linimasa dan saya

belakangan ini, saya merasa sedikit jenuh. bukan dengan kehidupan atau karir atau keluarga atau hal-hal lain pada umumnya —saya bersyukur saya masih bisa bangun pagi dengan tujuan dan bekerja keras untuk itu— tapi lebih ke arah hal remeh-temeh di sekitar saya. media sosial, misalnya.

beberapa pembaca mungkin paham bahwa saya cenderung memiliki hubungan benci-tapi-rindu [→] dengan media sosial [→]. memang seperti itu sih kenyataannya.

 

gunnersaurus-meme

I feel you, Gunnersaurus. I really do. (eh…)

 

kalau boleh jujur, saya sering merasa sedikit kehilangan sinyal dalam demikian banyak lalu-lalang informasi di sekitar saya. noise-to-signal ratio terlalu tinggi, demikian juga pendapat-pendapat yang demikian mudah berseliweran dan dibagi-bagi, entah seberapa valid atau matangnya fakta di baliknya.

kenyataannya, media sosial itu tidak representatif. mana mungkin anda bicara akar rumput, kalau naik angkutan kota [→] saja jarang sekali atau tidak pernah? mana mungkin anda bisa bicara Jakarta tidak takut [→], kalau berurusan dengan konflik di tengah kota saja masih nihil?

kenyataannya pula, banyak juga pendapat yang seringnya tidak didasari kemampuan atau proses belajar yang memadai pada bidangnya. bagaimana mungkin anda mau bicara ilmu agama tapi membaca kitab saja tidak lengkap? bagaimana mungkin anda mau bicara politik luar negeri kalau bacaan anda cuma media online? bagaimana mungkin anda mau bicara sains kalau pinjam jurnal dari perpustakaan saja cuma buat skripsi?

di dunia di mana suara-suara yang keras lebih didengar(kan), kita mungkin mulai kehilangan untuk mendengarkan hal-hal yang tidak dikatakan.

.

oleh karena itu, belakangan saya sendiri merasa semakin tidak antusias. Twitter sudah tidak pernah lagi saya gunakan, kecuali mungkin untuk tautan ke tulisan di sini. Facebook sudah jarang sekali saya scroll sampai ke ujung bawah halaman. Path dan Instagram praktis tidak pernah saya coba.

di luar itu, saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja, entah apakah itu dengan tim di tempat kerja atau kegiatan sampingan atau hobi pribadi. membaca buku atau tulisan-tulisan panjang. latihan fisik dan teknik, kadang dengan beban, kadang dengan lantai dan tembok. hal-hal yang setidaknya ada hasil yang lebih bisa saya lihat, dengar, dan rasakan, setidaknya untuk diri saya sendiri.

yang sebenarnya mungkin ironis juga. di luar sesekali mengobrol santai dengan rekan-rekan dan menjalin komunikasi, hasil seperti demikian rasanya susah sekali saya temukan di sana.

8 thoughts on “linimasa dan saya”

  1. Udah Yud, yang penting masih ngeblog dan hidup bahagia makan cukup tidur tenang. Amiiinnnn!!

    Btw, di medsos yang ku pakai metode scroll and judge. Berhubung kerjaan sampingan juga perlu “info terkini”, ya paling capek ngefilter.

    Reply
    • lah, itu juga notifikasinya jarang banget dicek. belakangan ini jarang cek telegram juga, paling baca sekilas-dua kilas. tapi memang masih lumayan dibanding lain pada umumnya sih.

      Reply
  2. mirip2 lah, saya jenuh, dan beberapa waktu terakhir malah kembali deactive akun fb. twitter malah parah, sudah males liat orang ngomel sana sini saja bisanya, smua postingan di twitter malah berhasil saya hapus, semua-muanya ehehe

    ceritanya demi menyelesaikan tugas, tapi tetap saja, feedreader yg bertaut tulisan macam ini misalnya, wajib untuk dibaca juga, wah

    Reply
    • iya, feed reader sih paling yang masih. atau silent browsing aja ke berbagai outlet macam berita atau feature yang menarik.

      internet jadi ya semacam utilitas sederhana saja akhirnya. (mungkin bagus juga sih begitu)

      Reply
  3. saya masih aktif buka semua sosmed, lol. tapi path yang paling jarang saya buka. facebook juga saya bacanya hanya feed dari circle yang sudah saya pilihin sebelumnya. Kalo engga, pusing euy.

    tapi aktif di sini tetep aja gak sering2 amat. gak sempet juga sih mantengin. kl waktu luang, enakan juga baca yang hepi2 or yg bermanfaat :p.

    Reply

Leave a Reply