IT freshgrad, keterbatasan kita, dan kemampuan anda bukan segalanya

untuk para fresh graduate yang sedang mempertimbangkan karir sebagai profesional di bidang teknologi informasi.

___

1.  asumsi: awal dan pengandaian-pengandaian

mari kita sedikit berandai-andai.

anda adalah seorang lulusan baru (aka ‘fresh graduate‘), dari sebuah perguruan tinggi terkemuka. anda (merasa) punya kemampuan dan teknik yang cukup tinggi, anda merasa bisa membuat program dan aplikasi yang menurut anda lebih dari cukup luar biasa. anda punya cukup sejarah terkait kegiatan organisasi di kampus. anda juga adalah salah satu lulusan terbaik di kelas anda dari universitas atau institut teknologi yang dikenal elite. anda bisa melakukan banyak hal dengan kemampuan anda: infrastruktur, jaringan, pemrograman, analisis dan perancangan sistem.

dengan demikian, anda berpendapat bahwa anda adalah bagian dari properti paling panas yang akan diperebutkan sebagai profesional kerah putih di dunia kerja. kepala anda dipenuhi nama-nama perusahaan multinasional papan atas yang bersedia menampung anda seusai lulus nanti: Accenture, Boston Consulting Group, McKinsey. Citibank, PriceWaterhouseCoopers, Deloitte. Freeport, Schlumberger, British Petroleum. semua pekerjaan kerja-besar-uang-besar yang mungkin memenuhi pikiran anda sebagai mahasiswa baru lulus…

pertanyaan saya: apakah anda yakin?

.

2. IT dan bisnis anda, apapun itu

sebelum kita menelisik lebih lanjut, ada baiknya kita mencoba menarik kembali definisi teknologi informasi dan keterlibatannya dalam bisnis secara umum dewasa ini.

sejak dulu, dan sampai sekarang pun masih, saya berpendapat bahwa teknologi informasi adalah perpanjangan dari efisiensi dan kontrol dari sebuah proses bisnis. sifatnya sebagai pendukung, apapun proses bisnis itu! dan tugas anda sebagai seseorang yang memiliki kemampuan terkait teknologi informasi adalah memastikan bahwa teknologi tersebut bisa dan akan membantu kelancaran proses bisnis yang didukungnya. kalau misalnya anda punya toko sepatu, maka kalau anda mau mengimplementasikan IT pada toko sepatu anda, produktivitas toko sepatu anda harus jadi lebih baik, dong. hal yang sama berlaku pada seluruh aspek bisnis yang menggunakan teknologi informasi untuk menunjang prosesnya. yang membedakan cuma skala; dari toko sepatu anda tadi, sampai waralaba makanan cepat-saji, sampai bisnis yang modelnya abstrak seperti audit dan konsultasi.

intinya adalah, teknologi informasi seharusnya mendukung bisnis. istilah kerennya business/IT alignment, tapi ada baiknya kita tidak terlalu berkutat di jargon terkait hal ini. lantas masalahnya apa? masalahnya adalah, kemampuan teknis dan nonteknis anda tidak selalu sudah langsung sesuai dengan apa yang dibutuhkan dari anda, khususnya dalam konteks bisnis global!

kembali ke anda tadi sebagai seorang fresh graduate yang penuh percaya diri. anda ingin berkarir sebagai profesional di bidang IT, dengan nilai kuliah yang lumayan bagus dan aktivitas organisasi yang cukup mentereng. apakah itu cukup untuk membawa anda sebagai profesional yang tangguh?

kalau boleh saya mencoba menjawab, berdasarkan pengalaman sejauh ini —yang mungkin juga masih kurang banyak sih— sayangnya tidak selalu seperti itu.

.

3. kemampuan anda bukan segalanya

ketika anda memasuki lapangan kerja sebagai profesional di bidang IT, yang pertama kali dicari memang hard skill. kemampuan teknis anda. itu benar, tapi mengecualikan kemampuan anda benar-benar terspesialisasi, sebagai profesional kemampuan teknis anda juga bukan segalanya. anda akan selalu bisa digantikan, bahkan oleh orang lain yang kemampuan teknisnya mungkin berada di bawah anda.

anda mungkin bingung, bagaimana bisa? kenyataannya, dalam dunia kerja sebagai profesional, yang dibutuhkan dari anda bukanlah kemampuan teknis anda. yang dibutuhkan dari anda adalah, bagaimana anda bisa menyelesaikan masalah-masalah bisnis mereka dengan kemampuan teknis anda!

adalah hal yang tidak mustahil, bahwa sekalipun anda terbilang luar biasa dalam programming, tapi tanpa kemampuan untuk memahami kebutuhan bisnis kemampuan anda jadi seperti tersia-sia. sebagai contoh, bagaimana mungkin anda bisa berharap untuk menghasilkan sistem pengelolaan keuangan yang solid, sementara anda sendiri sama sekali tidak paham istilah-istilah seperti general ledger dan chart of accounts? juga misalkan anda bercita-cita untuk menjadi network engineer, anda memahami dasar-dasar sistem terdistribusi. tapi bagaimana anda akan merancang infrastruktur sesuai dengan kebutuhan perusahaan anda? bagaimana dengan faktor-faktor seperti biaya, legalitas, juga vendor partnership?

sebuah perangkat lunak, misalnya, pada umumnya dibuat dengan setidaknya salah satu dari tiga alasan: (1) efisiensi dalam proses kerja, atau (2) bagian dari sistem kontrol dalam proses bisnis, atau (3) elemen penunjang keputusan eksekutif. dengan kata lain, perangkat lunak yang anda buat adalah bagian integral dari satu atau lebih proses bisnis. dan adalah naif kalau anda hanya memutuskan untuk mendalami aspek teknis yang menjadi keahlian anda, sementara aspek bisnis yang seharusnya integral malah jadi cenderung terabaikan.

sekarang, coba sebutkan proyek perangkat lunak yang pernah anda jalani dalam konteks industri (bukan riset lho ya), baik itu tugas kuliah perancangan sistem, tugas proyek perangkat lunak, maupun kerja praktek. sistem informasi payroll? efisiensi proses gaji dan kontrol pembayaran gaji. point of sales pada mini market langganan anda? kontrol dan pelaporan terhadap arus uang dan barang yang keluar-masuk. aplikasi untuk persetujuan budget? kontrol keuangan dan sistem penunjang keputusan untuk eksekutif.

pada keadaan-keadaan seperti ini, kemampuan teknis anda bukan segalanya. tentu saja bukan berarti hal tersebut jadi tidak penting —IT adalah implementasi ilmu teknik di tengah ketidakpastian yang ditangani ilmu sosial— tapi sayangnya kemampuan di luar teknis inilah yang jarang dipersiapkan untuk seorang fresh graduate sebagai profesional di bidang ini.

sekali lagi, adalah naif apabila kita mengasumsikan bahwa seorang profesional di bidang teknologi informasi lebih perlu mendalami teknologi baru dari Microsoft atau Cisco atau Oracle daripada mencoba memahami hal-hal fundamental —yang walaupun secara teknis berada di luar bidang keahlian— berhubungan erat dengan definisi IT sebagai fungsi kontrol dan efisiensi dari proses bisnis. walaupun di sisi lain mungkin tidak perlu juga seorang software engineer sampai benar-benar memahami IFRS atau PSAK sampai tahap yang biasa dipahami orang akuntansi, sesungguhnya justru pada tataran ini kita bisa memperhatikan sebuah dimensi tersendiri dari IT sebagai bagian dari sebuah proses.

IT hanyalah sebuah penunjang. atau dalam istilah bahasa Inggris yang saya belum ketemu padanannya, enabler bagi fungsi-fungsi bisnis. dan tanpa pemahaman yang solid akan proses yang didukung oleh teknologi tersebut, hampir tidak mungkin anda akan bisa menghasilkan sesuatu yang bisa benar-benar berguna dari kemampuan teknis anda.

.

4. dan akhirnya, apa yang akan dibutuhkan dari anda

nilai anda akan dilirik sedikit. kemampuan organisasi kemahasiswaan anda tidak selalu dibutuhkan. nilai anda pada kuliah dan topik riset kemungkinan besar akan tidak relevan.

pertama-tama, dan ini penting: fondasi yang solid dari penguasaan anda terhadap hal-hal yang sifatnya teknis —entah itu coding, networking, database administrations— adalah hal yang penting. sangat sangat penting. dan dibandingkan dengan bidang-bidang lain seperti ekonomi manajemen atau sumber daya manusia, teknologi informasi adalah bidang yang membutuhkan latar belakang kemampuan yang spesifik dan tidak bisa dipelajari secara sembarangan. kemampuan anda adalah aset anda, tapi sayangnya hal seperti ini tidak akan terlihat langsung dari transkrip anda.

mungkin anda sudah paham, transkrip nilai kuliah anda itu cuma saringan awal. dari berbagai pengalaman terkait wawancara kandidat —dari kedua sisi, baik sebagai kandidat maupun calon penerima kandidat— kenyataannya memang transkrip itu tidak banyak artinya. kemampuan anda mungkin bagus pada algoritma, struktur data, dan pemrograman, tapi itu cuma gambaran awal sekali. yang harus anda lakukan adalah memberikan bukti kemampuan anda. pengalaman akan menjadi nilai tambah untuk anda. kerja praktek, proyek pengembangan di luar kuliah, aktivitas dalam komunitas open source. kemampuan teknis anda adalah aset anda, dan validasi terbaik yang bisa anda terima adalah pengalaman nyata anda.

anda juga akan perlu kemampuan belajar dan beradaptasi. yang lebih dari cukup banyak. mungkin kedengarannya klise, tapi percayalah: di luar fondasi keilmuan anda, produk atau bahasa pemrograman yang anda pelajari pada masa kuliah akan sudah basi dalam waktu empat atau lima tahun. anda akan berhadapan dengan banyak produk dan teknologi baru yang mungkin belum pernah anda dengar sebelumnya, dan di sini kapasitas anda akan diuji.

business and technical insight akan menjadi aset anda yang sangat berharga. seperti yang sudah disebutkan, yang dibutuhkan dari anda bukan kemampuan teknis, tapi bagaimana anda bisa menyelesaikan masalah-masalah bisnis dengan kemampuan anda. dengan atau tanpa orang lain, dalam sebuah tim atau sebagai individu. demikian juga pertimbangan teknis dan taktis dari keputusan-keputusan anda, juga bagaimana anda bisa mempertanggungjawabkan apa-apa yang anda lakukan dalam implementasi yang sifatnya teknis, baik dari sisi bisnis maupun secara finansial.

dan terakhir, dan ini yang paling penting: kerja keras! atau kerja cerdas, terserah anda, apapun yang anda butuhkan untuk menyelesaikan kewajiban anda secara jujur dan adil. suka tidak suka, anda akan harus bekerja keras untuk membuktikan diri anda. dan jangan pernah, jangan sekali-kali pernah merasa bahwa anda terlalu bagus untuk suatu pekerjaan. anda mungkin lulusan perguruan tinggi terkemuka, dan dengan demikian anda merasa tidak pantas angkat-angkat server dan pasang-memasang kabel, atau pula menjadi programmer dengan bahasa yang tidak anda suka untuk aplikasi yang kelihatannya sederhana — jangan seperti itu. karakter anda sebagai profesional dinilai dari hasil yang bisa anda berikan, bahkan untuk sesuatu yang mungkin tidak selalu bisa anda lakukan dengan senang-hati dan senang-pikiran.

karena, yah, anda tidak istimewa. anda mungkin bagus, tapi bukan berarti anda tidak bisa digantikan. mungkin kedengarannya sedikit kejam, tapi di sisi lain ini bukan hal yang sepenuhnya buruk juga; setidaknya anda akan tetap rendah hati, bukan?

___

[1] terlepas dari berbagai imaji yang mungkin timbul dari berbagai pemberitaan terkait korporasi internasional.
[2]  ngomong-ngomong, tulisan ini independen tanpa menghindari kenyataan bahwa penulisnya adalah seorang profesional. idealisme belum mati, bung

saat sendiri

ada saat-saat di mana saya ingin menyendiri dulu
seperti pada pekan-pekan ini, di mana
letih dan penat terasa akrab dengan hari dan minggu.

___

sebenarnya, saya bukan termasuk jenis orang yang tidak bisa bersosialisasi. bukan berarti saya jadi serba aktif dan bisa dengan riang hati bergabung dengan berbagai jenis manusia atau dengan demikian saya jadi bisa berlagak ala sosialita (sumpah ini bukan tipe saya), tapi setidaknya secara umum saya tidak merasa punya kesulitan berkomunikasi tatap muka dengan orang lain.

tapi ya… hanya jika dan ketika saya sedang dalam keadaan siap untuk engage —ini padanannya apa ya, ‘berinteraksi? rasanya kok agak kurang pas— dengan orang lain. susahnya, hal ini tidak selalu bisa ada dalam diri saya pada setiap saat. ada saat-saat, yang sejujurnya cukup banyak, bahwa saya ingin sendiri saja dan tidak sedang ingin bertemu manusia lain.

hal yang agak susah bahwa hal ini kadang jadi bentrok dengan ‘kewajiban’ sosial saya sebagai individu dalam lingkungan sosial. walaupun kalau dibilang ‘kewajiban’ ya bukan kewajiban juga sih,  kan memang etika itu tidak ada aturannya?

.

masalahnya begini. untuk saya, saat-saat sendiri itu bisa dibilang suatu kebutuhan yang cukup penting. ada saatnya setelah jam-jam yang panjang dan tekanan tinggi pada hari-hari dalam pekan, hal yang saya inginkan pada akhir pekan adalah menyendiri saja. tidak ingin menemui orang, tidak ingin pergi ke mana-mana, tidak ingin melakukan apa-apa. hanya ingin diam dan sendiri saja. dan oleh karena itu, hal yang agak membuat saya merasa tidak enak adalah ketika tiba-tiba saya diajak secara spontan untuk bertemu atau sekadar ngobrol pada saat yang tidak tepat. ‘saat yang tidak tepat’ ini menurut saya lho ya, yang sudah tentu definisinya subjektif benar.

buat saya, ini dilema. di satu sisi, saya menghargai bahwa saya diundang untuk bersenang-senang (dan itu hal yang bagus). tapi di sisi lain, saya paham sepenuhnya bahwa keadaan mental saya sedang tidak siap untuk berinteraksi dengan orang lain. dan sejujurnya, saya seringkali kuatir, bahwa dalam keadaan seperti itu saya malah akan bersikap seolah kurang menghargai pihak(-pihak) yang sebenarnya sudah memiliki niat baik untuk berhubungan dengan saya!

saya pribadi menganggap perkara bertemu orang lain itu hal yang agak serius. kenapa begitu, karena kalau saya memutuskan untuk bertemu dengan orang lain dengan semangat berhubungan baik, pertemuan tersebut harus jadi menyenangkan, dong. karena itu sebisa mungkin saya tidak ingin berinteraksi dengan orang lain ketika keinginan saya untuk berinteraksi sedang minim —yang sebabnya sendiri bisa macam-macam, dari kebutuhan untuk mengisi ulang fisik dan mental saya sampai keletihan yang kadang bisa terasa agak luar biasa dari berbagai hal dan pengalaman.

oleh karena itu, ada saatnya di mana saya bisa jadi akan menangguhkan ajakan spontan anda untuk bertemu secara mendadak —bukan karena tidak menghargai, sungguh— tapi adakalanya memang saya sedang tidak dalam keadaan yang kondusif untuk menghasilkan pertemuan yang menyenangkan. secara singkat, saya jadi tidak enak kalau anda jadi tidak enak karena saya sedang tidak enak. nah lho, bingung kan?

jadi, yah, bukan kesalahan anda kalau misalnya saya sedang tidak bisa menemui anda. setidaknya bukan seluruhnya. eh, mungkin.

___

[1] termasuk kenapa saya agak kurang terbiasa dengan janji yang dibuat beberapa jam sebelumnya. bukan berarti spontanitas itu buruk, sih.
[2] tidak, tidak ada gadis yang ngambek karena saya kurang bisa diajak ketemuan mendadak sehingga jadi ada tulisan ini.
[3] ^ no this is not Suspiciously Specific Denial. sumpah!