perasaan kenyataan

“itu dua hal yang berbeda. dia suka sama kamu, itu perasaan. tapi dia sudah punya pacar, itu kenyataan.”

___

sebenarnya, sudah agak lama sejak terpikirkan untuk menulis di sini mengenai topik ini… namun karena satu dan lain hal, baru sekarang tulisan ini bisa dimuat di sini.

oh. iya. hal ini menyangkut apa-apa yang dipersepsikan manusia sebagai ‘perasaan’ dan ‘kenyataan’… atau secara mudah, bisa didefinisikan sebagai ‘apa yang diinginkan’ dan ‘apa yang terjadi’. mungkin agak kurang pas, tapi kira-kira seperti itulah.

jadi masalahnya begini. sebagaimana yang mungkin telah banyak diketahui, manusia memiliki dua bagian yang berbeda dalam pikiran mereka: satu yang dikenal sebagai ‘akal’, dan yang lain dikenal sebagai ‘perasaan’. dua bagian ini, dalam prosesnya, kadang sering menciptakan ‘kontradiksi yang membingungkan’ dalam pikiran manusia.

…jangan tanya bagaimana hal tersebut terjadi, sebab hal tersebut akan termasuk ke dalam bahasan psikologi ilmiah yang mungkin bukan konsumsi orang awam =).

misalnya begini.

dalam sebuah kunjungan iseng-iseng ke toko komputer, terlihat sebuah monitor TFT dengan layar datar 17? terpasang di display. modelnya stylish, serta ramping dengan resolusi supertajam. pokoknya bagus, deh. dan reaksi pertama: pengen… =P

tapi bandrol harga untuk monitor tersebut membuyarkan keinginan. eh, tidak deh. keinginannya tidak buyar, kok. hanya ’sedikit tertahan’…

…tapi yang jelas, akhirnya monitor tersebut tetap berada di sana untuk waktu yang cukup lama lagi.

oh, oke. gw ingin punya monitor TFT 17?, itu perasaan. dan adalah hal yang akan membuat gw senang, kalau gw bisa mendapatkan benda tersebut. tapi gw tidak punya cukup uang, dan itu kenyataan. harga kurang-tapi-sangat-mendekati dua juta rupiah jelas bukan jumlah yang akan dengan mudah dikeluarkan mahasiswa sederhana *alah* seperti gw.

dan akhirnya, tentu saja gw tidak bisa memiliki monitor tersebut. tidak peduli seberapa kuatnya keinginan dan perasaan yang ada, tetap saja kenyataannya gw tidak punya uang! dan akhirnya, ‘perasaan’ harus kalah oleh ‘kenyataan’.

…sedih? ah, tidak. biasa saja, kok =).

manusia bertindak berdasarkan perasaannya. percaya atau tidak, dan entah anda mau mengaku atau tidak =). percaya deh, anda nyaris tidak mungkin bergerak atau memutuskan sesuatu hanya dengan berdasarkan rasio yang anda perhitungkan. akan selalu ada bagian di mana ‘perasaan’ ikut mengambil bagian, entah anda sadari atau tidak.

kalau anda hendak memutuskan untuk memakan roti dengan selai kacang atau dengan kismis, anda tidak mempergunakan pikiran anda: sesungguhnya, anda tidak memikirkan mengenai kadar gizi kismis dan selai kacang, demikian juga anda tidak terlalu memikirkan faktor ekonomi dalam pertimbangan anda. pokoknya anda mau kismis! atau selai kacang, terserah anda. tapi anda tidak melakukan pertimbangan yang mendetail mengenai hal tersebut.

yah, itu contoh kalau ‘perasaan’ anda tidak dihalangi oleh ‘kenyataan’. bagaimana kalau sebaliknya yang terjadi?

bayangkan anda adalah seorang cowok berusia 20 tahun, dan seorang mahasiswa yang biasa-biasa saja. dan tiba-tiba, anda (dengan sombongnya =P ) ‘menyadari’ keberadaan seorang cewek manis dari kelas sebelah yang kayaknya naksir anda.

wah. tapi dia sudah punya pacar, dan dengan demikian anda berpikir bahwa anda ‘mungkin ke-GR-an tingkat parah’, dan demikian anda bersikap biasa-biasa saja. tapi percayakah anda, bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa anda mungkin salah?

…mungkin, lho. jangan ke-GR-an. tapi bagusnya, anda tidak terlalu peduli, dan dengan sedikit-sombong mengatakan kepada diri sendiri: aku tidak suka barang bekas!

tapi siapa yang tahu? seandainya anda berdua sama-sama sedang single, mungkin hubungan anda bisa dimulai dan mungkin akan terus berlanjut. tapi kenyataannya tidak begitu, bukan?

hmm. contoh tersebut seharusnya sudah cukup menjelaskan. perasaan seringkali terbentur oleh kenyataan, dan pada dasarnya kedua hal tersebut adalah hal yang berbeda. anda tidak bisa berharap bahwa kenyataan berubah untuk mengikuti perasaan anda. dalam banyak kasus, hal tersebut jarang sekali terjadi… walaupun bukannya tidak mungkin, sih. hanya saja, akan perlu usaha cukup keras agar hal tersebut bisa terjadi =).

dan percaya atau tidak, manusia adalah makhluk yang ‘menarik’, kalau anda memandangnya berdasarkan masalah ‘perasaan’ dan ‘kenyataan’ ini. siapa bilang bahwa ‘perasaan’ harus selalu kalah oleh ‘kenyataan’, dan bukan sebaliknya? tidak selalu begitu, kok.

anggap saja ada seorang cewek yang cukup-menarik, dan sepertinya sih akan ada beberapa cowok yang akan mengajaknya kencan dan-sebagainya, tahu sendiri-lah. tipe yang akan dikejar-kejar (sebagian besar =P ) cowok.

oke, ada cowok W yang tampan dan cerdas. pemikirannya bermutu, tapi dia kadang terlalu serius. lagipula, dia tidak punya mobil.

ada juga cowok X yang romantis dan bersedia mengirimi buket bunga sebulan sekali lengkap dengan puisi romantis, tapi ia tidak terlalu tampan.

ada lagi cowok Y yang mapan dan sudah bekerja, serta memiliki sifat dewasa dan melindungi. tidak terlalu romantis, tapi bisa diandalkan deh.

dan ada juga cowok Z yang tidak punya apa-apa dan biasa banget, lagipula awalnya dia tidak tertarik kepada cewek ini… sudahlah, ini sih nggak usah diperhitungkan. kenyataannya cowok ini tidak punya sesuatu yang kelihatannya bisa dibanggakan, kok.

percaya tidak, kalau akhirnya cewek itu jalan dengan si cowok Z yang ‘biasa banget’ itu? tapi itulah yang terjadi.

manusia bertindak berdasarkan perasaan mereka. dan kadang, manusia tidak mau (dan tidak perlu) berpikir akan kenyataan yang ada — entah apakah secara materi seorang cowok sebenarnya mungkin biasa-biasa saja, atau secara penampilan tidak terlalu istimewa. seringnya lagi, hal tersebut malah berada ’seolah di luar kontrol’: dan tiba-tiba anda mungkin bingung sendiri mengenai sesuatu yang telah terjadi!

sesungguhnya, hal tersebut adalah wajar adanya. dan hal tersebut adalah hal yang secara mudah bisa disebut sebagai ‘impuls’. atau secara sederhana, ’sesuatu yang dilakukan tanpa melibatkan pikiran’. lho, anda memang tidak berpikir kok kalau sedang di-drive oleh impuls anda! dan dalam keadaan ini, ‘perasaan’ jauh lebih efektif dalam menggerakkan anda, dibandingkan pertimbangan akan ‘kenyataan’.

tergantung individu juga, sih. tapi dalam banyak kasus, impuls karena ‘perasaan’ seringkali mengalahkan pertimbangan logis akan ‘kenyataan’. tentu saja hal ini tidak bisa digeneralisasi secara umum, namun tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut memang banyak terjadi.

susah juga, sebenarnya. mungkin juga hal ini merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia, namun tampaknya hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

…oke. jadi kesimpulannya?

kata siapa ‘perasaan’ harus selalu kalah oleh ‘kenyataan’? sesungguhnya, tidak selalu seperti itu, kok =).

image upload — benvenuto a san siro

gambar baru lagi… dan sepertinya, ini akan menjadi image terakhir yang di-upload untuk sementara waktu, berhubung semakin dekatnya ujian tengah semester untuk semester berjalan ini. meskipun demikian, wallpaper yang dikerjakan dengan Adobe Photoshop CS2 ini akhirnya selesai juga (dan bagus sih begitu) di antara tugas-tugas kuliah yang tampaknya belum bosan menghampiri peserta kuliahnya ini.

sudahlah. cukup basa-basinya.

wallpaper ini menampilkan Tohsaka Rin dari serial Fate/Stay Night, dengan apparel berupa seragam tim AC Milan dan latar belakang stadion Giuseppe Meazza, San Siro. tidak lupa juga bola Teamgeist produksi Adidas yang juga menjadi sponsor apparel dari AC Milan, dan nomor punggung ’22’ dari tim yang berlaga di Serie-A ini.

Benvenuto a San Siro

posted in:
image upload – benvenuto a san siro

download:
1280×960 – 4:3

note:
1600×1200 – 4:3 in Benvenuto a San Siro – MiniTokyo

material untuk foreground-nya diperoleh dari hasil scan, namun (sayangnya) material aslinya memiliki sedikit kekurangan di bagian color-levelnya. hal ini akhirnya menciptakan pekerjaan tambahan :mrgreen: , namun akhirnya berhasil diakali dengan kombinasi teknik contrast enhancement, curve balance, dan color burn. bagus sih begitu.

seragam yang dikenakan pada gambar tersebut dibuat dari scratch (dan lumayan bikin capek… atau cuma gw saja-kah?). setelah begini-dan-begitu, akhirnya jadilah seragam tim AC Milan, dengan nomor punggung 22 – Tohsaka. seragamnya sendiri merupakan hasil sedikit eksperimen dan kreativitas antara gaya Adidas-nya AC Milan dan seragam tim nasional Italia yang disponsori oleh Puma. meskipun demikian, gw lebih suka hasilnya yang seperti itu, tuh. :mrgreen:

terakhir, stadion San Siro yang ada di latar belakang menggunakan hasil fotografi sebagai bahan dasarnya. sayangnya (lagi), kualitas material aslinya tidak terlalu bagus, dan berbagai enhancement sempat dilakukan sebelum akhirnya jadi seperti itu.

hasilnya? silakan lihat sendiri… sejak kapan San Siro di-cat dengan warna putih? sebagai informasi, di material aslinya warna cat stadion-nya adalah abu-abu kusam, dengan ketajaman gambar yang juga tidak istimewa.

wallpaper dengan resolusi 1280×960 dapat di-download di section Gallery. seperti biasa, anda harus memahami dan menyetujui ketentuan yang ada di section tersebut sebelum mulai men-download.

sebagai informasi, preset 4:3 dari image tersebut dengan resolusi 1600×1200 dapat di-download di MiniTokyo pada submission entry yang bersesuaian.

dan daun-daun pun gugur

setiap helai daun yang gugur selalu memiliki cerita. di sini, di antara matahari sore dan angin semilir yang disapu jingga kemerahan. dan di antara pohon tua dan padang rumput di sisi kota. agak dingin dan tak terlalu-nyaman, dan tak ada yang peduli.

setiap helai daun yang gugur selalu memilki cerita: mengenai harap yang kandas dan hati yang mungkin sudah mengeras; mengulang sepi dan cerita lama, dan ditampik dengan setengah-hati; dan di antara senja dan daun-daun gugur, mencoba berdiri dengan sedikit-sombong di antara retak-retak hati yang ada di dalam apa-apa yang tak dapat disapa angin atau ditemui daun gugur.

kamu dulu sering tertawa. berada di sana dan tersenyum, di antara angin senja hari dan pemandangan kota di bawah sana. apakah kamu masih ingat?

aku sudah lupa. jawabku, dengan sedikit sinis menentang desau angin yang tiba-tiba menohok tenggorokanku.

setiap helai daun yang gugur adalah harapan; asa yang terjaga di pagi hari dan terbang menguap di senja hari. daun yang gugur dan angin yang meniupnya, dan itulah yang terjadi: begitu rapuh dan lemah, lalu meranggas dan jatuh. tak tertangkap, tak teraih. dan tak ada yang peduli.

kamu tidak percaya lagi, bukan?

aku hanya diam. sehelai daun yang gugur dan jatuh. begitu rapuh dan tidak berdaya.

kamu tahu, kataku. itu tidak ada bedanya dengan ini.

sehelai daun yang kering, entah sejak kapan telah gugur. tak teraih, tak terpedulikan. aku hanya memandangnya. lalu menginjaknya, merasakan patahnya tulang-tulang yang rentan di kakiku. begitu lemah dan tak berdaya. dan hancur di ujung kakiku, begitu mudah dan sekaligus sedikit-mengharukan. mungkin, tapi aku tak peduli.

kamu selalu mengharapkan hal-hal manis tidak berguna, kataku. pada akhirnya, yang kamu bicarakan itu sia-sia. hancur, seperti ini.

angin bertiup melewati sela-sela lengan dan rambutku, dan aku tetap berdiri di sana, seolah menggugat. keberadaannya yang menurutku impian kosong. apa yang dibicarakannya yang menurutku angan-angan muluk.

manusia bisa saling mengerti satu sama lain, katanya. seharusnya kamu juga mencoba. bukankah kamu dulu juga begitu?

ya, dan aku bodoh karena memikirkan hal tersebut. mimpi. manusia dengan mudah memusuhi; dengan atau tanpa alasan. mereka senang memusuhi, kalau kamu tidak cukup bebal untuk menyadarinya. siapa yang tahu? dari acara unjuk eksistensi dan sok-hebat, orang-orang teladan bisa saling berselisih. kamu bilang itu pengertian? menyedihkan.

lagipula, kamu tahu, manusia menyakiti yang lain, untuk alasan apa? mencari eksistensi? bagus. kalau manusia memiliki musuh, mereka merasa hidup. mereka merasa punya identitas. mereka memang membutuhkan itu, tahu. kamu mengerti? mungkin tidak. kamu, yang hidup terlalu tinggi di antara dunia idealisme tanpa-bukti itu?

sunyi lama. sedikit koak beberapa ekor camar dan desau angin meningkahi kesunyian. dan wangi rumput serta beberapa kerlip lampu jalan kota yang mulai menyala.

kamu tahu kata ‘sahabat’? orang-orang kepada siapa kamu bisa membagi rahasiamu yang terdalam?

aku tertawa, sinis. dan menyergah. kamu bilang, ‘membagi rahasiamu yang terdalam’? oh, kamu bisa membagi rahasiamu dengan mereka, kamu bahkan bisa menyuruh mereka menodongkan pisau di punggungmu, dan kamu mungkin tidak kuatir bahwa mereka akan menikammu… tapi kamu tahu, sesungguhnya, itu harapan kosong. mereka mungkin akan menikammu atau membuang rahasia berhargamu ke lautan, atau lebih parah lagi, ke orang-orang lain.

ada juga orang-orang yang dengan mudahnya menggunakan sesuatu yang bernama ‘perasaan’ untuk bersenang-senang. sedikit main-main dan akhirnya puas, dan orang lain akan menderita. dan tak ada yang peduli. masih kurang? tambahkan bahwa kamu tidak merasa pernah menyakiti mereka.

…jadi apa alasan mereka untuk menyakitimu? jangan tanya! mereka senang melakukannya, kok. dan kamu tahu bahwa orang-orang brengsek seperti ini ada. lalu kenapa? memang seperti itulah keadaannya, bukan? aku menyergah.

daun-daun gugur menari di atas tanah. semburat jingga menyapaku dari samping, dengan angin yang mengacak-acak rambutku; lembut sekaligus sedikit kasar, dan kersak daun-daun yang mulai mengering jauh di atas kepalaku. dan terasa pedas di mataku, semilir angin sore yang kembali menohok tenggorokanku.

…kamu tidak menyukainya, bukan? ia bertanya, pelan.

aku hanya akan menjalaninya. aku menjawab singkat, dan kami tidak bicara lagi.

setiap helai daun yang gugur selalu memiliki cerita. mengenai harapan yang pergi dan asa yang tak kembali. seperti halnya helai-helai daun yang gugur, begitu rapuh dan tidak berdaya.

dan di antara helai-helai daun yang menari dan semilir angin sore, aku berada di sana: mencoba untuk berdiri dengan sedikit-sombong, dengan retak-retak hati yang tak tersentuh oleh sinar matahari senja dan tak terlalui oleh wangi angin padang rumput.

aku dan diriku, dan daun-daun pun gugur.

image upload — on the remnant of fate

…sebenarnya, sudah agak lama juga sejak keinginan untuk membuat sebuah wallpaper yang ‘tidak biasa’ ini terpikirkan untuk pertama kali. sayangnya, karena satu dan lain hal (lagaknya =P ) ide tersebut tampaknya terpaksa mengendap menjadi ide saja… untuk waktu yang cukup lama.

image yang ditampilkan kali ini adalah wallpaper dengan format JPEG, dengan proses pembuatan dilakukan dengan menggunakan Adobe Photoshop CS2. ada dua jenis preset yang disediakan, yaitu 4:3 dan widescreen. ide dasarnya secara umum sama, walaupun ada sedikit penyesuaian tata letak yang dilakukan untuk versi widescreen sehubungan dengan preset-nya yang memang pada dasarnya berbeda.

On The Remnant of Fate

posted in:
image upload – on the remnant of fate

download:
1280×960 – 4:3
1280×800 – 8:5

note:
1600×1200 – 4:3
in On The Remnant of Fate – MiniTokyo

menampilkan karakter Yuzuriha Nekoi dari serial manga dengan judul X (aka: X/1999), wallpaper ini menggunakan material yang diperoleh dari hasil scan. editing dan enhancement terhadap material yang digunakan antara lain meliputi penyesuaian color level dan blending antara latar depan dan latar belakang.

huruf ‘X’ ditampilkan dengan teknik inner shadow untuk menampilkan efek ‘paper-cut’, tapi nggak tahu deh apakah akan terlihat seperti itu untuk orang lain =). efek red-line di sekitar ‘X’ sedikit terinspirasi dari opening theme serial TV-nya, dan akhirnya jadi seperti itu.

wallpaper untuk preset 4:3 (1280×960) dan widescreen (1280×800) bisa di-download di section Gallery, yang juga bisa diakses melalui sidebar di sebelah kanan halaman ini. perhatikan juga bahwa anda harus memahami dan menyetujui ketentuan yang berlaku di section tersebut sebelum mulai men-download.

sebagai informasi, preset 4:3 untuk image tersebut dengan resolusi 1600×1200 dapat ditemukan di MiniTokyo pada submission entry yang bersesuaian.

mengerjai penipu

sekarang ini, anda tidak bisa benar-benar mempercayai orang-orang yang ada di sekitar anda. sekalipun orang tersebut kelihatannya membutuhkan bantuan anda. jangan percaya dengan apa yang anda lihat atau rasakan.

aku sudah beberapa kali melihat penipu model seperti ini: umumnya ibu-ibu, terlihat sudah agak tua, dan mengaku tidak punya uang untuk ongkos pulang. dengan dalih seperti itu, mereka mengharapkan uang ‘belas kasihan’ dari korban. dan biasanya, mereka memanfaatkan orang yang memiliki perasaan… kalau orang tersebut masih bisa ditipu. sayangnya, aku masih lebih pintar daripada yang mereka kira :mrgreen:

aku pernah ditemui seorang ibu dalam perjalanan menuju ke kampus. katanya sih beliau kehabisan uang, dan tidak bisa pulang. aku tidak benar-benar percaya, dan lantas kukatakan ‘tidak’ sambil terus berjalan. orang ini tidak bisa dipercaya, demikian pikirku.

lho, si ibu ini malah terus mengikutiku sambil memohon-mohon. tidak mempan, bu. sudah, pergi sana. orang yang benar-benar membutuhkan seperti ibu tidak akan bersikap seperti itu. aku tetap bersikap cuek, dan akhirnya si ibu menyerah.

belakangan, ternyata benar. ada beberapa rekan yang ternyata pernah bertemu dengan manusia sejenis si ibu tersebut. tuh, kan. sampah masyarakat, pikirku.

…nah. cerita tersebut adalah pengantar dari apa yang akan kuceritakan di sini.

dalam perjalanan pulang dari kampus ke rumah di suatu malam yang sedikit berangin, aku sedang menunggu bus ke arah Lebak Bulus di daerah sekitar Margonda. menjelang malam, bus memang sedikit jarang, tapi dengan sedikit kesabaran biasanya bus akan tiba setelah menunggu beberapa saat.

“dik, bisa bantu ibu, tidak?”

“apa?” aku menjawab asal. dua kemungkinan: penipu, atau memang membutuhkan bantuan.

“ibu nggak punya ongkos… (dan seterusnya),” lalu menanyakan apakah aku bisa memberikan uang.

tuh, kan. seperti diduga. aku menggumam bahwa ongkos pulangku pas-pasan, tapi si ibu tampaknya belum menyerah. dengan segala cara yang terpikirkannya, ia mencoba merayu-memelas dengan sedikit nada tidak sabar pada suaranya. aku bisa mengenali ketidaksabaran khas penipu yang mulai kesal, tapi sayangnya, aku cukup keras-kepala.

maka kami-pun jadi saling diam. tiga puluh detik, satu menit dan lewat… si ibu tampaknya mulai kehabisan kesabaran.

“gimana, adik mau bantu atau tidak?!”

siapa yang mau. eh, tapi tunggu. sebuah ide melintas di kepalaku. sedikit pengorbanan kurasa akan berguna untuk sedikit kesenangan.

“bu, ongkos saya pas-pasan!” dengan tampang dibuat setengah-sebal. “saya cuma punya dua ribu!” dan aku mulai mengeluarkan dompet dari saku.

“ya udah, gak apa-apa, deh!”, sambil menyambar uang yang baru keluar dari dompetku. sampah masyarakat, seharusnya mereka mati saja di jalanan. sudahlah, sabar dulu.

si ibu lalu pergi menyusuri jalan di sebelah kananku. sementara itu, aku hanya memandangnya. enak saja. siapa bilang aku memberikan dua ribu rupiah dengan gratis?

aku melihat jam. dua puluh detik. tiga puluh detik. empat puluh detik. akhirnya aku mulai melangkah menyusuri jalan Margonda, ke arah yang dituju oleh si ibu.

dan akhirnya, aku menemukannya.

si ibu sedang membeli makanan, bukan pergi naik bus. ia sedang berdiri menghadap ke meja. cukup bagus, bu. sayangnya, masih ketahuan olehku, kalau mau menipu…

aku melangkah mendekat. si ibu menoleh, dan kami beradu pandang.

aku nyengir kuda ke arahnya. si ibu tampak *cukup* kaget, lalu balik badan. dan selama beberapa menit yang panjang, ia tidak menyentuh makanannya. ia hanya berdiri membelakangi meja, entah apa cita-citanya… tampaknya, ada sesuatu yang dianggapnya menakutkan di balik punggungnya. kasihan betul, tampaknya ia agak cemas-campur-ketakutan.

…hal tersebut terus berlangsung sampai bus yang kutunggu tiba. ibu itu masih belum (berani?) menghadap ke meja untuk mulai menghabiskan makanannya. wah. sudah berapa menit berlalu? entahlah, aku tidak memperhatikan. kurasa aku terlalu asyik memperhatikan tingkah si ibu :mrgreen:

hidup itu keras, bu. dan aku sendiri heran bahwa penipu yang memelas sepertimu masih bisa bertahan hidup dengan cara seperti itu. tapi kurasa, kalau seperti itu, lebih baik kau jangan hidup saja. hanya orang brengsek yang mencoba mempermainkan perasaan orang demi keuntungannya sendiri.

…yeah, dua ribu rupiah untuk melihat penipu salah tingkah campur cemas. ada yang tertarik?

‘aku berangkat, bu!’

kau belum bisa bicara, tapi aku tahu
dan kurasa, hal itu sudah cukup jelas untukku
matamu bulat memandang dunia
senyummu seolah ingin mengatakan
“aku berangkat, bu!”

ayahmu meletakkanmu di kereta bayi
siap untuk petualanganmu yang pertama
jalan-jalan di kompleks rumah
dan para tetangga berkomentar
“wah, ayahnya baik sekali!”

waktu berlalu, dan kau juga berubah

dengan seragam taman kanak-kanak
dan tas ransel serta buku gambar
percaya diri dengan gigi bayi dan sepatu baru
dan kau mengatakan
“aku berangkat, bu!”

kau berjalan melewati pagar
melambai kepada tetangga yang menyapa
petualangan baru untukmu
dan para tetangga berkomentar
“aduh, anak itu manis sekali!”

waktu berlalu, dan kau juga berubah

kau menunggu mobil jemputan ke sekolah
dengan roti bakar dan segelas susu di meja
terburu-buru dengan seragam putih-merah,
dan kau mengatakan
“aku berangkat, bu!”

matematika dan bahasa indonesia
teman-teman dan guru yang baru untukmu
dan PR yang kadang lupa kau kerjakan
“aku tidak disetrap,” katamu
“cuma disuruh berdiri di depan, kok”

waktu berlalu, dan kau juga berubah

berangkat pukul enam tiga-puluh setiap pagi
menghabiskan segelas susu, kau siap berangkat ke SMP
takut terlambat kalau sarapan, katamu
dan kau mengatakan
“aku berangkat, bu!”

aku melihatmu tumbuh dan sedikit berubah
dari dihukum karena terlambat masuk kelas
sampai cerita tentang seorang cewek manis di sekolah
yang ibunya beberapa kali mengajakmu pulang bareng
kok aku tahu? jelas, ibunya kan teman arisanku

waktu berlalu, dan kau juga berubah

sekolah dan kos di tempat yang jauh
pulang ke rumah seminggu sekali dalam perjalanan panjang
dengan seragam putih abu-abu dan ransel ABG
dan kau mengatakan
“aku berangkat, bu!”

jauh dari rumah dan keluarga
petualanganmu yang lain dimulai
belajar berdiri di atas kakimu sendiri
dan tiba-tiba, kau jadi terasa agak jauh
aku sadar, kau sudah mulai dewasa

waktu berlalu, dan kau juga berubah

kau tidak lagi memakai seragam, kini kau pergi kuliah
celana kargo, jaket dan sepatu kets menemanimu sekarang
sarapan dengan sisa makan malam kalau sempat
dan kau mengatakan
“aku berangkat, bu!”

kau menjadi teman bicaraku di akhir minggu
nonton drama jepang atau korea di TV
dan tiba-tiba kau punya uang sendiri
sedikit iseng dan cuek, kau mirip sekali dengan ayahmu
aku tahu, kau sudah semakin dewasa sekarang

mungkin nanti, kau akan berubah lagi

dengan kemeja dan kunci mobil, kau siap berangkat kerja
masih sarapan dengan makanan sisa, tapi kau sudah biasa
tidak lupa dasi yang rapi dan pantofel yang mengilap
dan kau akan mengatakan
“aku berangkat, bu!”

coba saja untuk menjadi dewasa, ini tantangan untukmu
pergilah sana dan taklukkan dunia,
tapi untukku kau akan selalu menjadi
seorang anak yang lucu dan imut-imut
yang memandang dunia melalui mata bulatnya

pada saatnya nanti, mungkin kau akan mengerti
ketika kau melihat bayangan dirimu dulu
dalam diri anak kecil yang tiba-tiba muncul di rumahmu
dan kau akan mencintainya seperti aku mencintaimu

sarkasme?

anda tentu tahu, atau minimal pernah mendengar mengenai suatu hal yang disebut sebagai ‘sarkasme’.

…yah, secara sederhana sih ‘sarkasme’ itu sebenarnya adalah sebuah teknik dalam berkomunikasi di mana ungkapan verbal disampaikan secara sinis dan memaksimalkan ironi. secara umum, teknik ini dilakukan dengan prinsip ‘jalan menikung’: anda seolah ingin menyampaikan suatu hal, padahal anda menekankan sebaliknya.

bingung? jangan susah-susah.

bayangkan anda baru datang pada pukul empat-tigapuluh pada sebuah jadwal kencan pukul empat-tepat yang anda buat dua hari sebelumya.

sudah? lalu bayangkan percakapan berikut di mana pasangan anda tiba-tiba ngomong:

“sayang, nggak apa-apa kok kalau kamu terlambat. terlambat satu jam juga nggak apa-apa, bener deh. kok kamu masih dateng juga ke sini, sih?”

intonasi tinggi, muka sedikit-ditekuk, dan dagu diangkat. wah. gawat deh.

…jelas? seharusnya gampang dimengerti, karena hal ini merupakan teknik yang umum digunakan dalam komunikasi. anda mungkin ingat bahwa anda pernah memiliki pengalaman sejenis dengan contoh di atas, dan dengan demikian anda seharusnya menyadari dengan sangat baik penggunaan dari teknik tersebut =)

ada elemen penting dalam penggunaan teknik yang bernama ‘sarkasme’ tersebut di sini: intonasi suara, ekspresi wajah, dan gesture alias bahasa tubuh. dan hal ini akan dengan mudah membuat anda memahami bahwa lawan bicara anda sedang melakukan sarkasme alih-alih memberikan pujian bila anda dihadapkan pada keadaan demikian. padahal kalau dilihat kata-per-kata, lawan bicara anda kelihatannya seperti sedang memuji anda!

coba satu kalimat berikut.

“aduuh, kamu ini baik banget, sih… aku jadi seneng banget kalau begini. makasih ya…”

anda bisa mengucapkan kalimat tersebut sambil tersenyum dengan intonasi yang tepat dan sedikit tawa, maka lawan bicara anda akan berpikir bahwa anda bersikap positif terhadapnya.

anda juga bisa mengucapkan kalimat tersebut dengan intonasi yang ‘tepat’ dan tarikan sinis pada senyuman anda, tambahkan gesture yang ‘tepat’ pula. hasilnya? silakan dicoba, dan kemungkinan setelah itu anda akan bertengkar dengan lawan bicara anda =)

dengan kalimat yang sama, sarkasme merupakan teknik yang efektif untuk mengkomunikasikan pikiran anda. tapi ini untuk komunikasi lisan, lho.

::

nah. sekarang masalah lain. bagaimana mengkomunikasikan sarkasme dalam tulisan?

kenyataannya, hal ini menjadi sedikit lebih sulit: tulisan tidak bisa mengkomunikasikan ekspresi wajah, intonasi suara, dan gesture. jelas, ini perbedaan yang signifikan. dan sebagai akibatnya, penggunaan sarkasme dalam tulisan merupakan pisau bermata-dua: tulisan anda mungkin dipahami sebagai sarkasme, dan pembaca memahami bahwa anda sebenarnya mengatakan suatu hal B bukannya A. masalahnya, mungkin saja tulisan anda tidak tersampaikan sebagai sarkasme, dan anda dianggap menyatakan A. dan pemikiran anda mengenai B tidak tersampaikan!

jangan bingung lagi dengan penjelasan di atas, langsung saja dengan contoh.

saat ini, naik kereta rel listrik di Jakarta sangat nyaman. ada pengamen-pengamen, dan anda tidak perlu kuatir dengan copet! apa itu copet? dompet anda cuma hilang secara ajaib, itu saja kok. dan masih ada pedagang asongan yang kadang dengan ramah berteriak-teriak dekat telinga anda. pokoknya menyenangkan, deh. anda harus mencobanya.

oke, dari tulisan tersebut anda bisa mengatakan bahwa kesimpulan dari tulisan tersebut adalah (1) naik kereta di Jakarta itu nyaman dan menyenangkan, atau (2) naik kereta di Jakarta itu tidak nyaman dan tidak menyenangkan.

terlihat kan, ‘resiko’ dari penggunaan teknik ini dalam tulisan? jelas! pembaca yang tidak teliti akan berpikir bahwa anda setuju akan suatu hal, padahal pendapat anda sebenarnya mungkin anti terhadap hal tersebut!

dan masalahnya, resiko untuk disalahpahami tersebut bisa menjadi begitu besar, kalau orang yang membaca tulisan anda cenderung untuk kurang teliti dalam membaca tulisan anda: tidak sampai habis, atau tidak secara menyeluruh. dan akibatnya bisa fatal: anda mungkin akan dianggap memiliki pendapat yang sebenarnya anda malah tidak setuju habis-habisan! dan hal ini jelas sangat tidak diinginkan.

jadi, kesimpulannya. hati-hati dengan penggunaan sarkasme dalam tulisan anda. pendapat anda mungkin tersampaikan untuk pembaca yang sebenarnya memahami bahwa anda menyatakan B alih-alih A, tapi persiapkan juga kemungkinan bahwa ada pembaca yang mungkin akan berpikir bahwa anda menyatakan A (dan tidak terpikirkan mengenai B), padahal anda sendiri sangat tidak setuju dengan pendapat A tersebut!

…mungkin ada benarnya juga sih, bahwa sarkasme dan satire itu hanya untuk orang-orang yang cerdas dan mau berpikir. susah juga, sebenarnya.

___

baru baca tulisannya sora-kun di salah satu post-nya. tulisan gw nongol di situ, lho =P.

tulisan yang di-refer di situ merupakan contoh sarkasme yang mudah disalahpahami, silakan dilihat. tulisan aslinya bisa ditemukan di salah satu entry di sini.

the days that passed quietly

berapa lama sejak saat itu berlalu?

dua tahun, tiga, ataukah lima tahun yang lalu, mungkin sudah mulai samar dan sedikit terkikis oleh guratan waktu, tapi aku masih mengingatnya dengan baik.

saat-saat aku bangun sendirian di pagi hari, dan menunggu jam tujuh-tigapuluh untuk bersiap berangkat ke sekolah yang dimulai jam delapan tepat? saat-saat sedikit-gamang dan sendirian, tapi toh akhirnya aku menikmatinya: delapan sampai empat setiap hari, lengkap dengan pekerjaan rumah dan ulangan harian yang tampaknya tidak mau menunggu.

saat-saat di mana aku membongkar lemari dan menemukan bahwa potongan seragam putih-abu-abu yang ada di lemari hanya tersisa satu potong, dan berarti sudah waktunya mencuci dan menyetrika sendiri… sementara pekerjaan rumah dari guru fisika atau kimia seolah terlupakan dalam keasyikan ini-dan-itu.

saat-saat di mana aku belajar bahwa telur dadar dan tempe goreng merupakan kombinasi sakti untuk mengatasi saat-saat kritis yang bernama ‘kehabisan uang’, dan tak lupa porsi nasi yang lebih banyak dari biasa tanpa tambahan biaya. tak lupa juga warung kopi yang buka 24-jam, menyediakan dari bubur kacang hijau sampai soda susu untuk menemani kepenatan belajar di meja kayu.

saat-saat di mana aku bisa membeli majalah komputer yang memberikan ulasan hardware terbaru, dan secara ajaib menghilangkan sebagian gizi yang seharusnya kuterima dalam makanan yang sebenarnya sudah murah itu… tapi aku tidak benar-benar peduli. setidaknya, saat itu aku sudah bisa merakit komputer sendiri.

::

berapa lama sejak saat itu berlalu?

ketika aku memandang diriku sebagai seorang yang sedikit-payah dan kurang percaya-diri? dan seseorang yang entah bagaimana tiba-tiba ada di sisiku, dan sedikit mengubah hari-hariku dengan pukulan kecil di kepala atau sedikit desisan ‘apa sih!’, dan sedikit demi sedikit membuatku belajar mengenai sesuatu yang berbeda dalam memandang hidup.

…kami berteman baik, walaupun sepertinya tidak ada seorangpun yang mempercayai hal tersebut ‘hanya seperti itu’ di kelas. entahlah, sepertinya mereka mengira hal yang lain, aku tidak terlalu mengerti juga.

atau saat-saat di mana aku merasa dengan sedikit-sombong bahwa hidupku adalah milikku sendiri. sebuah bibit dari identitas individual yang sepertinya terus terbawa sampai lama kemudian dalam perjalananku menuju kedewasaan. tapi menurutku, itu bukan hal yang buruk, kok.

tak lupa saat-saat di mana aku melangkah menyusuri tanjakan yang sedikit berdebu di senja hari, sementara lampu-lampu toko mulai dinyalakan dan matahari belum tenggelam benar. saat-saat aku pergi dan jalan-jalan, entah sekadar membeli komik terbitan-baru atau membeli tambahan persediaan makanan untuk teman belajar di malam hari. ke mana perginya saat-saat itu?

dan saat-saat aku menggelandang ke rumah beberapa orang rekan untuk bongkar-bongkar dan reparasi komputer dengan imbalan snack dan makan malam gratis, siapa yang bisa menggantikannya? dan pembicaraan penting-tidak-penting mengenai impian dan cita-cita, atau sekadar komik edisi terbaru yang akan segera terbit.

::

berapa lama sejak saat itu berlalu?

dua tahun, tiga, ataukah lima tahun yang lalu, dan mungkin sudah mulai sedikit demi sedikit kulupakan, tapi masih kuingat dengan cukup baik.

saat-saat di mana aku membaca komik shounen dengan santai di kelas dua, dan tiba-tiba muncul seorang cewek imut-imut yang bertanya apakah ia boleh meminjamnya; pertanyaan yang kadang berlanjut menjadi obrolan pendek. atau sekadar ngobrol tidak-jelas di antara jam kosong, dan pergi ke perpustakaan entah untuk akses internet gratis yang masih menjadi barang langka. atau sekadar untuk membaca buku-buku referensi yang tampaknya mahal di perpustakaan? kurasa cukup banyak pilihan untuk itu.

…ya, lengkap dengan segala perasaan rendah-diri yang kadang muncul karena ulangan matematika yang tampaknya tidak kunjung bagus hasilnya, atau hasil ujian biologi yang membuatku bersumpah bahwa aku tidak mau menjadi seorang dokter. siapa yang peduli, aku memang tidak ingin menjadi dokter, kok.

atau perasaan sedikit-puas ketika aku berhasil menghalau bola kencang yang terarah ke gawang dengan penyelamatan yang disoraki rekan-rekan dalam permainan futsal di sesi pelajaran olahraga-bebas, kurasa belum ada yang bisa menggantikannya. lagipula, aku juga bukan penjaga gawang yang jago-jago amat, kok. tapi setidaknya, aku cukup senang.

dan siapa yang menduga bahwa ketertarikanku terhadap fotografi menjadi jauh berkembang sejak aku tahu bahwa melakukan image editing dari hasil jepretan kamera SLR ternyata bisa begitu menyenangkan? juga obrolan soal penggunaan Curve, Histogram, dan Gaussian Blur di Photoshop yang membuatku ‘tersadar’ bahwa ternyata ada juga cewek yang paham soal ‘bahasa aneh’ itu dalam urusan edit-mengedit foto… dan aku belum lupa bahwa aku sempat cukup senang bahwa aku pernah menggunakan benda bagus yang bernama FinePix S7000 itu.

::

kurasa sudah hampir tiga tahun yang lalu, dan masih kuingat dengan sedikit-samar. kenangan yang sedikit-menyenangkan atau mungkin sedikit-mengharukan dan masih kuingat dengan jelas sampai saat ini.

upacara kelulusan yang formal di hall gedung serbaguna, lengkap dengan jas dan sepatu. dan pidato perpisahan dari perwakilan murid yang sedikit membuatku ingin berkata: tidak bisakah kita bertahan di sini sedikit lagi saja? sambil memandang ke arah podium dengan campuran perasaan yang tak-jelas apa sebenarnya.

dan sedikit air mata yang terlihat di antara rekan-rekan yang juga pergi dan tak kembali. beberapa tepuk tangan dari guru-guru, dan gaung obrolan yang mengambang di udara di antara para orangtua dan undangan. dan ia berada di sana: cantik dan percaya diri, di hari terakhir kami sebagai seorang ‘murid’.

tidak banyak hal yang terjadi di hari itu. sedikit foto, makan-makan dan obrolan, serta genggaman dan jabat tangan. tidak terlalu banyak yang bisa diungkapkan, tapi itulah segalanya.

___

sayonara kioku. wasure wa shinai yo.

chrno crusade

sebenarnya, ini serial manga yang sudah agak lama. penerbitan di negara asalnya sendiri berakhir pada 2004, dan serial ini juga sudah di-license dan diterbitkan di tanah air, juga sejak 2004.

…terus, kenapa baru sekarang gw menulis mengenai serial ini?

hal ini sebenarnya terjadi karena proses penerbitan versi licensed-nya di sini ternyata hanya sampai volume #7 dari 8 volume. sementara itu, baru pada akhir Februari ini gw mendapatkan scanslations dari project yang mengerjakan serial ini untuk volume #8, setelah sebelumnya scanslations project untuk serial ini sempat vakum untuk waktu yang lama.

jadi, setelah membaca sampai habis (dan setelah menunggu dua tahun lewat =P), akhirnya gw bisa menuliskan mengenai serial ini di sini.

berlatar pada kehidupan di Amerika Serikat pada awal abad 20, serial ini mengangkat tema mengenai perburuan monster dengan sedikit kemasan religius. pada saat ini, diceritakan bahwa manusia kerap mengalami serbuan dari para demon, yaitu sosok monster yang kerap menyerang manusia.

untuk menghadapi serangan para demon, Gereja membentuk satuan khusus di Magdalan Order yang bertugas untuk membasmi para demon yang muncul. Magdalan Order ini beranggotakan para pendeta dan biarawati, dengan di antara pasukan Magdalan Order adalah seorang gadis berusia 14 tahun yang bernama Rosette Christopher dan partnernya yang bernama Chrno, seorang demon yang memutuskan untuk memihak manusia dengan bergabung dengan Magdalan Order.

di antara perburuan demon yang dilakukan oleh Magdalan Order, Rosette yang bertugas sebagai seorang exorcist tiba-tiba dihadapkan dengan kemungkinan akan keberadaan Joshua, adik laki-lakinya yang telah bertahun-tahun menghilang dari panti asuhan tempat tinggal mereka. belum lagi Chrno yang tampaknya menyimpan suatu rahasia di balik masa lalunya sebagai seorang demon…

dikerjakan oleh Daisuke Moriyama sejak 1998, serial ini memiliki latar yang tidak umum digunakan dalam pengembangan sebuah manga: tahun 1920 di Amerika Serikat, ketika Perang Dunia I baru saja berakhir. hal ini merupakan taruhan yang cukup berani, mengingat bahwa tidak banyak serial manga lain yang menggunakan latar di luar Jepang.

meskipun demikian, serial ini tampak tidak terlalu memiliki masalah dalam menanggulangi hal tersebut. penggambaran di atas kertas untuk suasana Amerika Serikat di awal abad 20 tampak cukup pas, dan tidak banyak ditemukan hal-hal yang ‘aneh’ dan ‘mendahului zaman’. well… ada sih, tapi bisa dikatakan cukup minor dan tidak mengurangi kenikmatan membaca untuk pembaca yang seringkali ‘kritis’ terhadap hal-hal yang sepertinya ‘tidak masuk akal’.

ide ceritanya sendiri relatif sederhana: pertempuran antara manusia dan demon. tapi jangan membayangkan bahwa tokoh utama kita akan sering menggunakan kekuatan supranatural yang berkesan mistis — jauh dari itu. ada beberapa elemen seperti tersebut, namun tidak terlalu banyak. kenyataannya, serial dengan genre action ini lebih banyak menawarkan pertempuran fisik, adu pedang, bahkan baku tembak dan ledakan yang eksplosif sepanjang pertempuran.

jangan pula membayangkan bahwa tokoh utama kita kali ini adalah seorang cewek Jepang imut-imut dan perlu-dilindungi… karena tokoh utama yang bernama Rosette Christopher ini adalah seorang gadis Amerika, berambut pirang, dan selalu membawa handgun berikut pelurunya ke mana-mana… lengkap dengan sifat yang sedikit meledak-ledak dan kenyataan bahwa ia adalah seorang biarawati di Magdalan Order.

desain tokoh utama yang lain adalah Chrno, seorang demon yang di-seal dalam wujud seorang anak laki-laki berusia belasan tahun atas kemauannya sendiri. sifatnya cenderung kalem dan lebih perhitungan dibandingkan Rosette dalam melaksanakan misi perburuan para demon… meskipun demikian, masa lalunya sebagai seorang demon dan hubungannya dengan Rosette ternyata menyimpan rahasia yang diungkap sedikit demi sedikit seiring perjalanan serial ini.

secara umum, desain karakter dilakukan dengan sangat baik. character development digambarkan dengan rapi, lengkap dengan masa lalu dari hampir setiap karakter yang memiliki peran signifikan dalam cerita. meskipun demikian, karakter yang paling banyak digali dalam serial ini adalah Rosette yang ternyata tidak selalu ganas-dan-semau-gue, baru kemudian Chrno sebagai partner satu timnya. karakter lain dieksplorasi secara relatif berimbang, misalnya Azmaria Hendric atau Stella Harvenheit yang juga memegang peran yang signifikan dalam perjalanan cerita.

dari segi cerita, serial ini tidak menawarkan sesuatu yang benar-benar baru — namun meskipun demikian, serial dengan genre action ini tetap tampil menghibur. diawali dengan perburuan demon, kemudian intrik-intrik yang terjadi dalam perjalanan cerita memang menawarkan plot-twisting yang cukup baik, namun tidak menawarkan sesuatu yang baru dibandingkan serial lain dengan genre sejenis. meskipun demikian, hal yang di-cover dengan sangat baik adalah bahwa serial ini tidak sampai jatuh ke dalam action yang bersifat ‘terlalu pop’, dan tetap dengan storyline yang mengalir dengan mulus.

salah satu hal yang juga menarik perhatian adalah artwork yang digambarkan dengan rapi dalam serial ini. tidak terbatas kepada penggambaran karakter, detail-detail dan latar belakang dalam panel komik digambarkan dengan rapi, dan dalam beberapa bagian sukses menghasilkan scene yang memorable. teknik pewarnaan yang dilakukan untuk bagian-bagian yang berwarna juga dilakukan dengan baik, dan hal yang jarang diperhatikan oleh serial lain pada umumnya ini sukses menghasilkan artwork yang memang enak dilihat.

secara umum, serial ini tampil menghibur. artwork yang dikerjakan dengan sangat baik menjadi nilai tambah bagi serial ini, didukung dengan storyline yang mengalir dengan mulus dan tetap terjaga sampai akhir cerita.

selain itu, penggarapan action yang dilakukan dengan sangat baik turut berperan dalam menghasilkan kombinasi yang pas antara action yang menghibur dan storyline yang berbobot, menghasilkan sebuah serial yang layak diikuti oleh anda yang mengharapkan sebuah serial manga yang memorable.