tentang seorang anak

anak itu mungkin sedikit bodoh. tapi sepertinya, ia tidak terlalu peduli.

mungkin, apa-apa yang dijalaninya membuatnya agak susah dimengerti, dan demikian juga ia tidak terlalu mengharapkan demikian — apa sih yang bisa diharapkan seorang manusia dari seseorang yang lain? pengertian, atau cinta, atau yang lain?

…toh ia masih berusaha mengerti dan memahami orang lain, walaupun kadang mungkin kurang berhasil dengan baik, ia tidak tahu. ia tidak bisa membaca pikiran orang lain, begitulah sebabnya. ia tidak ingin lagi berharap untuk dipahami apalagi dicintai oleh orang lain, cukuplah ia yang berusaha demikian.

***

sepertinya, ia tidak ingin lagi mempercayai hatinya. apa yang dikatakan hatinya tidak lagi dipedulikannya.

ada saat-saat yang menurutnya indah di mana hati dalam dirinya seolah menjadi sahabat, dan perkataannya begitu jujur dan membahagiakan. membuatnya berharap dan mencoba tersenyum, dan itulah yang terjadi.

kata hati mengangkatnya, dan kata hati menjatuhkannya. sakit, mungkin juga sedih. dan mungkin pertanyaan dan penyesalan dalam dirinya karena mengikuti sang kata hati. kata-kata yang mengajarkannya untuk berharap, mempercayai, dan mencintai.

satu kali dan lalu dua kali dan entah lagi, maka ia tidak lagi percaya kepada hatinya. perasaan yang menyakitkan dan membuatnya kecewa, tapi ia memutuskan untuk tidak lagi mempercayai hatinya. dan itulah yang dilakukannya — tidak menyenangkan, tapi ia tidak terlalu peduli.

ketika hatinya menginginkan perhatian, ia mengacuhkannya. ketika hatinya menginginkan cinta, ia tidak mempedulikannya. ketika hatinya mengharapkan pengertian, ia membiarkannya. ia tidak lagi percaya kepada hatinya — yang mengharapkan perhatian, pengertian, dan cinta bagi dirinya.

mungkin, ia memang bodoh. mungkin juga ia tidak jujur kepada dirinya sendiri. tapi ia tidak ingin lagi mengharap terlalu banyak dari yang lain. cukuplah ia yang berusaha memahami dan mencintai yang lain, tapi ia tidak ingin berharap untuk hal seperti itu. harapan itu menyakitkan, katanya.

mungkin, ia memang bodoh. ia tidak ingin lagi percaya kepada hatinya, maka ia mengacuhkannya. ia tidak lagi mempedulikan kata hatinya, dan ia mencoba untuk tidak mendengarkannya. terdengar dengan begitu jelas dan dekat olehnya akan apa yang diinginkan hatinya, tapi ia tidak mempedulikannya.

tapi kadang, apa yang dikatakan hatinya terlalu dekat dan ia tidak bisa tidak mendengarkannya; hal yang menurutnya menyebalkan, tapi terpaksa didengarkannya. sebuah nyanyian tentang harapan dan perasaan, tentang pengertian dan cinta. hal-hal yang tidak ingin lagi dipedulikannya, dan datang menyeruak dengan tiba-tiba.

mungkin, ia memang bodoh. ia terlalu melindungi perasaannya, dan untuk alasan itu tidak ingin mendengarkan kata hatinya. dan dengan keras-kepalanya, ia mencoba untuk tidak peduli. mencoba untuk terus berjalan dan menjadi setidaknya sedikit bahagia, tapi ia tidak ingin mendengarkan hatinya.

***

hidup terus berjalan, dan anak itu terus melangkah. dan sementara itu, banyak hal yang dialaminya. perjalanan yang kadang menyenangkan dan kadang terasa agak terjal, harus terus dijalaninya. toh setidaknya ia bisa menikmati perjalanannya dengan cukup baik… atau benarkah?

banyak hal terjadi, dan penyesalan selalu datang belakangan. entahlah, ia sendiri tidak terlalu mengerti. sebentuk penyesalan yang datang perlahan menyapanya, sebuah hal yang mungkin tidak perlu terjadi, dan ia sendiri tidak mengerti. hanya sebuah kata ‘terlambat’ yang ada, dan saat-saat yang terkubur di masa lalu.

mungkin, ia seharusnya lebih mempercayai kata hatinya. tapi ia tidak berpikir demikian — dan tetap berjalan dengan penyesalan yang mungkin ada, dan dengan sedikit susah-payah diacuhkannya.

***

mungkin, ia memang bodoh. tapi kurasa, untuk saat ini ia tidak akan menangis. sepertinya, ia memang agak terlalu keras kepala.

death note: the movie

apa yang akan terjadi bila seorang manusia tiba-tiba bisa menentukan saat kematian orang lain sesuka hatinya?

tema yang tidak biasa ini dicoba untuk diangkat dalam sebuah film berjudul Death Note, yang diadaptasi dari serial manga dengan judul yang sama. dipadukan dengan pendekatan bergaya suspense dan thriller, film ini mencoba mengangkat serial manga tersebut ke dalam sebuah film yang mendapatkan sambutan sangat baik di negara asalnya ini.

cerita dalam film ini diawali dengan kilasan kehidupan Yagami Raito, seorang mahasiswa yang juga merupakan putra dari seorang inspektur polisi di Tokyo, yang merasa frustrasi akan sistem penegakan hukum di tempatnya berada. rasa frustrasinya semakin memuncak ketika ia dihadapkan kepada kenyataan bahwa banyak kriminal yang seharusnya dihukum berat malah bebas dari hukuman, mengakibatkannya semakin kecewa kepada sistem hukum yang berlaku.

pertemuannya dengan seorang Shinigami (=angel of death) yang bernama Ryuk dan sebuah buku berjudul Death Note membuka jalan bagi rasa frustrasinya: ia kini bisa menentukan kematian orang-orang yang diincarnya, yaitu para kriminal yang lolos dari jerat hukum hanya dengan menuliskan nama mereka ke dalam Death Note.

di pihak lain, seorang detektif misterius yang dikenal sebagai ‘L’ tidak tinggal diam melihat fenomena terjadinya kematian misterius orang-orang di seluruh dunia yang dilakukan oleh KIRA, sebuah nama yang diberikan untuk pembunuh tak terlihat yang menghabisi para kriminal di seluruh dunia.

di tengah ‘idealisme’ untuk menghabisi para kriminal, perseteruan antara KIRA dan L semakin memanas, serta mengarah ke adu superioritas dan saling buru antara keduanya. Raito sebagai KIRA dengan Death Note-nya, sementara L sebagai detektif yang bersumpah untuk menangkap KIRA…

anda yang familiar dengan serial manga yang berjudul Death Note (yang juga sudah bisa dinikmati oleh para pecinta manga di tanah air) seharusnya cukup familiar dengan apa yang ditawarkan dalam film ini: konspirasi, intrik tingkat tinggi, sekaligus adu cerdas antara detektif dan buruannya. dan memang, hal tersebut ditangani dengan sangat baik dalam film ini, menghasilkan thrill yang cukup membuat anda betah duduk berlama-lama sampai film ini usai.

ceritanya agak absurd? memang. bayangkan saja ada seorang Shinigami, tiba-tiba bukunya jatuh, dipungut seorang mahasiswa, dan tiba-tiba seorang pembunuh tak terlihat dianggap sebagai ‘dewa keadilan’ oleh masyarakat. semakin absurdnya lagi, tiba-tiba FBI dan Interpol ikut-ikutan dalam penyelidikan ini. sesungguhnya, kalau anda berpikir bahwa ide cerita dari film ini agak absurd, sebenarnya anda tidak sendirian =).

meskipun demikian, film ini ternyata mampu menjadi hiburan yang cukup seru. adu cerdas antara KIRA dan L dipaparkan dengan baik… lengkap dengan thrill yang cukup mampu membuat penasaran sampai film berakhir. demikian juga adu kemampuan dan saling pasang trik antara KIRA dan L dituangkan dengan sangat baik, memancing pemikiran dan tebak-tebakan sepanjang film akan apa-apa yang akan dilakukan oleh KIRA maupun L dalam perseteruan mereka.

yah, walaupun ide dasarnya cukup absurd, setidaknya film ini cukup mampu menghasilkan thrill yang memikat. demikian juga minus beberapa bagian di mana logika yang ditampilkan terasa agak kurang pas, namun film ini tetap memberikan thrill yang cukup membuat anda bertahan di tempat duduk sambil berpikir dan menebak-nebak.

sebagai sebuah film yang diangkat dari sebuah manga, film ini cukup berhasil dalam menerjemahkan ide yang ada dalam coretan manga menjadi sebuah film dengan pemeran nyata. ada beberapa perbedaan, namun secara umum film ini cukup baik dalam hal tersebut. Yagami Raito digambarkan secara lebih manusiawi dibandingkan dalam versi manga-nya, lengkap dengan alasan yang digambarkan lebih manusiawi untuk menjalani peranan sebagai KIRA. visualisasi L sebagai tokoh nyata cukup mendekati versi manga-nya, walaupun dalam versi yang sedikit berbeda dan gaya yang sedikit lebih serius.

visualisasi karakter lain dari versi manga ke pemeran nyata juga dilakukan dengan cukup rapi, walaupun tidak terlalu signifikan. meskipun demikian, dalam film ini visualisasi tokoh dari versi manga yang paling sukses malah peranan Ryuk sebagai Shinigami yang mendampingi Raito. penggunaan CG sukses menghasilkan karakter yang bisa dikatakan hampir persis sama dengan karakter Ryuk yang ada di versi manga.

demikian juga kenyataan bahwa film ini diangkat dari sebuah manga tidak berarti film ini taat seratus persen kepada jalan cerita dari versi manga-nya. beberapa bagian dibuat lebih sederhana, dan ada beberapa bagian yang memberikan perbedaan dibandingkan versi manga-nya. hal yang cukup wajar juga, namun meskipun demikian secara garis besar ide cerita yang disampaikan tidak jauh berbeda dari versi manga-nya, demikian juga anda yang tidak mengikuti serial manga-nya seharusnya tetap bisa menikmati film ini dengan baik.

oh, well… terlepas dari beberapa catatan tadi, film ini sebenarnya tampil menghibur, dan toh tidak ada gunanya juga meng-‘gugat’ film ini, karena film ini berada di puncak box office di negara asalnya selama dua minggu berturut-turut. bagian kedua dari Death Note yang diberi judul Death Note: The Last Name (dirilis tidak terlalu lama setelah film ini) malah berada di puncak box office Jepang selama empat minggu, dengan sambutan yang sangat baik dari publik negara asalnya.

untuk anda penggemar film dengan genre suspense dan thriller yang lengkap dengan intrik-intrik yang membuat anda memutar otak, film ini merupakan pilihan yang sangat tepat… meskipun demikian, anda mungkin perlu sedikit meminggirkan dulu pikiran yang mungkin memandang ide cerita dari film ini sebagai ‘agak absurd’ sebelum anda memutuskan untuk menonton film ini.

bahasa jepang itu (sebenarnya) gampang

beberapa orang menanyakan kepada gw, apakah gw belajar bahasa jepang secara khusus (baca: les, pergi ke pusat budaya jepang, atau sebagainya). agak bingung juga kenapa sampai ada pertanyaan seperti ini, mengingat gw belum sampai pada level yang ‘jago banget’ atau sebagainya… walaupun sedang berusaha ke arah situ, sih =P.

sebenarnya tidak. secara umum, gw belajar bahasa jepang sendiri, tanpa ada yang mengajarkan — dan sebagai akibatnya, perkembangan gw tidak secepat rekan-rekan yang memang belajar secara khusus dan lebih intensif.

jadi begini. sebenarnya (setidaknya menurut gw), belajar bahasa jepang itu tidaklah sesulit yang dikira orang pada umumnya. yang anda butuhkan sebenarnya hanyalah material yang tepat, peralatan yang tepat, dan kebiasaan yang tepat pula. yang anda butuhkan praktis hanyalah kemauan yang cukup keras dan kerja keras yang juga sama kerasnya.

jadi anggap saja ini tips untuk anda yang tertarik untuk mendalami soal bahasa jepang tanpa keluar banyak uang =)

1. Material (dan kalau bisa: gratis)

anda bisa mencari buku untuk belajar bahasa jepang di toko buku yang cukup besar dan lengkap. bisa dalam bentuk tourist guide, thorough grammar, dan sebagainya… terserah anda. tentu saja, siapkan cukup uang untuk membeli buku seperti ini.

…meskipun demikian, gw tidak melakukan hal tersebut, walaupun sebenarnya hal ini bisa lebih baik. meskipun demikian, hal ini tidak mutlak adanya.

anda juga bisa menggunakan material yang tersedia secara gratis untuk di-download di internet. untuk awalan, gw menggunakan Yasashii Nihongo (=’good japanese’), sebuah file dokumen yang cukup singkat dan padat, menjelaskan struktur dasar dan grammar dalam bahasa jepang secara singkat. isinya kurang dari 10 halaman, tapi mencakup hampir seluruh core dalam penggunaan bahasa jepang sehari-hari.

ada juga material lain yang jauh lebih thorough soal grammar, tapi sebaiknya anda mempelajari terlebih dahulu material yang disebutkan sebelumnya. di sini, untuk grammar yang lebih advanced, gw menggunakan A Logical Japanese Grammar yang lebih kompleks (dan sebagai akibatnya, sedikit lebih membingungkan) dibandingkan material yang disebutkan sebelumnya.

yah, memang Yasashii Nihongo jauh lebih tepat sebagai awalan untuk mulai belajar, sehubungan dengan penjelasannya yang memang lebih sederhana. setelah anda cukup memahami material tersebut, silakan lanjut ke A Logical Japanese Grammar.

material-material tersebut bisa di-download di sini.

Yasashii Nihongo (PDF, 370 KB),
A Logical Japanese Grammar (PDF, 773 KB)

2. Dictionary

yah. setelah anda cukup familiar mengenai core dari grammar bahasa jepang (anda tidak perlu dalam tahap ‘sudah benar-benar menguasai’ di sini), selanjutnya anda membutuhkan pengetahuan mengenai kosa kata.

…yah, anda membutuhkan sebuah kamus di sini.

salah satu yang gw sarankan adalah sebuah software yang bernama JLookUp, sebuah kamus Jepang-Inggris dan sebaliknya. lisensinya freeware, dan bisa di-download dengan gratis di website resminya.

salah satu feature yang sangat menguntungkan dari JLookUp adalah konversi huruf romaji-kana yang berjalan ketika anda mengetikkan sebuah kata di search window. selain itu, translasi yang diberikan juga mengikutkan versi kanji dari sebuah kata berikut huruf kana yang bersangkutan.

software ini sangat membantu dalam belajar, tapi akan jauh lebih memudahkan bila pada tahap ini anda telah menguasai huruf hiragana dan katakana. demikian juga pengetahuan anda akan struktur kata dalam grammar akan sangat membantu untuk mencari sebuah kata dalam bentuk literal-nya.

JLookUp bisa di-download di website resminya:

http://jlookup.aumaan.no-ip.org/

3. Do Best Practices!

percaya atau tidak, dua proses di atas menyumbang tidak sampai 60% dari pemahaman anda bila anda belajar tanpa guru.

yang harus anda lakukan selanjutnya adalah best practice. alias, coba-coba!

sesungguhnya, anda tidak perlu benar-benar menguasai material yang ada untuk mulai masuk ke tahap ini. yang anda butuhkan adalah pemahaman akan struktur dasar bahasa jepang: predikat, objek, dan sebagainya. kalimat negatif dan positif, tenses, dan sebagainya juga akan membantu, tapi yang paling penting adalah pemahaman akan struktur bahasa.

kenapa? sebab mulai dari sini, anda bisa mengembangkan pengetahuan anda sendiri. kalau anda bingung akan struktur yang ‘aneh’, lihat kembali material. kalau ada kosa kata yang baru, lihat kamus… dengan bentuk literal (baca: bentuk ‘kamus’) yang bisa anda turunkan dari pengetahuan grammar dasar yang anda miliki.

sekarang, bagaimana anda akan melakukan best practice tersebut?

akan memudahkan kalau anda punya sparring partner yang sudah lebih jago (misalnya pernah tinggal di Jepang, atau setidaknya levelnya sudah cukup tinggi). orang seperti ini dibutuhkan untuk mengoreksi kesalahan anda ketika berbicara.

cara yang gampang juga, dengarkan lagu yang berbahasa jepang. anda akan lebih mudah menghafalkan bentuk dan struktur bahasa dengan lagu, dan pada gilirannya akan membentuk pemahaman di bawah-sadar anda tentang struktur bahasa. dengan demikian, dari sebuah lagu saja anda bisa men-derive penggunaan grammar pada kebutuhan tertentu. dan yang lebih penting lagi, anda akan memiliki sebuah pemahaman bawah-sadar akan bentuk suatu kalimat.

kok bisa? jelas bisa. anda mungkin ingat bahwa anda dulu mungkin sering mendengarkan lagu dari Bon Jovi atau The Corrs (dan menghafalkan liriknya secara tak sengaja), dan sebagai imbasnya anda memiliki pemahaman akan grammar bahasa Inggris dari lagu tersebut. hal yang sama juga berlaku di sini.

cara yang juga sederhana, walaupun agak lebih susah: belajar dari film, anime, atau drama. dengan film, anda memang harus memasang telinga agak lebih tajam, dan hal ini memang agak susah. tapi, anda tidak perlu bisa mendengarkan semua omongan di film, cukup beberapa patah kata dan translation-nya.

selanjutnya, yang perlu anda lakukan hanyalah memasang telinga sambil membaca translation yang disediakan. kemungkinan anda akan menemukan kosa-kata baru (dan tidak perlu melihat kamus karena anda bisa membaca subtitle =) ), atau lebih bagus lagi bila anda bisa men-derive suatu bentuk grammar dari dialog yang ada.

percaya atau tidak, gw belajar dari hal-hal seperti ini lebih banyak daripada gw belajar dengan membaca material. tentu saja, ini membutuhkan pemahaman dasar akan grammar. kosa kata anda tidak perlu sudah cukup banyak, walaupun hal tersebut akan sangat membantu. lihat saja kamus kalau bingung! dengan mengetikkan entry yang sesuai, hasilnya akan muncul dalam waktu kurang dari satu detik.

4. then…

jadi sebenarnya, belajar bahasa jepang itu cukup mudah… setidaknya, tidak sesulit yang dibayangkan sebelumnya. yah, tidak usah jauh-jauh, anda seharusnya juga bisa… mungkin malah dengan lebih cepat dan lebih baik daripada gw. yang penting modal tekad dan kerja keras saja, kok.

satu hal yang agak perlu diperhatikan adalah bahwa apa yang anda pelajari dalam material mungkin akan sedikit ‘berbeda’ dengan apa yang mungkin anda temui di film, anime, atau drama. hal yang wajar mengingat pada material-material tersebut bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang resmi dan sopan, sementara dalam anime atau drama (atau orang jepang betulan, kalau ada =) ) bahasa yang digunakan cenderung kasual.

dan karena itu juga, ketika gw menggunakan bahasa jepang yang ‘belajar-sendiri’, kadang tidak memenuhi kaidah yang diajarkan (walaupun penggunaannya mungkin benar!).

ano hito wa dare desu ka? –> bahasa formal
dare ka, aitsu wa? –> bahasa kasual

tapi tentu saja, dalam setiap bahasa kadang-kadang formalitas menjadi kurang berlaku. bahkan bahasa Inggris atau Indonesia sekalipun seringkali memiliki bentuk informal yang tidak sesuai grammar aslinya.

sampah ngomong sampah

gw bingung, kadang orang-orang yang gw temui seringkali bersikap ‘sampah ngomong sampah’. dan hal ini menyangkut suatu keadaan di mana terjadi sesuatu yang dianggap ‘plagiarisme ide drama’.

…kalau masih ada yang belum nyambung, gw membicarakan mengenai tanggapan orang terhadap penayangan sinetron Indonesia yang dianggap mem-plagiat ide drama negara luar (baca: Jepang, Korea, Taiwan, atau yang lain).

tidak masalah kok, kalau hal tersebut dibicarakan dengan cerdas dan santun. gw sih tidak peduli kalau hal tersebut dibicarakan di forum-apalah atau tempat lain, tapi ada hal yang menarik yang gw perhatikan dari keadaan di sekitar gw.

baru-baru ini, sebuah drama di televisi swasta tampaknya disinyalir sebagai ‘membajak ide cerita’ dari sebuah drama yang dirilis di jepang. apa yang terjadi kemudian? banyak orang-orang yang ‘meradang’, lalu melakukan penghujatan, flame, dan sebagainya.

“tahu Buku Harian Nayla nggak?” seorang rekan menanyakan kepada gw. “ih, gw sebel banget, niru-niru 1 Litre of Tears. nggak banget!”

masih ada beberapa omongan yang cukup pedas, dan sedikit ungkapan makian.

“oh. emangnya lo udah nonton?”

secara kebetulan, gw sudah menonton kedua serial yang diperdebatkan tersebut. memang ada banyak kemiripan, tapi tidak telak-telak sama.

“eh.. belum, sih.”

bagus. bagaimana bisa seseorang memberikan suatu opini atas sesuatu yang bahkan belum diobservasi?

jadi ada satu poin yang miss di sini, di mana terjadi kesimpulan yang sangat prematur, karena dibuat dan dinyatakan tanpa suatu observasi pendahuluan. secara logika, ini jelas cacat yang besar.

dalam salah satu entry di website ini, gw menuliskan review mengenai salah satu drama jepang yang tampaknya dalam waktu dekat ini akan segera ditayangkan oleh salah satu televisi swasta yang lain. yah, gw sih tidak terlalu peduli, mengingat gw sudah menuliskan review tersebut berbulan-bulan sebelumnya.

belakangan, ada komentar-komentar yang di-post di review tersebut. sebagian mengatakan bahwa drama tersebut memang bagus dan sebagainya, tapi ada komentar-komentar sebagai berikut.

“stasiun TV R gak kreatif! plagiat…” dan sebagainya, diikuti serangkaian flame.

“emang dasar sinetron indo busuk!” ini komentar yang lain lagi. masih diikuti dengan serangkaian flame.

masih banyak kok yang lain, moderatornya saja sudah malas menghitungnya =P. untungnya moderatornya masih hidup dan sering online, akhirnya sang moderator sendiri turun tangan dan mem-‘bantai’ semua comment yang berisi flame.

flame tidak diizinkan di sini.

alah-alah… menyedihkan banget sih orang-orang ini. coba kita perhatikan dulu poin-poin berikut.

satu. pernyataan pendapat tersebut dilakukan dengan flame, dan out-of-topic. masih mending kalau hal tersebut diungkapkan secara baik dan bermutu, tapi yang seperti ini tidak. out-of-topic, flame, dan isinya tidak memberikan solusi atau pemikiran yang bermutu.

…nah, comment seperti ini nih yang langsung dibantai sama moderator-nya =P.

dua. ada pernyataan mengenai suatu stasiun televisi yang dikatakan membajak. padahal, dari mana mereka mendapatkan serial yang mereka anggap dibajak tersebut? fansub? agak mendingan… VCD/DVD bajakan? bagus. VCD/DVD bajakan yang berisi fansub? hahaha, menyedihkan. beli original item-nya saja tidak. bahkan dengan bajakan berisi fansub yang tidak untuk dijual. yang kayak begini berani ngomong membajak, dengan flame? kalau tanggapannya bermutu dan tanpa flame sih masih mending.

…nah, comment seperti ini juga langsung dibantai sama moderator-nya =P.

jadi, ada beberapa pesan moral untuk anda yang mungkin tertarik untuk membahas mengenai ‘plagiarisme ide dalam drama’.

satu. kalau anda hendak memberikan pendapat, buat dengan cerdas. jangan asal ngomong, flame nggak jelas, atau sebangsanya. dan yang penting: bandingkan dulu subjek-subjek yang diperdebatkan, review dengan objektif, baru memberikan tanggapan dengan santun dan cerdas.

dua. kalau anda belum bisa menghormati para kreator dari film atau drama luar negeri dengan membeli original item dari karya mereka, ada baiknya anda tidak mengatakan bahwa pihak lain membajak karya mereka dengan bentuk flame. berikan tanggapan yang bermutu dan sopan, itu jauh lebih baik.

sederhana saja. tapi hal-hal seperti inilah yang ternyata banyak dilupakan orang.

“yud1, udah tau belum? Buku Harian Nayla dibikinin entry di wikipedia, lho.” seorang saudara gw mengatakan demikian. “isinya ya kayak gitu deh.”

dia ini cukup sependapat dengan gw soal per-plagiat-an ini.

“alah. sampah itu. beli aslinya aja nggak bisa udah banyak gaya…”

sependapat. sudah seharusnya.

akhirnya, apakah anda termasuk ‘sampah ngomong sampah’? saya harap sih tidak =).

___

footnote:

  • fansub – proses menerjemahkan film berbahasa asing tanpa dibayar. hasilnya didistribusikan secara gratis melalui internet. distribusi ini di-drop begitu film yang dikerjakan di-license di tempatnya berada.
  • flame – …gak usah dijelaskan, yah? simply said as ‘insulting comments’

kopi, kue, dan hal-hal nggak penting

aku dan ibuku punya hobi yang sama-sama sering kami lakukan: minum kopi di depan TV di sore hari. sebenarnya bukan hal yang direncanakan juga sih, dan yang lebih sering terjadi adalah kami ‘kebetulan ketemu di depan meja makan dan mau minum kopi’. tambahkan juga kue kering, dan kami duduk di depan TV, dengan cappucino atau coffeemix di mug kecil. begitulah.

dan biasanya, saat-saat seperti ini menjadi saat di mana omong-omongan nggak-penting dibicarakan, dengan TV menayangkan serial Tom and Jerry, Danny Phantom, atau pernah juga drama berjudul Good Luck!! yang tampaknya sempat cukup populer di sini.

“kamu itu udah umur segitu kok masih aja nonton film kartun, sih?”

kira-kira begitu, beliau bertanya sementara di TV sang jagoan Danny Phantom sedang beraksi menghajar musuh-musuhnya.

“biarin. daripada infotainment, masih lebih mending nonton film kartun… ngomongin orang terus-terusan, nggak sehat tuh.” jawaban asal-asalan dan sekenanya dari si anak yang tampaknya malas-malasan saja di sore hari akhir minggu.

“kamu tahu, dulu nggak kebayang lho bakal ada anak sebesar ini, sekarang nonton TV, dan udah gede.”

wah. kayaknya beliau sedang bernostalgia membayangkan anak-kecil-lucu berusia 3-4 tahun yang memang sempat terkenal akan keimutannya di seantero kompleks… *duh*

…eh. tunggu. film kartun? memangnya apa salahnya anak muda 20 tahun nonton Danny Phantom?

hal-hal seperti itulah. dan kalau dipikir-pikir, sebenarnya bukan hal yang cukup aneh juga beliau mengatakan demikian. sudah sangat lama (kapan ya? beberapa tahun lalu?) sejak kebiasaan minum kopi di sore hari dimulai. kayaknya sudah ada beberapa seri drama dari jepang (atau korea) yang di re-run dan terlihat di TV, sambil-iseng ketika minum kopi di sore hari.

dan sebenarnya, bukan hal yang aneh juga bahwa seorang anak muda berusia 20 tahun ini masih sering nonton film kartun… sebab di komputernya sendiri sudah ada entah berapa gigabyte yang berisi anime yang sudah dan akan ditontonnya =).

sehari setelah hilangnya pesawat Adam Air KI 574, gw sedang menyeruput cappucino sambil makan kue kering. sambil iseng, ibu dan anak ini ngobrol soal kecelakaan pesawat yang baru lewat.

“serem lho, kalau mau naik pesawat itu.” katanya. “pesawat itu kan kalau jatuh pasti ke bawah, kan. kalau naik bis atau kapal, paling nyasar atau ketabrak, tapi kan nggak bakal jatuh.”

si anak ini malah mikir yang gampang saja: iyalah, masak jatuh ke atas?

“ibu terlalu kuatir,” si anak ini menjawab asal kayak biasa. “kalau orang mati kan mati aja, nggak peduli di mana.”

“lagipula, ibu kan tahu, katanya Kapten Koda…” oh, iya. Kapten Koda ini tokoh di serial drama Good Luck!! yang menceritakan soal kehidupan pilot dan awak pesawat.

“…atau siapalah itu, aku lupa. katanya begini: ‘pesawat itu bisa terbang bukan karena ada keajaiban. semua orang berusaha keras. pilot, kopilot, pramugari, mekanik, dan kru di darat berusaha demi keamanan pesawat. oleh karena itulah, pesawat dapat terbang dengan selamat.’. gitu deh.”

dasar si anak ini sedang ingat serial yang pernah ditonton ibunya di TV, maka dia ngomong hal seperti itu.

dan kalau dipikir-pikir, sebenarnya hal-hal itu bukanlah hal yang penting-penting amat. sama sekali tidak penting, tapi toh cukup menyenangkan. tapi setidaknya, dengan segala kesibukan dan apalah-itu, cukup menyenangkan kalau masih bisa menyeruput kopi di sore hari.

“nanti, kalau ibumu sudah nggak ada, kamu bakal kangen lho. dulu ibuku begini, dulu ibuku begitu…” sang ibu ini ngomong lagi dalam kesempatan lain.

“hmm,” si anak ini menggumam nggak jelas. “yaah, kalau begitu jangan mati dulu. gampang, kan?”

si ibu mengatakan ‘dasar jelek’ (sambil bercanda?) ke anak yang kayaknya memang jelek itu, lalu nyengir.

“tapi kalau memang nanti harus begitu, ya sudah. sekarang sih nikmatin saja adanya apa,” kata si anak masih dengan gaya sok-cuek-menyebalkan.

“kayaknya, istrimu nanti harus sabar banget sama kamu lho.”

si anak nyengir.

sama sekali tidak penting. tapi di antara banyak hal yang harus dijalani, dipikirkan, dan dihadapi dalam perjalanan ini, kalau di antara segala hal tersebut aku bisa berhenti sejenak untuk duduk dan minum kopi di akhir minggu, hal tersebut seharusnya tidak terlalu masalah.

fate/stay night

gw pertama kali mendengar tentang serial ini kira-kira kurang dari setahun yang lalu, saat serial ini baru mulai running di negara asalnya. running-nya sendiri berakhir pada Juni 2006 di negara asalnya, dan baru belakangan ini gw mendapatkan hasil fansub dari serial ini. meskipun demikian, serial yang mendapatkan sambutan sangat baik di negara asalnya ini memang memberikan sesuatu yang ‘tidak biasa’ dibandingkan serial lain dengan genre sejenis.

cerita dalam serial ini berfokus kepada War of Holy Grail yang berlangsung antara 7 orang Master dengan Servant masing-masing yang saling bertentangan dalam pertempuran tersebut. para Servant ini adalah heroic spirit yang di-summon oleh seorang Master, yang memiliki kekuatan khusus yang berbeda-beda antar kelasnya. para Servant ini mengabdi kepada Master masing-masing, dan berperan sebagai partner para Master dalam pertempuran tersebut.

sementara itu, Emiya Shirou adalah seorang siswa SMU yang kehilangan keluarganya dalam kebakaran besar yang melanda kota tempat tinggalnya 10 tahun yang lalu. ia kemudian tinggal bersama Emiya Kiritsugu, orang yang menyelamatkannya dari bencana tersebut, yang kemudian menjadi ayah angkatnya. Kiritsugu akhirnya meninggal 5 tahun setelah bencana tersebut, meninggalkan Shirou bersama seluruh hartanya yang diwariskan kepada anak angkatnya tersebut.

di lain pihak, Tohsaka Rin adalah seorang keturunan magi yang juga merupakan rekan satu sekolah Shirou. dengan melakukan summon terhadap Servant yang bernama Archer, ia mempersiapkan diri sebagai salah seorang Master dalam War of Holy Grail.

kehadiran Tohsaka yang sempat menyelamatkan nyawanya setelah ia nyaris terbunuh dalam salah satu pertempuran bukanlah masalah bagi Shirou… sampai ia secara ajaib melakukan summon terhadap seorang Servant yang bernama Saber. Shirou yang tidak tahu-menahu mengenai War of Holy Grail tiba-tiba terseret sebagai salah satu Master ke dalam perang yang membingungkan ini…

diangkat dari sebuah game dengan judul yang sama, Fate/Stay Night dikerjakan oleh Studio DEEN yang bekerjasama dengan TYPE-MOON, di bawah nama Fate Project. versi game-nya sendiri merupakan sebuah eroge [wiki?], namun versi anime-nya yang ditujukan untuk segmentasi pemirsa remaja tampaknya membuang jauh-jauh elemen tersebut dari serial ini, tanpa meninggalkan kompleksitas dari storyline yang menjadi salah satu keunggulan dari game-nya. bagus sih begitu.

artwork dan desain karakternya bisa dikatakan sangat baik — kalau tidak bisa dikatakan luar biasa. Saber digambarkan sebagai seorang ksatria zaman medieval, lengkap dengan pernak-pernik yang memang sesuai zamannya. Tohsaka Rin sebagai sorceress berkemampuan tinggi, lengkap dengan sifat yang agak bossy. Emiya Shirou… yah, tipe cowok baik yang selalu membantu orang lain dan kadang sedikit naif tidak banyak berubah sampai akhir cerita.

karakter lain juga didesain dengan rapi, termasuk karakter-karakter di luar para Master dan Servant yang memang menjadi karakter inti dalam perjalanan cerita. soal artwork yang memang sangat baik ini juga bisa diperhatikan di bagian penggambaran karakter, baik para Master maupun Servant yang memang digambarkan dengan cukup istimewa.

visual effect yang ditampilkan dalam serial ini juga bisa dikatakan sangat baik. adegan battle yang menjadi salah satu keunggulan utama dari serial ini digarap dengan maksimal. pertarungan digambarkan dalam tempo tinggi, dengan efek-efek yang juga enak dilihat. demikian juga penggambaran angle yang unik dalam penggambaran animasinya turut menyumbang nilai lebih dari sisi visual serial ini.

secara keseluruhan, dari segi visual anime ini memang bisa dikatakan cukup luar biasa. artwork, visual effect, dan adegan battle yang digarap dengan sangat baik sukses membuat serial ini visually memorable.

salah satu poin yang sebenarnya juga cukup potensial dalam memberikan nilai tambah dari serial ini adalah konsep cerita yang disajikan. storyline yang ada dibuat dengan baik dan cukup kompleks, dan menjelaskan hampir segala aspek dari cerita yang dijelaskan dalam serial sepanjang 24 episode ini. meskipun demikian, hal ini agak kurang diimbangi dengan storytelling yang terasa ‘cukup biasa’. beberapa bagian dalam cerita malah terasa agak terlalu lambat dan sedikit kurang signifikan, terutama selepas episode 19 di mana proses pengembangan cerita menjadi terasa tidak terlalu istimewa dibandingkan episode-episode sebelumnya.

masih dari soal cerita, character development dilakukan dengan cukup baik di serial ini… untuk beberapa bagian. bagian di mana Tohsaka dan Shirou yang awalnya sempat hendak saling bunuh, lalu menjadi sekutu, dan akhirnya menjadi tim yang kompak memang cukup menarik perhatian… tapi yang lainnya, tidak. demikian juga karakter seperti Matou Sakura dan Ilyasviel von Einzbern tampaknya menjadi agak tersia-sia dengan pengembangan yang ‘seperti itu saja’.

bagusnya, hal tersebut di-cover dengan musical scores dan OST yang sangat baik. musical scores di serial ini ditangani oleh Kenji Kawai, yang sukses menghasilkan scores yang memang luar biasa untuk serial ini. penggunaan scores yang sangat baik ini dapat diperhatikan pada hampir setiap event yang terjadi pada beberapa episode. demikian juga karakter seperti Saber dan Archer memiliki theme masing-masing yang juga cukup memorable dalam serial ini.

OST yang diusung serial ini juga cukup memorable. opening theme-nya dibawakan oleh Tainaka Sachi dengan lagu disillusion yang cukup enak didengar, dan belakangan digantikan oleh lagu Kirameku Namida wa Hoshi ni yang dibawakan oleh penyanyi yang sama, yang — meskipun dengan tempo tinggi yang cukup menghentak — sebenarnya cukup khas dan memorable.

untuk ending theme-nya, lagu Anata ga Ita Mori yang dibawakan oleh Jukai terasa cukup ‘biasa’, tapi toh cukup enak didengar. meskipun demikian, salah satu insert song yang berjudul Hikari yang juga dibawakan oleh Jukai di episode 14 terasa cukup memorable, dan secara umum OST dari serial ini bisa dikatakan cukup baik.

secara umum, serial ini digarap dengan sangat baik, dan tidak mengherankan juga bahwa serial ini memperoleh sambutan yang sangat baik di negara asalnya. storyline yang dikembangkan juga cukup kompleks, walaupun dengan storytelling yang sayangnya masih kurang mampu mengimbangi konsep cerita yang sebenarnya bisa berkembang lebih baik lagi.

meskipun demikian, serial ini mampu tampil menghibur, walaupun masih dengan beberapa kekurangan yang membuatnya tidak sempurna. setidaknya, serial ini cukup jauh di atas rata-rata.

memperalat tuhan?

ada sebuah pertanyaan yang menarik yang menjadi pemikiran gw hari-hari ini.

benarkah Tuhan, dengan segala ketidakterbatasan dan ketidakterjangkauannya, adalah solusi instan bagi segala masalah manusia?

kenapa gw bertanya seperti itu? sebab banyak sekali contoh di mana manusia kerap menggunakan sesuatu yang mereka sebut sebagai ‘Tuhan’ sebagai sebuah senjata yang satu dan satu-satunya: yang membedakan ‘kita’ dan ‘bukan kita’. yang membedakan antara ‘mukmin’ dan ‘fasik’, atau yang ‘beriman’ dan ‘tidak beriman’. dan yang membedakan antara ‘kita yang benar’ dan ‘mereka yang salah’.

hal ini termasuk gerakan neokonservatisme — yang kadang menjadi terlihat sulit dibedakan dengan ‘fasisme agama’, atau ‘fundamentalisme’ yang bisa jadi berujung ke ‘terorisme’.

dan sayangnya, keadaan yang disebut oleh Karen Armstrong dalam bukunya A History of God sebagai ‘teologi yang mengerikan’, dalam taraf yang lebih rendah tampaknya masih terjadi di berbagai tempat di belahan dunia. di Amerika Serikat dengan neokonservatisme berbasis ajaran Kristen (atau dikenal juga dengan sebutan ‘Kristen kanan’) sampai gejala sejenis di Indonesia dengan jargon ‘penerapan asas Islam untuk kemajuan bangsa’ (yang disebut sebagai penerapan Islam yang kaffah oleh pembicaranya) adalah hal yang sama saja: penggunaan agama sebagai tembok pemisah benar-dan-salah, yang dianggap mutlak adanya.

maka agama menjadi alasan untuk mengatakan: kamu bukan bagian dari kami, maka pergilah ke neraka. dan dengan demikian mereka yang bukan-kita seolah menjadi layak diperangi, sembari harap-harap cemas bahwa kebersamaan kita dengan mereka mungkin akan diakhiri dengan pemurtadan atau fitnah yang sembunyi-sembunyi.

…ya, itu saat-saat di mana seorang muslim mengatakan bahwa ‘mereka yang bukan Islam tidak akan menjadi penghuni surga’, sebuah kalimat yang cukup sering terdengar, dan entah kenapa bisa cukup populer di beberapa kalangan. betapa Tuhan yang satu dan tak terjangkau seolah telah diperalat menjadi stempel: kami benar dan kalian salah. dan dengan demikian sebuah agama menjadi seolah kehilangan esensi: dari sebuah keberkahan untuk seluruh umat manusia menjadi senjata untuk memprasangkai yang bukan-kita.

dan dengan demikian manusia berharap: bahwa di tengah dunia yang tidak sempurna, Tuhan menjadi sebuah jawaban: jawaban bahwa dengan melakukan apa yang seolah perintahNya, segala masalah akan usai, dan bahagia yang abadi akan datang: sebuah ajakan yang sekaligus berbahaya untuk memusuhi Setan yang termanifestasi dalam bentuk ‘mereka yang bukan-kita’.

…ya, seperti halnya yang terjadi dengan sikap seorang muslim terhadap Palestina: bahwa siapapun yang bukan-kita adalah musuh Tuhan, dan harus diperangi. seperti halnya ketika seorang muslim mengatakan ‘dunia indah tanpa Israel’, tanpa pengetahuan bahwa gerakan anti-Zionisme eksis di Israel, atau fakta bahwa mereka mungkin telah termakan propaganda Zionisme yang mencampuradukkan antara ‘anti-Semit’ dengan ‘anti-Zionis’: dua hal yang jauh berbeda dan dianggap sama — sebuah propaganda yang berhasil, dan tampaknya masih laris sampai saat ini.

atau seperti halnya Irak dan Afghanistan, di mana ‘mereka yang bukan-kita’, demi nama Tuhan, dihajar habis dan dijatuhkan: sebuah bentuk dari neo-konservatisme berbasiskan agama di Gedung Putih yang kini semakin kehilangan daya tariknya: Tuhan ternyata tidak menang di Irak, dan hanya meninggalkan kehancuran dan korban perang.

Tuhan adalah senjata: dengan nama Tuhan terjadi pembantaian pada 1965-1966, Poso, Maluku, dan sebagainya. Tuhan adalah senjata: dengan nama Tuhan terjadi peledakan bom Bali, teror di WTC, dan sebagainya.

sebuah dunia yang tidak sempurna, dan dicoba untuk diubah demi nama Tuhan — yang satu, maha kuasa, dan tak terjangkau. dan menghasilkan diskriminasi, saling curiga, bahkan pembantaian. dan dengan demikian menghasilkan kesombongan bahwa agama adalah solusi yang harus ditegakkan dengan segala-cara: demi terciptanya ‘kehendak Tuhan’.

Tuhan, yang satu dan berkuasa, dengan segala ketidakterjangkauannya oleh akal manusia. dan dengan menggunakan Tuhan sebagai senjata, manusia telah ‘memperalat’, sekaligus menjatuhkan Tuhan: bahwa bila memang demikian benar adanya, maka Tuhan tidak menang di Irak, juga berarti bahwa Tuhan mengajarkan untuk memusuhi mereka yang bukan-kita.

…dan dengan demikian, Tuhan telah dinilai sebagai begitu rendahnya: alat menuju kesombongan, tempat berjualan tiket menuju surga, atau bahkan alasan untuk memusuhi. dan dengan demikian, manusia sekaligus telah mengebiri Tuhan: memaksakannya ke dalam kehidupan manusia yang tidak-sempurna, sekaligus memberinya kontradiksi yang bertentangan dengan segala sifatnya yang menjadi esensi dari agama.

pintunya bohong…

anda tentu tahu sesuatu yang bernama ‘pintu’. yah, sesuatu yang hampir selalu digunakan manusia untuk masuk atau keluar dari suatu ruangan.

sekarang, pertanyaannya. pernahkah anda memperhatikan bahwa pintu yang anda masuki mungkin kadang-kadang ‘berbohong’? hal ini berlaku terutama pada pintu-pintu yang berada di tempat-tempat umum. ATM, supermarket, rumah sakit, dan sebagainya… kadang-kadang ruang pertemuan atau auditorium juga, walaupun tidak selalu.

dalam pintu-pintu yang ada di tempat-tempat umum, kita sering menemukan tulisan di pegangan pintu: TARIK atau DORONG, tergantung dari sisi mana kita memasuki ruangan. normalnya sih pintu seperti ini terbuka-ke-dalam, alias kalau anda dari luar, anda harus mendorong pintu ke arah dalam ruangan, dan sebaliknya kalau anda hendak keluar dari ruangan.

…yah, setidaknya hal tersebut yang gw pelajari sebagai konvensi pembangunan rumah atau pertokoan kalau melihat denah yang sedang dikerjakan oleh seorang arsitek.

kembali ke masalah TARIK dan DORONG (atau PULL dan PUSH, kalau versi bahasa Inggrisnya. meskipun demikian versi bahasa Indonesia lebih umum terlihat di sini, sih). ada kenyataan yang agak ‘menarik’ bahwa pintu-pintu tersebut kadang-kadang (seringkali?) ‘tidak jujur’ alias ‘bohong’: mereka tidak bertingkah seperti apa yang mereka ‘katakan’. hal ini berlaku terutama pada pintu yang agak ‘modern’ (baca: pintu kaca dengan kerangka besi atau aluminium), sementara pintu-pintu yang agak lama (baca: pintu kayu, atau beberapa jenis dari pintu kaca) masih lebih ‘jujur’.

jadi begini. masalahnya adalah, kalau anda pergi ke ATM atau supermarket atau tempat-tempat yang sudah gw sebutkan tadi, kemungkinan anda akan menemukan pintu yang bersifat dua-arah. maksudnya, anda bisa masuk dari luar dengan mendorong pintu, sementara anda juga bisa keluar dari dalam dengan mendorong pintu. jadi sebenarnya, tulisan TARIK dan DORONG itu tidak jujur.

well, tidak sepenuhnya bohong, sih. mereka memang akan terbuka kalau anda menarik pintu dari sisi yang bertuliskan TARIK, dan akan terbuka juga kalau anda mendorong pintu dari sisi yang bertuliskan DORONG. tapi sebenarnya, hal yang sama juga berlaku kalau anda melakukan hal yang sebaliknya: iyalah, pintu itu memang dua arah!

jadi sebenarnya (setidaknya menurut penglihatan gw), tidak ada gunanya juga dipasang TARIK dan DORONG seperti itu, padahal pintunya memang dua arah.

yah, memang tidak semua pintu seperti itu, sih. kalau anda perhatikan, pintu-pintu kayu atau pintu kaca yang dilengkapi penutup pintu hidrolik yang ada di tempat-tempat umum (misalnya rumah sakit) memang bertuliskan TARIK dan DORONG, tapi lebih ‘jujur’: pintu-pintu tersebut memang hanya terbuka ke satu arah. kalau anda mencoba menarik pintu tersebut keluar, pintu tersebut memang tidak akan terbuka.

jadi kalau dipikir-pikir, kenapa juga pintu dua arah itu harus ditulisi TARIK dan DORONG? padahal sebenarnya hal tersebut tidak perlu. dan dengan demikian, terjadi inefisiensi di mana tambahan biaya dikeluarkan untuk penulisan papan TARIK dan DORONG tersebut, yang sebenarnya tidak perlu.

hmm. pintu tidak selalu jujur, ternyata.