pilihan yang ‘benar’

kadang, dalam hidup ini ada beberapa hal yang tidak bisa kita raih. dan dalam banyak kasus, kadang kita harus memikirkan dan memilih: apa yang akan kita lakukan? apa yang akan kita korbankan? dan apa yang akan kita dapatkan? dan pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan selalu ada, dalam perjalanan hidup kita yang tidak selalu mulus ini.

and still, sometimes we can’t have everything that we want.

kadang, kita harus memilih. antara hal-hal yang mungkin berharga untuk kita, yang tidak bisa semuanya kita raih. dan kita terpaksa memilih, mana yang akan kita korbankan. dan hal-hal seperti ini biasanya susah. dan dalam beberapa kasus, susahnya setengah mati. bahwa hal-hal yang berharga untuk kita bisa menjadi begitu bertentangan, dan harus ada yang dikorbankan.

…tidak setuju? mungkin anda belum cukup dewasa (dan tidak pernah merasakan bahwa hidup bisa begitu keras … kadang-kadang), atau anda hanya belum pernah mengalami hal seperti itu =)

misalnya begini. saat ini, gw adalah seorang anak, seorang mahasiswa, dan seorang staf senat mahasiswa. di sini, gw punya beberapa peranan. sebagai mahasiswa, gw memiliki amanah untuk belajar sebaik-baiknya, dan mendapatkan IPK bagus serta lulus tepat waktu. sebagai staf senat mahasiswa, gw memiliki amanah untuk melayani kebutuhan rekan-rekan mahasiswa pada umumnya, dan dalam prosesnya menjalankan program kerja yang ada. dan sebagai seorang anak, gw memiliki amanah berupa utang budi yang sangat besar terhadap orang-orang yang disebut sebagai ‘keluarga’ gw.

…dan bagi beberapa orang, itu semua adalah hal yang berharga. tapi kadang, manusia tidak bisa memiliki semua yang dia inginkan.

kita semua punya beberapa peran dan amanah dalam kehidupan ini. dan mungkin, semuanya berharga untuk kita. tapi kita mungkin bisa mengingat: bahwa ada saat-saat kita harus memilih. bahwa kita terpaksa mengorbankan satu hal untuk yang lainnya. dan hal itu kadang tidak terelakkan. dan mungkin, kita akan bertanya-tanya: apakah pilihan kita ‘benar’?

tentu saja, kadang manusia harus memilih. mengutamakan karier (yang mungkin bagi kita ‘sangat berharga’) terlalu tinggi mungkin mengakibatkan kita kehilangan keutuhan keluarga (yang mungkin sebenarnya tidak kalah ‘berharga’ bagi kita). mengutamakan kegiatan kemahasiswaan sambil mengejar prestasi akademis mungkin akan mengakibatkan kita menjauh dari orang-orang yang kita ‘sayangi’ karena kesibukan kita.

…dan sementara itu, kita berpikir bahwa ‘mereka seharusnya paham bahwa kita menyayangi mereka, dan tidak akan merasa ditinggalkan oleh kita’.

dan mungkin, kita baru menyadarinya setelah terlambat: bahwa pilihan kita untuk mengorbankan suatu hal, untuk mendapatkan hal lain yang bagi kita ‘berharga’ mungkin salah. adalah benar bahwa hidup memang harus memilih. dan kadang, hidup bisa begitu keras bahwa kita harus memilih antara hal-hal yang berharga bagi kita, dan kita terpaksa mengorbankan yang tidak kita pilih. tapi, apakah kita sudah membuat pilihan yang ‘benar’?

sedih, yah. betapa dunia ini ternyata bukan surga di mana kita bisa mendapatkan semua yang kita inginkan.

dan sedihnya lagi, kita mungkin tidak akan tahu apakah pilihan kita ‘benar’, sebelum kita terlambat. kita hanya bisa berusaha sekuat tenaga untuk membuat pilihan yang ‘benar’, sambil berharap bahwa kita tidak membuat pilihan yang ‘salah’. bahwa apa yang kita korbankan tidak akan kita sesali kemudian.

ada banyak hal yang mungkin tidak bisa kita raih di dunia ini. ada hal-hal yang mungkin terpaksa kita korbankan, dan hal itu mungkin memang tidak terelakkan. dan itu semua pilihan kita. pilihan yang kadang tidak menyenangkan, tapi harus kita ambil.

dan mungkin saja, kita membuat pilihan yang salah. mungkin sekali, atau dua kali dalam hidup kita. dan mungkin kita tidak akan pernah tahu. kita hanya bisa mencoba… dan berusaha memperbaikinya kalau kita salah membuat pilihan.

iya, kan?

(rather) hectic days

…nggak separah kedengarannya, kok. tapi hari-hari ini memang agak membuat gw (sedikit) capek. well, ada beberapa hal yang terjadi, sih.

diawali dengan sebuah telepon di hari kamis (31/8) malam, yang mengabarkan bahwa saudara (kakak? adik? tergantung cara memandangnya juga, sih, jawabannya bisa berbeda.. =P ) gw yang kuliah di Bandung ternyata harus diopname di rumah sakit, mengakibatkan nyokap gw langsung berangkat ke Bandung keesokan paginya… dan sempat membuat keadaan di rumah agak hectic juga.

…dan di hari jumat pagi, gw masih harus mengurusi beberapa hal di kampus (termasuk, menemui beberapa orang dan bantu-bantu di acara wisuda fakultas yang akan diadakan hari sabtu 2/9). jadi? gw terpaksa ketinggalan rombongan yang berangkat ke Bandung… dan mengakibatkan gw harus memikirkan pilihan-pilihan yang ada untuk gw tempuh.

misalnya begini. kalau gw berangkat ke Bandung hari sabtu pagi, gw tidak akan bisa menghadiri acara wisuda. kalau berangkat hari sabtu sore, waktunya tidak akan efisien, sementara senin (4/9) pagi gw harus kembali berada di Depok untuk mengikuti hari pertama kuliah semester 5 yang diawali dengan kuliah Analisis Numerik jam 0800. kalau tidak berangkat? out of question… itu bukan pilihan yang akan gw pertimbangkan.

well, akhirnya gw memutuskan untuk berangkat hari sabtu pagi. yang berarti, gw tidak akan menghadiri acara wisuda fakultas. sudahlah. lagipula, toh tidak ada juga sesuatu yang benar-benar ingin gw lihat di acara wisuda…

jadi akhirnya, gw memutuskan untuk bantu-bantu persiapan acara wisuda fakultas di Balai Sidang UI di hari jumat, dan akhirnya menginap di lokasi. tidur kurang dari 3 jam, dan kembali ke kos jam 0500. tidur(an) lagi sebentar, dan akhirnya berangkat ke Bandung jam 1000… Cawang-Cipularang-Pasteur pun terlalui dalam keadaan masih menahan ngantuk.

sampai di Bandung. langsung ke RS Borromeus. nyokap gw sudah pulang. sial. yah, tapi bagusnya, ada seorang bibi (dia ini adiknya nyokap gw) yang menunggu di ruangan. dan akhirnya, gw ngobrol-ngobrol saja dengan beliau dan sang pasien… ternyata rujukannya karena DB (= demam berdarah) dan typhii (= tifus, tapi para dokter menyebutnya begini).

well, kalau terbiasa hidup di sekitar dokter, kemungkinan besar sih orang akan familiar dengan istilah-istilah yang umum seperti itu. secara kebetulan, nyokap gw dan salah seorang adiknya berprofesi sebagai dokter, jadi sedikit banyak gw tahu istilah-istilah seperti itu.

nah. sekarang mikir lagi. mau pulang kapan? gw harus kembali ke Depok paling lambat hari senin pagi. dan berangkat senin subuh jelas tidak feasible. jadi kemungkinan yang paling enak adalah balik hari minggu pagi atau siang… dan langsung ke Depok. atau dengan kata lain: langsung masuk kos untuk kuliah hari senin pagi.

wah. bahkan membayangkannya saja gw sudah malas: baru pulang dari luar kota dan langsung kuliah pagi harinya? tapi tampaknya memang tidak ada pilihan lain yang lebih feasible.

dan hari sabtu berakhir dengan gw menginap di RS… dan (lagi-lagi) dengan kuantitas tidur yang minim. telepon lintas kota dengan nyokap yang ada di Pamulang (ini di selatan Jakarta, bukan di Jakarta Selatan, lho =P ), lalu ngobrol-ngobrol di ruangan (yang kalau tidak ingat bahwa pasiennya harus istirahat, mungkin bakal nyambung terus sampai malam). begitulah pokoknya.

akhirnya. kembali ke Jakarta minggu siang, dan sampai di Depok jam 1530. langsung ke kos, tidur (kayaknya gw udah perlu banget nih)… dan tiba-tiba terbangun di tengah malam, dengan 3 sms dan 2 missed calls di ponsel. dan saat ini sedang akan mencoba untuk tidur lagi, dan berharap tidak bangun kesiangan untuk kuliah pertama di semester 5.

___

sekarang jam 0131 pagi. sayangnya, nggak ada koneksi internet di kos…