kapitalisme pengetahuan

kapitalisme adalah keniscayaan. katanya sih begitu. dan meskipun awalnya gw nggak percaya, tapi toh hal tersebut kelihatannya mampu membuktikan kebenarannya. nggak, kali ini gw nggak akan menulis mengenai kapitalisme yang berdasarkan pada penguasaan modal sebagai dasar pembangunan ekonomi, tapi lebih ke bagaimana fenomena kapitalisme ini berlaku dalam pengetahuan.

misalnya begini. dalam suatu masa di kehidupan gw, di suatu masa yang disebut sebagai ‘masa sekolah’ (SD,SLTP, dan SMU), ada suatu kecenderungan yang mirip dengan proses ekonomi kapitalis. bedanya, yang berputar bukanlah uang dan modal, tapi nilai dan penghargaan. lho? maksudnya? jadi begini. salah satu ciri dari kapitalisme (yang bertentangan dengan sosialisme yang sama rata sama rasa) adalah bahwa modal selalu berputar di antara orang-orang yang memiliki modal. alias, perputaran uang hanya di antara lingkaran para penguasa modal. fenomena ini mirip dengan Prancis pra-revolusi di mana masyarakatnya terpecah ke dalam golongan borjuis (tuan tanah dan bangsawan) dan proletar (buruh, petani).

terus? ada hal yang mirip yang terjadi di suatu tempat yang gw sebutkan tadi. maksudnya? perputaran nilai dan penghargaan hanyalah di antara orang-orang tertentu. kontingen olimpiade, misalnya. tahu sendiri, misalnya IBO, IMO, IPhO, dan sebagainya. dan tentu saja, orang-orang yang tadi itu akan dikenal. lalu dikirim lagi. berprestasi lagi. dan penghargaan lagi.

itu bukanlah suatu hal yang buruk. maksud gw, adalah bagus kalau seseorang atau beberapa orang berprestasi. tapi entah kenapa, hal tersebut lantas diikuti dengan terbentuknya suatu kecenderungan pengkotak-kotakan. beberapa orang yang bagus akan semakin baik. beberapa -banyak- orang yang lain terpisah dan tidak bisa keeping pace. dan akhirnya, terbentuklah apa yang mungkin bisa disebut sebagai ‘kapitalisme pengetahuan’. pengetahuan yang ada berputar di antara beberapa orang saja.

dalam suatu masa, di sebelah gw ada seorang kontingen seleksi IBO, seorang langganan juara olimpiade kimia, dan seorang lagi langganan kompetisi biologi. gw? apalah gw, hanya seorang anak SMU yang (kelewat) doyan bongkar-bongkar komputer… dan secara kebetulan cukup sering diminta reparasi komputer orang =). yah, meskipun begitu gw juga nggak se-bego itu amat, sih. mereka membicarakan mengenai siklus Krebs. buat yang belum tahu, siklus Krebs ini adalah salah satu tahap pembentukan energi dari makanan. salah satu chapter awal pelajaran biologi kelas 3 SMU, dan masih dibahas secara detail di kuliah kedokteran.

hm. tentu saja. orang-orang seperti ini adalah harapan sekolah. orang-orang yang sebagian guru mengenal mereka dengan cukup baik. dan masih banyak lagi yang lain yang sejenis di sekitar gw. terus? masalah kecil: tampaknya pengetahuan tersebut ada di situ-situ saja. maksudnya, memang di sekitar gw atmosfernya seperti itu. tapi ketika gw melangkah ke bagian lain dari kehidupan sekolah, ternyata ada ‘bagian lain yang tidak seperti itu’. dan tentu saja, atmosfer yang baru saja gw sebutkan terasa ‘jauh dan lain’. entahlah.

dan akhirnya. pengetahuan berputar hanya di antara orang-orang tertentu. maksud gw bukan pelajaran sekolah. ini mencakup science yang lebih advanced dan thorough dibandingkan apa yang dipelajari di sekolah. contohnya: berapa orang anak SMU yang tahu (dan mau tahu) bahwa teori relativitas dibuktikan dengan penggunaan integral lipat dan parsial? berapa orang yang tahu (dan mau tahu) bahwa proses produksi energi pada kloroplas tumbuhan meliputi dua jenis panjang gelombang? berapa orang yang tahu mengenai analogi kucing Schrodinger dalam mekanika kuantum? dan banyak hal lain yang sejenis.

tapi ada perbedaan yang besar. ada perbedaan antara orang ‘biasa-biasa saja’ yang akhirnya menjadi ‘jago’, dan orang-orang yang ‘biasa-biasa saja’ dan akhirnya tetap ‘biasa-biasa saja’. yah, kadang memang kenyataan itu keras. tapi kalau dalam kenyataan yang keras itu ada orang-orang yang bisa mengubah keadaan dirinya, gw rasa itu cukup bagus. gw berharap gw bisa seperti itu.