final fantasy VIII, again

sebagai acara pamungkas dari liburan akhir semester kali ini, saya memutuskan untuk sedikit nostalgia dengan sebuah game yang pertama kali saya mainkan sekitar sembilan tahun lalu ini. ya, dan dengan demikian, dengan berat hati saya mengakui bahwa ternyata saya sudah cukup tua. 😛

jadi ceritanya, saya menghabiskan waktu dengan game yang sangat nostalgic ini… dan sambil iseng, tiba-tiba saya jadi kepikiran untuk menulis tentang RPG (= Role Playing Game) yang satu ini.

[ff8-logo]

yah. Final Fantasy VIII alias FFVIII. sebuah game yang sempat jadi ikon budaya di masanya[1], dan salah satu RPG pertama dengan terobosan yang luar biasa untuk zamannya dengan FMV (= Full Motion Video) yang cinematic, dan dengan demikian menjadikannya sebuah game yang memorable.

secara visual, game ini biasa saja… untuk ukuran masa sekarang. tapi di masanya, game ini luar biasa. FMV-nya yang cinematic jadi kelebihan utama game ini, dengan grafik gameplay yang mendahului zaman untuk ukuran game RPG. sejujurnya, saya pertama kali jatuh cinta terhadap game ini sejak melihat opening-nya. komposisi Liberi Fatali-nya Nobuo Uematsu sukses mengiringi FMV yang juga memorable untuk game ini.

dari segi audio… total komposisi untuk scores masih di bawah pendahulunya, Final Fantasy VII. beberapa nomor seperti Balamb Garden atau Fisherman’s Horizon cukup memorable, dan aransemen untuk final battle memang bisa dibilang lebih dari lumayan… secara umum tidak buruk, tapi sayangnya masih di bawah FFVII.

bagusnya, hal ini di-cover oleh OST yang cukup dikenang dalam sejarah Final Fantasy; apa lagi kalau bukan Liberi Fatali yang mengiringi FMV di awal game dan Eyes On Me yang jadi lagu penutup? untuk soal OST, sudahlah. dua lagu yang dirancang oleh Nobuo Uematsu ini sudah jadi klasik di kalangan gamer Final Fantasy.

[ff8-squall]

sayangnya, drawback utama dari game ini malah di storyline-nya. dibandingkan dengan FFVI atau FFVII, bagian ini kalah cukup telak. cerita yang difokuskan ke pasangan Squall Leonhart dan Rinoa Heartilly malah membuat konflik utamanya kurang kebagian tempat, sementara di sisi lain pengembangan karakter di luar tokoh utama menjadi seolah kurang signifikan.

bukannya bermaksud menilai game ini sebagai sebuah film sih, tapi bukankah cerita adalah salah satu elemen utama dari sebuah RPG? lagi-lagi, bukannya buruk, sih. kalau dinilai sebagai sebuah game tersendiri, game ini lebih dari lumayan. tapi kalau dibandingkan dengan pendahulunya, kekurangan di bagian ini jadi terasa signifikan. agak sayang juga, sebenarnya.

gameplay? tergantung. anda yang menyukainya akan mengatakan bahwa game ini revolusioner… sementara anda yang tidak menyukainya mungkin akan mencela-cela game ini dengan genrenya sebagai sebuah RPG.

anda mungkin masih ingat, bahwa tidak ada MP alias Magic Point di game ini. pengembangan status karakter dilakukan dengan junctioning GF dan magic, dan proses jual-beli senjata dan armor ditiadakan. senjata untuk karakter tidak lagi bisa dibeli, melainkan harus di-upgrade dengan item dan sejumlah uang.

dan yang mengejutkan, tentu saja bahwa musuh anda dalam game juga mengalami pengembangan kekuatan seiring dengan peningkatan level karakter… praktis, leveling up jadi hampir tidak berguna di game ini. masih ada gunanya sih, tapi jelas jadi tidak sebanyak sebelumnya.

kesimpulannya, bagaimana gameplay-nya? saya sendiri lebih suka memandangnya ‘cukup revolusioner’… sementara di sisi lain ada juga gamer yang ‘menghujat’ game ini untuk segi gameplay. terserahlah, saya sendiri cukup enjoy dengan gameplay-nya kok.

[ff8-game]

tapi nilai jual utama game ini — selain FMV-nya yang memang di atas rata-rata — adalah desain karakter yang dipegang oleh Tetsuya Nomura, dan dilakukan dengan pendekatan yang unik… mungkin beberapa orang akan mengatakannya sebagai ‘luar biasa’.

hmm. mari kita lihat. salah satu pasangan paling dikenal di dunia Final Fantasy diperkenalkan di game ini… mungkin, bersaing cukup dekat dengan Yuna dan Tidus di FFX, kalau menurut saya. dan yang paling penting, tentu saja bahwa karakter cowok (yang katanya) paling keren[2] dalam sejarah RPG diperkenalkan di sini, pembaca. tentu saja, siapa lagi kalau bukan Squall Leonhart! :mrgreen:

tentu saja, selain karakter utama yang berhasil merebut hati cukup banyak penggemar game di Indonesia[3], karakter yang lain juga didesain dengan rapi. ada yang masih ingat Seifer Almasy? rival dari Squall ini juga didesain dengan tidak kalah keren. ada juga Zell Dincht yang entah kenapa mengingatkan kepada Sabin dari FFVI (padahal nggak mirip!), lalu Irvine Kinneas dan Selphie Tilmitt yang… entahlah, agak terlalu ‘biasa’, mungkin.

…dan tidak ketinggalan, instruktur SeeD yang berada di daftar karakter favorit saya sepanjang sejarah Final Fantasy: Quistis Trepe, tentu saja.[4] :mrgreen:

[ff8-quistis]

apa lagi ya? sebenarnya game ini juga sudah lawas, sih. mungkin tidak se-klasik Final Fantasy VII, atau gameplay-nya tidak se-orisinil Final Fantasy VI, tapi game ini sama sekali tidak buruk. aransemen musiknya lumayan, walaupun di beberapa bagian masih di bawah pendahulunya. keunggulan utama di FMV yang cinematic dan desain karakter yang sangat baik, namun sayangnya storyline-nya terasa agak terlalu ‘biasa’. oh well…

setelah sekitar 50 jam nostalgia dengan main (lagi) dan menamatkan game ini, setidaknya game ini tidak buruk. walaupun, yah, ada ‘kontroversi’ juga sih di kalangan para gamer, apakah game ini ‘bagus’ atau tidak…

…but anyway, it’s quite a fun ride (again) after all.

___

[1] tidak percaya? saya sendiri menemukan beberapa orang dengan nickname ‘(blablabla)_leonhart’ untuk alamat e-mailnya. di tempat lain, saya menemukan beberapa orang yang memasang wallpaper dari game ini di folder catatan. diketahui juga bahwa terdapat segelintir cewek non-gamer yang menyatakan diri ngefans terhadap tokoh utama game ini… yah, terserahlah.

[2] masih tidak percaya? Squall Leonhart sebagai tokoh utama game ini ternyata memiliki basis penggemar yang relatif berimbang di kalangan cowok dan cewek yang mengenalnya. tanya kenapa. tadinya saya mengira bahwa penggemar karakter ini terutama dari kalangan cewek, tapi ternyata perbandingannya cukup berimbang. saya sendiri menemukan cewek yang memasang gambar karakter ini di buku catatan, dan cowok yang memasang poster karakter ini di kamarnya. desain karakternya memang bisa dibilang lumayan bagus, sih.

[3] dalam polling yang diselenggarakan oleh salah satu majalah game beberapa tahun yang lalu, saya masih bisa menemukan karakter ini nongkrong di urutan teratas karakter game favorit di Indonesia. ada juga Rinoa Heartilly yang jadi pasangannya di game ini, namun masih di bawah Yuna dan Tidus — keduanya dari FFX. agak lupa detailnya sih, CMIIW.

[4] cantik, well-mannered, highly skilled… dan tetap single sampai akhir cerita. what else can I expect? :mrgreen:

[5] terima kasih untuk Albert yang telah meminjamkan saya satu kopi dari versi PC untuk game ini. it worked just as good. 😉

sibuk, jadi…

sekarang ini, masih belum ada tulisan baru, pembaca. :mrgreen:

untuk beberapa pembaca yang meninggalkan komentar (dan menunggu jawaban), silakan cek kembali topik yang bersesuaian… saya baru saja me-reply beberapa (dari lebih banyak) komentar yang sepertinya perlu dijawab.

kemungkinan sampai beberapa hari ke depan, frekuensi update di sini akan agak menurun, tapi saya masih akan (mengusahakan untuk) meluangkan waktu untuk menjawab pertanyaan atau komentar yang mungkin muncul. mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.

terima kasih sebelumnya, mohon maaf untuk pembaca yang mengharapkan tulisan baru saya (memangnya ada ya? 🙄 ) . tulisan yang agak lebih bermutu direncanakan untuk dirilis dalam beberapa hari ke depan.

tuhan yang hanya menonton

ini adalah dunia yang tidak sempurna; yang katanya diciptakan oleh yang Maha Sempurna, untuk makhlukNya yang konon katanya paling sempurna daripada yang lain.

apa, kamu bilang Tuhan itu Maha Kuasa? mungkin benar, tapi kalau begitu dia cuma tidak rela menunjukkan kekuasaanNya tersebut di dunia — terlepas dari makhluk ciptaanNya yang penurut sedang mencoba menebar kebaikan, atau makhlukNya yang bejat sedang berbuat kerusakan dan aniaya.

kalau begitu bagaimana kamu bisa mengatakan bahwa Tuhan itu bisa begitu adil, hanya dengan apa yang kamu lihat di dunia? mungkin benar bahwa dia memang adil, tapi kalau begitu dia cuma tidak rela menunjukkan keadilanNya itu di dunia.

kamu bisa bilang apa? Tuhan itu memang cuma menonton, kok.

kalau kamu tidak pernah mengalami kerasnya dunia atau dikerjai orang brengsek atau melihat bangsat-bangsat bebas berkeliaran di dunia, kamu tentu akan langsung menyanggah. kamu akan mengatakan bahwa dia bekerja dengan caranya sendiri, bahwa dia punya rencana lain, dan apalah yang lain sebagainya.

tapi kalau kamu lihat, dia hanya menonton. apa, kamu mau mengharapkan dia mengintervensi permufakatan jahat dengan mengirimkan bencana alam, begitu? haha.

::

coba, buka mata kamu sedikit. kamu bisa lihat orang-orang yang memulai penjajahan di atas dunia (bahkan tanpa peduli Konvensi Jenewa) masih hidup dengan aman sentosa sampai sekarang. kamu juga bisa lihat orang-orang yang melakukan pembunuhan dan pembantaian sambil membawa-bawa namaNya yang hebat itu di mana-mana: Bali, Poso, Jakarta… sampai ke New York dan Tepi Barat.

kamu bilang, itu adil? memang tidak. tapi toh dia diam saja.

sekarang, kamu lihat bagian yang lain lagi. kamu tahu, orang-orang baik bisa jadi apa di sini? whistleblower dianggap kawanan penjahat, pemberantas korupsi sampai dibekali senjata dan kevlar anti peluru, dan pegawai negeri jujur tidak dapat promosi.

dan apa yang dia lakukan?

toh kamu bisa lihat bahwa para koruptor masih duduk dengan nyaman di gedung DPR laknat itu, atau di kantor polisi yang juga sama busuknya, atau bahkan di ruangan-ruangan pengurus partai politik yang setia bagi-bagi uang lima tahun sekali.

toh kamu juga bisa lihat bahwa masih ada penipu dan perampok dan penculik berkeliaran di kota-kota, dan preman-preman terminal yang bisa jadi tukang palak dengan pisau di tangan. kalau kamu sial, kamu juga bisa melihat seseorang malang yang tiba-tiba ditusuk, atau orang lain yang ditabrak sebelum ditinggal kabur tanpa permisi.

dan apa yang dia lakukan?

::

sekarang, coba kamu bayangkan. coba kamu bayangkan ketika dia marah, dan sekali ini memperlihatkan keadilannya di dunia.

bayangkan gedung DPR disambar petir, terjadi kebakaran hebat, dan wakil-wakil rakyat yang datang dengan ongkos politik supermahal itu gosong semua bersama lembaga tempat cari suap itu. kamu bisa bayangkan itu? sayangnya, dia tidak akan melakukan itu.

kamu bisa bayangkan, polisi-polisi gendut di perempatan jalan yang suka main tilang itu tiba-tiba mati keracunan, atau tiba-tiba mendapatkan penurunan pangkat atau diberhentikan secara tidak hormat? sayangnya, dia juga tidak melakukan itu.

apa, mimpi? memang. kamu tidak bisa mengharapkan dia ikut campur dengan keadilan di dunia, kok. kamu bisa bilang dengan mudah soal keadilan di akhirat-dan-sejenisnya (dan dengan demikian masalah ini kita anggap selesai), tapi sayangnya, dia tetap hanya menonton saja di dunia.

::

karena di dunia ini ada orang-orang brengsek, dan banyak bangsat-bangsat penganiaya orang lain. toh kamu tidak bisa mengharapkan dia memberikan keadilanNya dengan serta-merta di dunia. dan kamu juga tidak bisa asal berdoa dan tahu-tahu para koruptor itu sadar dan mengembalikan uang negara, misalnya.

sedih? mungkin, terserah kamu, sih. mungkin memang manusia harus membuat jalannya sendiri di dunia ini; campur tanganNya tidak bisa terlalu diharapkan di dunia ini, dan akhirnya manusia mungkin akan kecewa.

…karena Tuhan hanya menonton, sayangnya.

confusion in maturity

saya adalah seorang cowok sederhana yang cukup bahagia dan tidak meminta banyak hal dari hidup saya.

…yah, kalau dibilang begitu juga sebenarnya tidak seratus persen benar, sih. saya juga punya pernah mengalami hal-hal kurang-menyenangkan atau apa-apa yang mungkin bisa disebut sebagai ‘masalah’… tapi (bagusnya) sejauh ini saya masih merasa enjoy dengan kehidupan saya.

jadi masalahnya adalah…

…apa? memangnya ada masalah? :mrgreen:

ah, bukan apa-apa. masalahnya sederhana saja, pembaca. ini menyangkut suatu hal yang sederhana saja. menyangkut masa depan, namun juga tidak saya pedulikan banget-banget… tapi (sialnya) mau tidak mau saya jadi kepikiran juga soal ini.

masalah sederhana-dan-kadang-menyebalkan: tak lain tak bukan dan tentu saja, soal berkeluarga alias menikah.

::

jadi begini, pembaca. beberapa waktu terakhir ini, banyak sekali kenalan saya yang menjalani pernikahan. dari rekan seumuran sampai jajaran keluarga di sekitar kota, dari rekan SMU sampai rekan kuliah satu kampus.

ya, ya, bukan itu masalahnya. saya sendiri cukup senang kalau ada kenalan saya yang menikah. tentu saja, kebahagiaan seorang rekan adalah kebahagiaan saya juga, selain karena bisa makan gratis tentunya bukan?

hmm. masalahnya adalah, saya sudah harus siap-siap menghadapi pertanyaan yang susah dijawab ini: kapan mau menikah?

sumpah, ini pertanyaan yang (walaupun maksudnya baik) kadang terasa membingungkan-agak-menyebalkan untuk saya.

::

seorang rekan pernah ngobrol soal hal ini dengan saya.

“enak ya, si A itu sudah mau menikah… gw kapan ya?”

“apa iya…” ungkap saya, setengah-asal.

“ya iyalah! memangnya lo nggak kepengen menikah, yud?”

“…”

“…entah kenapa, gw nggak terlalu kepengen, tuh.” akhirnya saya ngomong.

entah, ya. saya sendiri tidak terlalu tertarik soal berhubungan dengan komitmen — entah itu pacaran (atau istilah yang lain: penjajakan, ta’aruf, sama saja) atau tunangan atau pernikahan. dan alih-alih menganggapnya sebagai suatu hal yang ‘penting’ seperti halnya beberapa rekan saya, saya malah tidak terlalu menginginkannya… apa ya? rasanya ya biasa saja… mungkin secara sederhana, ‘nggak merasa perlu’.

::

kalau dipikir-pikir, mungkin juga hal seperti itu terjadi bukan karena saya merasa ‘masih ada yang harus dikejar’ atau ‘ingin memikirkan yang lain dulu’. itu alasan yang wajar untuk sebagian orang, kan? tadinya saya pikir begitu, sih. tapi belakangan, setelah mikir-mikir lagi, saya menemukan bahwa ternyata memang bukan itu alasannya.

entah ya, tapi saya merasa bahwa saya sudah mendapatkan apa-apa yang saya inginkan. ah, tidak. tolong jangan berpikir bahwa saya adalah tipe-tipe anak orang kaya yang tidak pernah mengalami kesulitan hidup dan keinginan saya selalu terpenuhi. tidak. jangan berpikir seperti itu. soalnya itu tidak benar, dan sangat menyebalkan. jangan cari gara-gara dengan berpikir seperti itu, pembaca. :mrgreen:

nah. kembali ke masalah. lantas apa? saya juga sudah cukup puas kalau bisa seperti ini saja. jujur saja, tidak banyak yang saya minta dari hidup yang cuma sekali (dan sebentar) ini. dan untuk saat ini, saya tidak merasa memiliki sesuatu yang kurang dalam hidup saya.

…dan entah kenapa, saya masih juga tidak tertarik untuk mengurusi masalah ini. berhubungan dengan komitmen, maksudnya. menikah? ya, ya, itu kan sejenisnya. :mrgreen:

::

sekarang, ini bagian yang agak menyebalkan. tentu saja, kalau menyangkut orang lain yang (mencoba) menghakimi kebahagiaan seseorang, ini akan menyebalkan.

“apa, mau sampai umur segitu belum menikah? kasihan bener…”

“kamu tuh sebaiknya menikah lho, supaya kamu bahagia…”

nah. apa-apaan ini? memangnya kebahagiaan seseorang (baca: saya) bisa diukur dengan pernikahan? memangnya seseorang yang menikah praktis akan lebih berbahagia daripada seseorang yang tidak menikah? memangnya kalau seseorang tidak menikah, maka dia tidak akan berbahagia seumur hidup?

mungkin? memang. pasti? kata siapa. dan ini menyebalkan. masih mending kalau saya adalah seorang cowok desperate-untuk-cari-cewek, tapi saya kan tidak! enak saja, saya masih menjalani hidup dengan cukup bahagia, kok. terlepas dari kenyataan bahwa saya masih sendirian saja sampai sekarang, saya menikmati hidup saya.

…lagipula kok bisa-bisanya, ada orang lain yang (dengan seenaknya) menghakimi kebahagiaan saya?

::

ah, jadi begini. saya bukanlah tipe-tipe cowok yang antipati terhadap pernikahan (ada ya? 🙄 ), tapi juga bukan tipe-tipe yang ingin menjalani komitmen seperti itu no-matter-what.

tentu saja, mungkin nanti saya akan menemukan seseorang yang tepat dan bisa mencintai saya (dan sebaliknya) apa adanya (tanpa perlu susah-susah untuk belajar mencintai terlebih dahulu), saya tidak keberatan untuk menjalani hubungan dengan komitmen seperti itu.

…tapi kalau tidak ada? ya sudah. mungkin saya akan sendirian saja untuk waktu yang lama.

apa, memangnya kamu harus menikah dulu supaya bahagia? :mrgreen:

___

[1] judul post ini berasal dari ungkapan yang pernah disebutkan oleh rekan saya Rado di blog-nya dulu. sayangnya, sekarang blog tersebut tidak lagi online.

[2] konon katanya, cara berpikir dan bersikap saya agak susah dimengerti oleh seorang cewek. seorang rekan pernah mengatakan bahwa saya bukan tipe yang akan gampang mendapatkan pasangan… whatever.

[3] pembaca, ada yang merasa pernah ngomong seperti yang saya kutip? jangan ke-GR-an, bukan anda kok. mohon maaf kalau ada yang merasa tersinggung atau terkena. 😉

___

baca juga:

11.27.07 | learning to love?

kalau nanti saya mati…

mati di Jakarta itu, ternyata mahal. apalagi kalau anda tinggal di tengah kota, dan berharap bisa meninggalkan sisa-sisa jasad anda di kota mahal yang paling dikenal seantero republik ini.

iya, saya membicarakan mengenai hal yang sederhana saja, pembaca. kuburan. makam. tempat ziarah. apalah namanya. hal yang mungkin bisa begitu penting di mata sebagian (besar?) orang… tapi entahlah, mungkin orang lain punya sudut pandang berbeda soal ini.

tentu saja, mati di Jakarta itu mahal. di kota lain juga sih, tapi siapa yang peduli… selama ada uang, mau mati di mana juga tidak masalah, kan? keluarga yang ditinggalkan cukup menyediakan uang kontrak untuk satu kapling tanah yang jelas-jelas tidak dibutuhkan oleh yang bersangkutan.

hmm. mari kita urutkan. uang kontrak tanah. bayar per bulan atau per tahun, terserahlah. lalu uang kebersihan. lalu pengecoran dan batu nisan yang bagus, kalau berminat. lalu pengeluaran untuk petugas pemakaman yang dibayarkan rutin…

…ada lagi? entahlah. yang jelas, mati itu mahal. tentu saja, bukan urusan yang mati. yang mati sudah pergi menunggu keputusan ke surga atau ke neraka dan tidak kembali, dan seluruh haknya sudah dipenuhi sampai prosesi pemakaman selesai.

dan yang ketiban pulung mengurusi peninggalannya, tentu saja keluarga —atau siapapun— yang ditinggalkan, bukan? bayar ini, bayar itu, demi sebuah makam yang tiba-tiba seolah tidak ada gunanya. tidak ada gunanya bagi yang hidup, dan tidak ada gunanya bagi yang mati.

::

sebentar. sekarang, sebelum anda pembaca mungkin ada yang mulai emosi mempertanyakan akan pernyataan saya yang terakhir, mari kita perjelas dulu. sebuah makam, memangnya ada gunanya?

sebuah makam adalah tempat ziarah. tempat kenangan akan seseorang. tempat istirahat seseorang. dan seterusnya, demikian mungkin kata anda. lalu kenapa? toh kita tidak membutuhkannya. kita cuma menipu diri sendiri dengan pergi ke makam setiap kalinya, dengan dalih untuk mempertahankan kenangan dan mengingatkan diri akan kematian.

tapi toh itu semu. sebuah makam hanyalah makam. kenangan akan seseorang adalah jauh lebih berharga daripada seonggok tanah dan batu di atasnya. dan tanah dan batu hanya akan menjadi sia-sia, tanpa kenangan yang hidup atasnya.

…apa, sia-sia? benar sekali. apa, anda bersedia membayar mahal demi sebuah tempat yang cuma anda kunjungi setahun sekali atau dua kali, untuk sesuatu di mana yang mati sendiri sudah tidak berkepentingan?

absurdnya dunia. absurdnya melankoli akan sebuah kenangan. dan manusia terjebak di dalam sebuah kapitalisme tanah-dan-bangunan demi perasaan dan melankoli semata? absurd.

::

hak seseorang yang mati adalah dimakamkan dengan layak, dan sampai di situ. tergantung keyakinan, tapi intinya sama. ada juga sih yang tidak melakukan pemakaman, tapi itu di luar konteks. setelah itu, haruskah yang ditinggalkan memikirkan biaya macam-macam demi sebuah makam yang tiba-tiba seolah kelihatan sia-sia, kecuali untuk dalih nostalgia dan pengingat akan kematian?

mati di Jakarta itu mahal. dan orang-orang bersedia membuang uang untuk hal yang tidak ada untungnya bagi mereka — tidak bagi yang mati, dan tidak juga bagi yang hidup.

mungkin, sekadar pengingat? entahlah. bahkan orang-orang yang meninggal di Tanah Suci sewaktu haji juga tidak memiliki makam sendiri. semua rata, semua sama. dan tidak meninggalkan beban bagi yang hidup, yang jelas.

…tapi entahlah, ada banyak hal yang tidak bisa saya pahami di dunia ini.

::

ya, mati di Jakarta itu mahal. mungkin demikian juga di tempat lain. bahkan setelah mati, yang hidup pun masih harus mengurusi — terlepas bahwa yang mati sudah tidak mengurusi apalagi sampai kembali ke tempat yang hidup.

entahlah, saya tidak mengerti. mungkin akan dianggap aneh sih, tapi tiba-tiba saya jadi kepikiran untuk menyampaikan pesan ini.

suatu saat nanti saya akan mati. kita semua juga sih, terserahlah. untuk hal ini, saya tidak meminta banyak-banyak: kalau anda kebetulan nanti mengurusi kematian saya, biarkan saya mati apa-adanya. penuhi hak saya sampai di pemakaman saja.

saya tidak menginginkan makam yang bagus atau atap kubah yang indah, apalagi mengharapkan orang-orang yang saya tinggalkan membayar mahal-mahal untuk mengurusi kuburan saya.

sekalipun nanti kuburan saya akan dibongkar karena tidak ada yang mau membayari tanahnya, biarkan saja. toh pada saat itu saya sudah tidak akan punya kepentingan lagi di dunia ini, selagi berharap bahwa saya bisa menjalani kehidupan yang menyenangkan setelahnya.

…ya, karena mati di Jakarta itu mahal. siapa yang peduli dengan makam yang bagus dan ‘layak’? saya sih tidak.

ternyata, harddisk notebook saya…

pembaca, masih ingat tentang cerita mengenai notebook saya yang mendadak bermasalah beberapa waktu yang lalu? ini kelanjutan ceritanya.

untuk anda yang masih belum nyambung, cerita ini berawal sejak beberapa waktu yang lalu, di mana notebook saya (aka: M-E-T-E-O-R-[1] ) mendadak bermasalah. di antara pekerjaan yang semakin menumpuk dan deadline yang masih belum bosan mengejar, notebook saya crash, mengakibatkan hilangnya sebagian besar data yang akhirnya tidak dapat di-recover.

…bagusnya, tidak sampai ada masalah berarti gara-gara itu, sih. tapi untuk seterusnya sampai akhir semester, praktis saya meminimalkan penggunaan M-E-T-E-O-R- sampai waktu yang tidak ditentukan.

::

nah. itu cerita pengantarnya. silakan lihat link di bawah untuk detailnya kalau berminat. sekarang, saya akan menceritakan kelanjutannya.

insiden tersebut akhirnya baru bisa ditindaklanjuti setelah saya benar-benar punya waktu luang yang cukup layak. ya, ya, apa lagi kalau bukan liburan akhir semester!

…apa, service center? nanti dulu. itu pilihan terakhir, pembaca. :mrgreen:

1. observasi masalah…

observasi kali ini dilakukan terhadap M-E-T-E-O-R-, sebuah laptop alias notebook Acer TravelMate 4020NWLCi. memori SODIMM[2] DDR2 256 MB, prosesor Pentium M 715 1.5 GHz, harddisk 60 GB. tidak pernah jatuh, terinjak, apalagi sampai terbanting dari atas tempat tidur. sumpah, saya nggak bohong. :mrgreen:

gejalanya agak susah dideteksi, mengingat kemunculannya yang tidak menentu. kadang OS berjalan lancar untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya terjadi blue screen. di lain kesempatan, komputer tidak bisa melakukan boot… tapi kemunculan gejala ini tidak memiliki pola yang jelas sehubungan dengan penggunaan aplikasi tertentu pada OS.

2. memori atau harddisk?

berhadapan dengan gejala berupa blue screen, kecurigaan langsung terarah ke dua komponen calon tersangka: memori, atau harddisk. berdasarkan pengalaman, masalah pada komponen lain (misalnya modem atau sejenisnya) paling parah hanya menyebabkan komputer hang dan tidak bereaksi terhadap input mouse atau keyboard. mungkin juga saya saja yang kurang pengalaman sih, tapi asumsi sementara adalah bahwa kemungkinan masalahnya berada di antara dua komponen tersebut.

[harddisk notebook]

ini harddisk notebook saya. covernya dua sisi, jadi isinya tidak bisa dilihat. ada juga yang covernya satu sisi, sih.

kecurigaan terhadap memori berkurang setelah ditemukan bahwa setiap kali proses boot, tidak ditemukan gejala berupa BIOS beep[3] untuk masalah memori. hal ini menyisakan kecurigaan terhadap harddisk yang kini menjadi tersangka utama.

kecurigaan semakin diperkuat oleh timbulnya gejala lain yang terlihat belakangan: pesan Delayed Write Failed[4] yang ditampilkan oleh OS. selanjutnya, pengecekan BIOS ketika boot gagal memastikan sumber masalah: harddisk tidak dikenali untuk setiap proses boot yang gagal.

sekarang, diketahui bahwa masalahnya ada pada komunikasi harddisk dengan komponen lain. tapi, di mana? fisik harddisk? sambungan ke board? atau yang lain?

3. pertolongan pertama

asumsi sementara, masalah terletak pada harddisk atau sambungannya dari atau ke board. ada tiga kemungkinan: masalah pada board (terutama pada port interface ke harddisk), masalah pada harddisk (fisik harddisk memang sudah menurun fungsinya), atau masalah pada sambungannya (kabel kurang kencang? mungkin saja). mengingat bahwa hanya kemungkinan terakhir yang bisa ditangani secara mandiri, maka notebook pun dibongkar. sambungan kabel diperkencang, dan pengujian dilakukan kembali.

setelah beberapa kali utak-atik, gejala serupa masih terjadi. meskipun demikian, penggunaan pengganjal kertas untuk menstabilkan dudukan harddisk ternyata mampu mengurangi jumlah kemunculan gejala secara cukup signifikan.

[mount hdd]

dudukan harddisk di notebook saya. pengganjal kertas dipasang di bawah dudukan, tidak kelihatan di gambar. tidak menyelesaikan masalah, tapi bisa meredakan gejala.

4. dan diagnosisnya adalah…

segera setelah urusan kabel dan sambungannya dipastikan beres, kecurigaan langsung terarah ke harddisk yang jadi korban. penggunaan ganjalan yang mengubah karakteristik gejala jelas bukan karena masalah di board. kemungkinan besar, masalahnya ada pada fisik harddisk: entah pada jarum, atau pelat magnetik, atau yang lain.

untuk yang ini, saya angkat tangan. jeroan harddisk sudah bukan mainan yang bisa dioprek sembarangan… untuk yang seperti ini, biasanya solusinya satu: ganti saja harddisknya! :mrgreen:

sayangnya, diagnosis ini tidak dapat dipastikan karena tidak adanya pemilik notebook lain yang mau merelakan notebooknya untuk dipreteli harddisk-nya bisa dicoba ke notebook saya.

5. akhirnya, service center

tadi saya menyebutkan soal ‘service center itu upaya terakhir’? benar sekali. akhirnya, saya memang pergi ke sana, pembaca. :mrgreen:

yah, akhirnya saya pergi ke service center untuk Acer, dengan tujuan utama untuk mengganti harddisk. pelayanannya oke, teknisinya lumayan ramah dan membumi (baca: tidak terkesan sombong atau sok tahu :mrgreen: ), dan saya pun menitipkan notebook saya… lengkap dengan obrolan mengenai perkiraan saya mengenai komponen yang mungkin rusak berikut gejala-gejala yang timbul.

akhirnya saya ditelepon, bahwa ternyata masalahnya terletak pada harddisk tersebut (sesuai perkiraan), tepatnya pada pembaca pelat magnetik yang memang sudah lemah (tuh kan) dan kenyataan bahwa harddisk saya harus diganti (sudah diduga).

6. akhirnya…

saya kembali mendatangi service center, kali ini dengan notebook saya sudah menggunakan harddisk baru. sekalian sambil jalan, sekeping SODIMM DDR2 sebesar 1 GB jadi penghuni baru notebook saya. harga memorinya sendiri cukup oke, tapi harddisk baru ini terpaksa agak mahal… sehubungan dengan kurs dolar AS yang memang sedang tinggi. tapi secara umum, harga yang ditawarkan masih masuk akal, sih. overall, untuk harga komponen tidak ada masalah.

dan bagian terakhirnya adalah… charge untuk jasa servis. ongkos sekian rupiah akhirnya dikeluarkan untuk sebuah jasa servis dari teknisi ofisial, dengan pemeriksaan sampai ke fisik komponen dan pemasangan komponen baru berikut instalasi ulang OS. sudah sewajarnya sih, tapi agak sayang juga… mengingat sebenarnya saya bisa membeli komponen baru saja tanpa urusan servis yang lain.

…tapi belakangan, saya jadi berpikir-pikir lagi. ternyata, skill saya itu mahal juga, ya? mungkin asyik juga kalau saya bisa kerja sambilan sebagai teknisi spesialis notebook. :mrgreen:

___

[1] Mobility-Enhanced, TFT-Equipped with Optimized Resource… entah kenapa, saya jadi agak-agak terbawa semangat singkatan ala Gundam di sini. :mrgreen:

[2] ini jenis memori yang biasa digunakan untuk notebook. dilihat sepintas, bentuknya agak lebih kecil daripada memori untuk desktop.

[3] kalau ada komponen yang tidak terpasang dengan benar, komputer akan mengeluarkan bunyi beep yang bervariasi, tergantung komponen yang bersangkutan. beep untuk memori berbeda dengan beep untuk video adapter, misalnya.

[4] Delayed Write Failed terjadi ketika OS tidak bisa menulis informasi ke harddisk. disebut ‘delayed write’ karena data tidak langsung ditulis ke disk, melainkan di-buffer dulu. alasannya sih demi efisiensi akses I/O, tapi mekanisme ini tergantung OS, sih.

___

baca juga:

11.03.07 | lag of update… due to some ‘accident’

surat ke masa lalu

seandainya kamu bisa membaca ini, mungkin akan cukup bagus; untukmu dan juga untukku, dan mungkin beberapa orang lain. tapi entahlah, kita tidak bisa memutar waktu banyak-banyak, dan mungkin kamu akan kaget sendiri menemukan bahwa kamu bisa menulis hal seperti ini di suatu masa yang jauh dari apa yang bisa kamu bayangkan di tempatmu berada sekarang.

aku bisa melihat bahwa kamu adalah seseorang yang agak keras-kepala dan sedikit menyebalkan, serta kadang sedikit cuek dan bisa menjadi begitu tidak-peduli, tapi itu urusanmu… yah, sebenarnya urusanku juga sih, tapi itu dulu. memperhitungkan sifat dan perasaanmu, aku tahu kamu akan mulai panas dengan tulisan ini. sabar saja, aku masih belum mulai, kok.

::

kamu yang saat ini adalah kamu yang memiliki kekecewaan terhadap banyak hal; kamu yang berpikir bahwa nilai bagus di sekolah adalah hampir semuanya, atau prestasi di lapangan olahraga adalah bagian yang lain dari segalanya. demikian juga kamu yang berpikir bahwa kamu tidak cukup diberkati dengan bakat yang berkilau, dan usaha keras tidak selalu membuahkan hasil dan berujung kekecewaan.

kamu yang saat ini adalah juga kamu yang berpikir bahwa dunia tidak adil; bahwa Tuhan mungkin ada dan hanya menonton, dan kamu tidak bisa mengharapkan keadilan di dunia dengan serta-merta. mungkin malah Tuhan itu tidak ada, pikirmu. mana kamu tahu, kamu tidak bisa membuktikan hal tersebut, kok.

dan kamu yang saat ini adalah kamu yang berpikir bahwa kamu telah melalui banyak hal, dan banyak hal lain lagi di mana kamu memahami bahwa ada banyak hal yang tidak bisa kamu raih. kamu yang kehilangan perasaan, kamu yang kehilangan cinta, dan kamu yang kehilangan rasa percaya dalam perjalananmu.

aku tahu, kamu tidak akan langsung bisa percaya dan memahami apa-apa yang akan kukatakan di sini. tapi harus kukatakan juga sih, sebab aku juga punya kepentingan terhadapmu. jadi, bertahanlah sebentar saja dan baca tulisan ini sampai habis.

::

meskipun begitu, aku yakin bahwa suatu saat kamu akan memahami, dan akan melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan saat ini. menulis surat ini untuk kamu baca, maksudnya. dan tentu saja, aku mengerti sekali perasaan marah dan sebal yang sedang melanda pikiranmu saat membaca tulisan ini — wajar, aku kan juga pernah seperti itu.

sekarang kamu mungkin belum bisa memahami, tapi tidak selalu kebahagiaan dalam dirimu diatur dalam nilai ujian matematika atau jumlah minimal lay-up di atas lapangan basket. bukan juga oleh nilai ujian tengah semester rekan-rekanmu di suatu kuliah, atau nilai A atau B yang diberikan oleh staf pengajar di kampus yang hebat itu. kebahagiaan dalam dirimu adalah milikmu sendiri: sesuatu yang harus kamu raih dengan tanganmu sendiri, dengan jalanmu sendiri.

dan kamu mungkin belum bisa memahami, tapi tidak selalu apa-apa yang kamu anggap merugikan adalah hal-hal yang buruk untukmu. apa yang kamu anggap sebagai hal buruk yang menimpa mungkin adalah keberuntungan untukmu; kamu hanya tidak tahu, kamu hanya belum tahu. jalan kehidupanmu adalah labirin yang terlalu rumit untuk sekadar tebak-tebakan asal.

…ya, dan kalau kamu beruntung, kelak kamu akan duduk dan berpikir, bahwa sebenarnya ‘kesialan’ itu adalah keberuntunganmu. mungkin, kalau kamu cukup pintar dan beruntung.

percaya kepada dirimu sendiri. percaya kepada kekuatanmu sendiri. kebahagiaanmu tidak selalu bergantung kepada jalan yang sama dengan yang diambil oleh orang lain. lawan adalah dirimu sendiri, kebahagiaan adalah pilihanmu sendiri. dan sebelum kamu mulai berpikir bahwa ini ‘omong kosong’ atau ‘tidak masuk akal’, diam dan simpan saja dalam hati.

karena saat ini, kita tidak bisa berdebat soal ini. karena kamu tidak akan mengerti, dan aku memahami hal tersebut dengan baik. hanya saja, kamu bukannya tidak mengerti; kamu hanya belum memahami.

…kenapa? karena suatu saat, kamu akan mengerti. aku tahu kok, seperti halnya aku mengetahui bahwa kamu akan mengatakan ini ‘omong kosong’, sebelum sesaat kemudian ‘tidak masuk akal’.

tentu, kamu yang sekarang tidak akan percaya. aku sangat mengerti hal tersebut, lebih jauh dari yang bisa kamu bayangkan. tentu saja, pada saat ini kamu juga akan berpikir: ‘apa-apaan sih, yang diomongin orang sok-tahu ini?’

…apa, tebakanku sangat benar? haha. tanya kenapa.

::

terakhir, ini bonus. kamu yang sekarang mungkin tidak memahaminya, tapi ada seseorang di dekatmu yang mencoba untuk bisa memahamimu… dan kadang-kadang sepertinya agak frustrasi menghadapimu. silakan kalau kamu mau melakukan atau tidak melakukan sesuatu, yang penting jangan menyesali keputusanmu sendiri. terserah kamu sih, toh bukan urusanku juga untuk sekarang ini.

sampai di sini saja deh. kamu mungkin akan sedikit sebal membaca tulisan sok-tahu ini, tapi aku yakin bahwa kamu akan mengerti suatu saat nanti. mungkin beberapa tahun lagi atau sedikit lebih lama, tapi aku yakin bahwa kamu akan mengerti.

berdirilah di atas kakimu sendiri. jadilah seorang yang tangguh dan percaya diri. hiduplah dengan bahagia.

…karena aku tahu, kamu bisa melakukan itu.

___

—dirimu, beberapa tahun dari tempatmu sekarang.