tidak cukup seram dalam dua kalimat

kemudian, duk! punggung terasa berat. kata temanku, ada anak kecil, seperti monyet, jongkok menggelantung di ransel.

.

di selasar dekat akuarium ada lukisan potret seorang tua. beberapa kali aku lewat di dekatnya, sekali dari arahnya ada suara, ‘hei’.

.

aku bekerja menghadap tembok dengan komputer di sudut ruangan. sesosok kepala mungil, seperti balita, muncul dari balik monitor.

.

masalahnya ketika aku mencoba tidur, di pojok kamar ada seorang gadis bermuka pucat, mengangkat pisau, meluncur pelan seperti mendekat. dia diam kalau kupandang balik.

.

aku mengangkat kepala bangun setelah sujud dini hari, kemudian mendadak ada bocah duduk di hadapanku. lalu dia meringis.

.

sore hari, remang-remang, dari balik kaca. bayanganku tersenyum.

.

nafasku sesak, seolah ada yang memeluk dari belakang. kemudian bisikan tak kukenal; ‘belum waktunya kamu pergi, sayang.’

 

😉