bicara soal selera

seorang rekan gw menanyakan, kenapa gw cenderung tertarik segala sesuatu yang berbau jepang, dan kayaknya anti-amerika. hal ini mencakup banyak hal, misalnya selera film, musik, dan sebagainya.

wah. sebenarnya bukan begitu. gw bukannya pembenci benda-benda buatan amerika, dan demikian juga gw bukannya fanatik pecinta benda-benda buatan jepang… yah, walaupun mungkin untuk beberapa orang kelihatannya tidak begitu. tapi dalam beberapa hal, gw memang lebih suka beberapa produk buatan jepang, sih.

jadi, kalau gw lebih sering mendengarkan T.M. Revolution daripada Linkin Park, atau lebih suka mendengarkan lagunya Maaya Sakamoto daripada Shania Twain, ya memang begitulah adanya. tapi gw merasa agak gimana-gitu ketika gw ikut bergumam menyanyikan lagu-nya Aerosmith yang sedang diputar dan tiba-tiba rekan di sebelah gw mengatakan ‘hah? lo tahu juga lagu beginian?’. waduh. gw kan juga suka lagu amerika…

sebenarnya gw juga nggak anti-amerika. gw suka baca komik amerika (yang disebutkan oleh beberapa rekan-rekan gw yang otaku sebagai ‘jelek dan nggak berasa’), dan sebenarnya dalam beberapa contoh tidak sejelek itu. beberapa seri komik DC dan Marvel menurut gw nggak kalah dibandingkan manga terbitan Kodansha, misalnya. tapi ini soal selera, sih. rasanya memang pada dasarnya ‘beda’, seperti membandingkan antara sushi dan hamburger (kok… perbandingannya agak aneh, yah =P ). tapi menurut gw masing-masing punya kelebihan sendiri.

gw cukup suka main game amerika (yang beberapa malah lebih baik dari game jepang yang sejenis!). menurut gw Splinter Cell lebih bagus daripada Metal Gear Solid. yah,meskipun demikian gw juga berpendapat bahwa Winning Eleven produksi Konami masih di atas FIFA keluaran EA Sports. contoh lain? Prince of Persia keluaran Ubisoft menurut gw cukup seimbang dengan Devil May Cry produksi Capcom… dan sebagainya.

tentu saja, ada banyak sekali hal-hal yang dengan mudah akan membuat orang berpikir ‘oh, ternyata yud1 itu japan-oriented‘. misalnya, beberapa orang mengatakan bahwa koleksi fansub anime yang ada di harddisk gw ‘cukup banyak dan sering dikopi’, atau kadang-kadang gw mengkopi beberapa file mp3 j-music dari beberapa orang rekan gw. yah, dalam beberapa hal gw memang lebih suka produk entertainment buatan jepang dibandingkan karya rekan-rekan dari amerika dan eropa. dan menurut gw, itu bukanlah hal yang ‘aneh’ atau sejenisnya. hanya saja, mungkin beberapa orang ‘tidak terbiasa’ mendengarkan beberapa judul yang ada di playlist gw (padahal nggak selalu semuanya j-music lho), atau menanyakan ‘ini lagu apa sih?’ ketika gw memasang lagunya T.M. Revolution di winamp. susah, deh.

tapi sebenarnya, (percaya atau tidak!) gw ini tidak bisa dibilang sebagai ‘otaku’. gw tidak menghabiskan waktu berjam-jam untuk nonton anime (yah, kecuali mungkin kalau liburan, sih =P). gw tidak tahu banyak hal mengenai budaya jepang (paling cuma tahu sedikit soal makanan jepang yang memang banyak ada di mana-mana). gw tidak ikut-ikutan cosplay (sampai sekarang gw nggak ngerti kenapa orang melakukan ini =P ). gw tidak langganan majalah anime dan manga (sejenisnya Animonster, Anime Insider, Anima Genki, atau apalah yang lain). gw bahkan tidak datang ke Gelar Jepang yang ada di UI kemarin… (ini nggak penting sebenarnya =P ).

ngomong-ngomong, kalau anda memperhatikan, di banner website ini ada satu baris kalimat dengan tulisan kanji, berikut terjemahannya di bawahnya. sebenarnya, (sumpah!) gw belum merasa jago bahasa jepang, kecuali mungkin dengan sedikit pengetahuan yang diperoleh dengan belajar sendiri. hm. gw bukan otaku, tapi setidaknya gw cukup tertarik belajar bahasa jepang.

yang jelas sih, gw ini nggak japan-minded… apalagi sampai tercerabut dari akar budaya sendiri.

___

jibun no michi wo michiyuku. demo, nihon-jin janai… =)

3 thoughts on “bicara soal selera”

  1. Hmmm…. mungkin ini lebih ke arah ‘rasa’ kali ya. Ibaratnya, bandingin kamen rider sama green lantern :D.

    Walaupun emang, kalau dlm hal cerita biasanya komik2 US suka ngayal banget (exception: ‘Superman: Secret Identity’ sama Batman HUSH — yg original, versi Indonesia terjemahannya kurang bagus. Ceritanya realistis). Mungkin karena perbedaan budaya kali yah, kita di Asia lebih suka cerita yg realistis dengan sedikit bumbu ‘ajaib’ daripada di Amerika yg (keliatannya) suka cerita yg ngayal banget (e.g. Project OMAC).

    Gw pribadi sih suka dua2nya, asal emang bagus dan sesuai sama gw. Gw suka TM Revolution, Green Day, L’Arc~en~Ciel, Aerosmith (tapi nggak suka Dir-en-Grey, Asian Kung-Fu Generation, atau Korn dan Linkin Park) — dan gw juga suka lagu2nya Norah Jones sama Chihiro Yonekura (nah loh…)

    Maaya Sakamoto sama Shania Twain? Gosh… I never compared those two. Tapi dua2nya emang bagus sih. Nice shot to say that 😉

    Reply
  2. hi..
    lam kenal..
    setuju banget ma yudi.. sempet dibilang aneh ma temen-temen gara-gara suka banget ma jepang, tapi g masalah… yang namanya suka ya tetep suka kan…
    go japan!!
    eniwei.. ku link yah..

    Reply
  3. Mank bener tuch!Maka itu gw selalu merahasiakan keberadaan gw sebagai penikmat anime diantara temen2 gw. Meskipun gw sendiri merasa aneh klo misalnya tergila2 ama anime.
    Tapi,untuk urusan musik,gw lebih suka musik Amrik drpd Jepang.Amrik lebih gimana gitu.Gw lebih ke Linkin Park daripada T.M. revolution . Beyonce daripada Namie Amuro . Tapi, L’Arc-en-ciel daripada My chemical Romance.Christina Aguilera daripada Kumi Koda . Black Eyed Peas daripada Orange Range.
    Buat film gw juga nonton keduanya,tapi masih dominan film AS & film tipe2 Oscar daripada film Jepang(Film Jepang rada ga masuk akal sih!),Tapi lebih ke Jepang daripada Indonesia(Tapi,taon 2008 ini gw lebih ke film Indonesia juga)

    Reply

Leave a Reply