akhirnya piala dunia 2006 usai juga. diakhiri dengan partai ‘hadiah hiburan’ perebutan juara ketiga pada 8 Juli dan final pada 9 Juli, kedua pertandingan menutup rangkaian piala dunia 2006. closing ceremony berlangsung apik, lengkap dengan konfeti dan kembang api yang menghiasi langit Berlin dari Olympiastadion.
Italia meraih piala dunia untuk keempat kalinya, menjadi negara Eropa yang memimpin perolehan Piala Dunia di bawah Brasil. Prancis di posisi runner-up dan bermain sangat baik. Jerman menghibur publiknya dengan tempat ketiga, dan Portugal mengakhiri turnamen sebagai semifinalis di tempat keempat.
berikut dua partai terakhir piala dunia 2006.
Jerman 3 – 1 Portugal
walaupun titelnya adalah ‘hadiah hiburan’, kedua tim memiliki alasan yang bagus untuk memenangkan pertandingan. Jerman sebagai tuan rumah menginginkan kemenangan untuk menghibur publiknya atas kekalahan di semifinal. sementara itu, generasi emas kedua Portugal menginginkan prestasi menyamai generasi emas pertama yang dipimpin Eusebio.
sayangnya, kedua tim tidak tampil secara full-team. Michael Ballack tidak bermain karena cedera. Oliver Kahn menggantikan Jens Lehmann untuk pertama dan terakhir kalinya di piala dunia 2006. Luis Figo duduk di bangku cadangan. posisinya sebagai kapten tim digantikan oleh Pauleta.
absennya beberapa pemain utama ternyata tidak membuat pertandingan menjadi tidak seru. kedua tim bermain terbuka dan saling menyerang sejak menit-menit awal. Jerman dengan pola 3-5-2 yang biasa, dengan Bastian Schweinsteiger dan Phillip Lahm di posisi sayap. di depan, duet Miroslav Klose dan Lukas Podolski masih menjadi starter. dari sisi Portugal, absennya Luis Figo dicoba dicover oleh Deco yang berperan sebagai jenderal lapangan tengah. sementara itu, penyerangan dari sisi diserahkan kepada Cristiano Ronaldo dan Simao Sabrosa. pola 4-5-1, dengan Pauleta sebagai penyerang tunggal.
babak pertama tidak menghasilkan gol. penyerangan Portugal cenderung terpusat pada pergerakan Cristiano Ronaldo. disebabkan oleh absennya Figo, serangan memang seolah menjadi Ronaldo-sentris. Deco lebih banyak berperan sebagai CMF yang mengalirkan bola ke depan dan ke sisi lapangan. penyerangan Portugal lebih banyak dilakukan melalui side-attack, terutama melalui pergerakan Ronaldo dan Simao.
sementara itu, Jerman mengkombinasikan pergerakan dari tengah lapangan dan serangan dari sisi. pergerakan Lukas Podolski beberapa kali mencoba menerobos dari tengah, sementara Lahm dan Schweinsteiger dari sayap. selain itu, terdapat juga beberapa peluang yang dihasilkan dari bola mati di sekitar gawang Portugal. dari sisi pertahanan, penjaga gawang Oliver Kahn bermain sangat baik. meskipun demikian, tidak terjadi gol pada 45 menit babak pertama.
babak kedua. pergerakan Jerman masih seperti babak pertama. namun, Portugal tampak menurunkan tempo permainan. di menit ke-56, pergerakan Schweinsteiger dari sisi kiri lapangan berhasil membuka ruang tembak. satu tembakan bersarang dengan manis di gawang Portugal. 1-0.
Portugal yang tertinggal mencoba melakukan serangan balik, dan kembali menaikkan tempo permainan. sebaliknya, Jerman malah berhasil menambah keunggulan melalui gol bunuh diri Petit yang salah mengantisipasi tendangan bebas Schweinsteiger. sementara itu, pelatih Luiz Felipe Scolari memasukkan Nuno Gomes untuk meningkatkan daya serang Portugal. belakangan, Pauleta digantikan oleh Luis Figo, yang kembali menjadi kapten tim.
meskipun demikian, Jerman akhirnya mencetak gol ketiganya, kembali melalui pergerakan Schweinsteiger yang melakukan tembakan jarak jauh setelah menusuk dari sayap. sebuah gol cantik sekali lagi bersarang gawang Portugal. baru mendekati akhir pertandingan, Nuno Gomes memperkecil ketinggalan dengan mencetak gol dari assist cantik Figo dan mengubah kedudukan menjadi 3-1. kedudukan tidak berubah sampai akhir pertandingan.
Schweinsteiger menjadi man of the match. publik Jerman senang. sebagai tuan rumah, pencapaian tersebut cukup baik sebagai penghibur atas kekalahan di semifinal. Portugal kalah, tetapi prestasi kali ini merupakan lompatan bagi reputasi underachiever mereka.
Italia 1 – 1 Prancis (adu PK: Italia)
Italia membalas dendam. dua kekalahan menyakitkan dari Prancis di Prancis 98 dan Belanda-Belgia 2000 dibalaskan dengan sukses di Berlin. piala dunia kembali ke Italia.
gol cepat Prancis di menit ke-7 yang dicetak oleh Zidane dari titik penalti setelah Florent Malouda diganjal di kotak penalti Italia membuat keunggulan yang bertahan hanya selama 12 menit. di menit ke-19, Marco Materazzi mencetak gol dengan sundulan dari tendangan pojok yang dilakukan Andrea Pirlo. setelah itu, tidak terjadi lagi gol yang mengakibatkan pertandingan terpaksa dilanjutkan dengan perpanjangan waktu.
bermain dengan pola 4-5-1 (yang lebih mendekati 4-4-1-1), Italia mengharapkan permainan yang inspiratif dari Francesco Totti yang dipasang di belakang Luca Toni. sayangnya, permainan lni tengah Italia tidak berkembang baik selama pertandingan. lini tengah Prancis yang dimotori oleh Zinedine Zidane lebih mendominasi lapangan tengah, dengan di-support oleh Frank Ribery dan Florent Malouda yang bermain menyerang. sementara itu, duet Andrea Pirlo dan Gennaro Gattuso di lini tengah Italia dengan usaha yang baik mencoba untuk mengalirkan bola, namun tidak menghasilkan pergerakan yang baik. peran Francesco Totti yang diharapkan menjadi motor serangan ternyata tidak berjalan sesuai harapan. praktis, lapangan tengah lebih banyak didominasi Prancis.
peluang Italia lebih banyak terjadi melalui set pieces tendangan pojok dan tendangan bebas. tercatat beberapa peluang yang cukup baik terjadi dari posisi bola mati. selain gol dari Materazzi, sempat terjadi peluang yang baik dari Luca Toni yang menyambut sepak pojok, di mana bola masih membentur mistar gawang. demikian juga gol dari Toni yang dianulir karena posisi offside diperoleh dari set piece tendangan bebas. suplai bola dari lini tengah dan tusukan dari Italia memang terasa minim dalam pertandingan kali ini.
di sisi lain, Prancis yang mendominasi lapangan tengah, terutama selepas babak pertama, terus mengambil inisiatif serangan ke daerah pertahanan Italia. meskipun demikian, pertahanan Italia yang dikomandoi oleh Fabio Cannavaro mampu menahan dengan baik serangan-serangan dari Prancis. Henry, Ribery, dan Zidane mencetak peluang yang sangat baik, namun tidak berhasil menjadi gol.
memasuki perpanjangan waktu, Prancis masih terus melakukan inisiatif serangan, sementara Italia tampak lebih mengandalkan counter-attack. peluang terbaik Prancis dalam dibuat oleh Zidane dengan kerjasama satu-dua yang cantik, dan diakhiri dengan sundulan terarah ke gawang Gianluigi Buffon. sayangnya, Buffon berhasil mematahkan bola kencang dan terarah tersebut. penyelamatan yang sangat baik dan luar biasa dari Buffon.
selanjutnya, mendekati akhir perpanjangan waktu, insiden Zidane-Materazzi akhirnya mengakibatkan Zidane diganjar dengan kartu merah. Zidane yang tampak frustrasi ‘menanduk’ Materazzi dalam keadaan off the ball. kartu merah merupakan hal yang layak untuk tindakan yang disesalkan dan tidak seharusnya dilakukan oleh sang maestro.
memasuki adu PK, tampak bahwa adu PK ini lebih ke arah adu piawai penendang dibandingkan adu penjaga gawang. Buffon, walaupun melakukan berbagai penyelamatan yang baik sepanjang piala dunia, bukanlah penjaga gawang yang istimewa untuk urusan tendangan penalti. demikian juga Fabien Barthez, tidak memiliki catatan yang baik dalam menghentikan tendangan penalti. hal ini akhirnya terbukti dengan minimnya jumlah PK yang dapat ditebak arahnya dengan baik oleh kedua penjaga gawang.
adu PK yang dilakukan akhirnya membuahkan skor akhir 5-3 untuk kemenangan Italia. David Trezeguet gagal mengeksekusi PK karena membentur mistar atas gawang. Fabio Grosso menjadi pahlawan dengan PK terakhir dalam pertandingan. piala dunia pun kembali ke Italia.
___
trivia:
tahukah anda, Bastian Schweinsteiger hampir saja menjadi pemain pertama yang mencetak hat-trick di piala dunia 2006? sayangnya, walaupun berperan besar dalam terjadinya ketiga gol Jerman, gol kedua Jerman dihitung sebagai gol bunuh diri. dengan demikian, sampai turnamen usai, tidak terjadi satupun hat-trick di piala dunia 2006.
tahukah anda, bahwa Zinedine Zidane menjadi satu-satunya pemain yang mengakhiri kariernya di kancah sepakbola dengan pertandingan final piala dunia? sayangnya akhir dari kariernya yang cemerlang dirusak oleh kartu merah yang diterimanya dalam pertandingan final.
tahukah anda, bahwa bagi publik Italia, keberhasilan menjuarai piala dunia 1982 dan 2006 memiliki sejarah yang mirip? pada 1982, di tengah kehebohan skandal suap, Paolo Rossi dan kawan-kawan menjadi juara dunia. pada 2006, di tengah skandal liga domestik, Fabio Cannavaro dan kawan-kawan sekali lagi menjuarai piala dunia.
___
see you on 2010. look forward to it.