puluh tahun terakhir perjalanan saya. keputusan-keputusan yang saya ambil, pilihan-pilihan yang saya lakukan, serta arti dari masing-masing keputusan dan pilihan berikut konsekuensinya. tentu saja, tidak semuanya menyenangkan. ada hal-hal yang absurd, bodoh, dan mungkin tidak bermakna. ada keputusan-keputusan yang seolah agak egois, dan akhirnya mungkin tidak akan menguntungkan siapa-siapa termasuk saya sendiri.

tapi saya kira, saya tidak ingin membuat keputusan dan mengambil tindakan yang akan saya sesali kemudian. walaupun ada hal-hal yang tidak menyenangkan, kadang menyakitkan, kadang bodoh dan mungkin naif, kadang sedikit egois, kadang malah seolah tidak bermakna… tapi saya tidak menyesal; saya memutuskan untuk melalui perjalanan ini dengan jujur dan apa adanya, itu saja.

walaupun, yah… saya sendiri juga tidak tahu, sih. mungkin nanti, ketika ‘besok’ sudah tidak ada lagi untuk saya, ketika waktu saya sudah habis, saya ingin bisa mengatakan bahwa saya tidak menyesal, walaupun dengan sakit dan sedih yang tidak selalu bisa tergantikan oleh banyak suka dan senang.

saya kira, pada saatnya nanti saya hanya ingin bisa mengatakan; “I was here, and I have no regret”. setidaknya, perjalanan ini tidak akan sia-sia, kan? ๐Ÿ˜‰

___

[1] sebenarnya lagu If Tomorrow Never Comes pertama kali dibawakan bukan oleh Ronan Keating. tapi berhubung yang saya dengar adalah versi remake-nya, jadi begitulah.

[2] ngomong-ngomong, umur saya dua puluh tiga. tapi sambil korupsi umur supaya lebih enak menulisnya, saya bilang saja ‘lebih dari dua puluh tahun lalu’. gak apa-apa, kan? :mrgreen:

3 thoughts on “if tomorrow never comes…”

  1. “Regrets, I’ve had a few
    But then again, too few to mention
    I did what I had to do and saw it through without exemption
    I planned ach charted course, each careful step along the byway
    And more, much more than this, I did it my way”

    Jadi inget (lagi) lagu di atas ๐Ÿ˜€

    Reply
  2. Yang saya sesali sih banyak banget yud, jadi malahan lega kalo ‘besok’ gak ada lagi. Jadi gak perlu lagi sibuk berpikir tuk gimana memperbaiki yang kemaren2 itu~ ๐Ÿ˜‰

    Reply
  3. Yang saya sesali sih banyak banget yud, jadi malahan lega kalo โ€˜besokโ€™ gak ada lagi.

    mungkin itu bedanya, jens. saya memutuskan bahwa saya nggak ingin mengambil keputusan yang akan saya sesali, dan buat saya itu hal yang penting. walaupun, ya, kadang-kadang nggak enak, kadang mungkin (sedikit?) sedih, tapi saya nggak menyesal.

    ada bedanya orang yang mengambil keputusan ‘bodoh’ dan lalu menyesal, dan orang yang dengan sadar mengambil keputusan ‘bodoh’ dan tidak menyesal. mbulet ya? biarin ah. :mrgreen:

    ~walaupun, to be fair
    ~semua orang punya penyesalannya sendiri, kan? ๐Ÿ˜‰

    Reply

Leave a Reply