di kota ini, sekali lagi

kota ini, banyak berubah. lebih ramai, jalan lebih lebar, mungkin sedikit lebih bersih dan sedikit lebih rapi.

tapi rasanya asing. tempat ini, bukan tempatku lagi.

warna seperti menghilang di kota ini
hitam dan putih masa lalu, telah membisu

aku menggigit bibir. rasanya hambar. kalau kurasa mungkin seperti kalau bibir sedikit pecah, sedikit berdarah. ada sedikit rasa asing, sedikit anyir, tidak benar-benar nyaman tapi bukan sama sekali tak tertahan.

lalu-lalang orang ramai, di gedung-gedung toko berseberangan, apartemen, bus kota entah berapa umurnya. kios fotokopi, warung makanan dan tukang gorengan, sepeda motor dan tukang parkir… banyak hal sama, banyak hal berubah.

ah, pikirku. kalau ke sana ada warung dekat stasiun, kalau ke sini ada jalan tembus ke dekat masjid, kalau ke situ ada deretan tempat kos, jalan ke jembatan lewat sana…

ah, masih bertahan sisa mimpi-mimpiku
di kota ini…

‘kamu punya mimpi?’

rasanya seperti ada yang menonjok tepat di dada, sesak, sedemikian hingga rasanya seperti memaksa untuk terbatuk-batuk membungkuk di tepi trotoar. sakit. aku merasakan berat ransel di punggungku. kemudian mencoba tegak. walaupun masih sesak.

dulu aku ingin sekali bisa bilang, ada hal-hal yang ingin kulakukan. ada hal-hal yang ingin kuraih. ada sesuatu yang ingin kuperjuangkan.

mimpi. iya. aku punya. dulu, tak pernah kuceritakan. tak ingin kuceritakan.

karena tidak semua orang perlu tahu. tidak semua orang ingin tahu. dan tidak semua orang mau mendengarkanmu.

kan begitu?

semua berakhir di sini, tempatku mulai bermimpi;
hatiku mati di sini, terdiam dan tak mengerti…

‘because I love you, whether it’s wrong or right’

bisikan mengering, suara habis, tergerus waktu yang terus menggilas kesia-siaan dari masing-masing kita. dan aku tak ingin kembali. entah, kurasa, aku sudah tidak ingin lagi menemui masa lalu.

mungkin aku cuma teringat diriku, yang bisa benar-benar sayang seseorang lain sampai seperti dulu…

di kota ini, hal-hal dimulai. di kota ini juga, ada hal-hal yang berakhir.

dan entah, pikirku, barangkali kita cuma bisa menyeka, pelan-pelan, dengan atau tanpa sedikit basah tertinggal di punggung tangan atau lengan baju.

tempat ini, sudah bukan tempatku lagi.

___

[1]  lirik dari Kota Mati, oleh Peterpan