tuhan yang hanya menonton

ini adalah dunia yang tidak sempurna; yang katanya diciptakan oleh yang Maha Sempurna, untuk makhlukNya yang konon katanya paling sempurna daripada yang lain.

apa, kamu bilang Tuhan itu Maha Kuasa? mungkin benar, tapi kalau begitu dia cuma tidak rela menunjukkan kekuasaanNya tersebut di dunia — terlepas dari makhluk ciptaanNya yang penurut sedang mencoba menebar kebaikan, atau makhlukNya yang bejat sedang berbuat kerusakan dan aniaya.

kalau begitu bagaimana kamu bisa mengatakan bahwa Tuhan itu bisa begitu adil, hanya dengan apa yang kamu lihat di dunia? mungkin benar bahwa dia memang adil, tapi kalau begitu dia cuma tidak rela menunjukkan keadilanNya itu di dunia.

kamu bisa bilang apa? Tuhan itu memang cuma menonton, kok.

kalau kamu tidak pernah mengalami kerasnya dunia atau dikerjai orang brengsek atau melihat bangsat-bangsat bebas berkeliaran di dunia, kamu tentu akan langsung menyanggah. kamu akan mengatakan bahwa dia bekerja dengan caranya sendiri, bahwa dia punya rencana lain, dan apalah yang lain sebagainya.

tapi kalau kamu lihat, dia hanya menonton. apa, kamu mau mengharapkan dia mengintervensi permufakatan jahat dengan mengirimkan bencana alam, begitu? haha.

::

coba, buka mata kamu sedikit. kamu bisa lihat orang-orang yang memulai penjajahan di atas dunia (bahkan tanpa peduli Konvensi Jenewa) masih hidup dengan aman sentosa sampai sekarang. kamu juga bisa lihat orang-orang yang melakukan pembunuhan dan pembantaian sambil membawa-bawa namaNya yang hebat itu di mana-mana: Bali, Poso, Jakarta… sampai ke New York dan Tepi Barat.

kamu bilang, itu adil? memang tidak. tapi toh dia diam saja.

sekarang, kamu lihat bagian yang lain lagi. kamu tahu, orang-orang baik bisa jadi apa di sini? whistleblower dianggap kawanan penjahat, pemberantas korupsi sampai dibekali senjata dan kevlar anti peluru, dan pegawai negeri jujur tidak dapat promosi.

dan apa yang dia lakukan?

toh kamu bisa lihat bahwa para koruptor masih duduk dengan nyaman di gedung DPR laknat itu, atau di kantor polisi yang juga sama busuknya, atau bahkan di ruangan-ruangan pengurus partai politik yang setia bagi-bagi uang lima tahun sekali.

toh kamu juga bisa lihat bahwa masih ada penipu dan perampok dan penculik berkeliaran di kota-kota, dan preman-preman terminal yang bisa jadi tukang palak dengan pisau di tangan. kalau kamu sial, kamu juga bisa melihat seseorang malang yang tiba-tiba ditusuk, atau orang lain yang ditabrak sebelum ditinggal kabur tanpa permisi.

dan apa yang dia lakukan?

::

sekarang, coba kamu bayangkan. coba kamu bayangkan ketika dia marah, dan sekali ini memperlihatkan keadilannya di dunia.

bayangkan gedung DPR disambar petir, terjadi kebakaran hebat, dan wakil-wakil rakyat yang datang dengan ongkos politik supermahal itu gosong semua bersama lembaga tempat cari suap itu. kamu bisa bayangkan itu? sayangnya, dia tidak akan melakukan itu.

kamu bisa bayangkan, polisi-polisi gendut di perempatan jalan yang suka main tilang itu tiba-tiba mati keracunan, atau tiba-tiba mendapatkan penurunan pangkat atau diberhentikan secara tidak hormat? sayangnya, dia juga tidak melakukan itu.

apa, mimpi? memang. kamu tidak bisa mengharapkan dia ikut campur dengan keadilan di dunia, kok. kamu bisa bilang dengan mudah soal keadilan di akhirat-dan-sejenisnya (dan dengan demikian masalah ini kita anggap selesai), tapi sayangnya, dia tetap hanya menonton saja di dunia.

::

karena di dunia ini ada orang-orang brengsek, dan banyak bangsat-bangsat penganiaya orang lain. toh kamu tidak bisa mengharapkan dia memberikan keadilanNya dengan serta-merta di dunia. dan kamu juga tidak bisa asal berdoa dan tahu-tahu para koruptor itu sadar dan mengembalikan uang negara, misalnya.

sedih? mungkin, terserah kamu, sih. mungkin memang manusia harus membuat jalannya sendiri di dunia ini; campur tanganNya tidak bisa terlalu diharapkan di dunia ini, dan akhirnya manusia mungkin akan kecewa.

…karena Tuhan hanya menonton, sayangnya.

11 thoughts on “tuhan yang hanya menonton”

  1. ya ampuun, gak nyangka yudi ampe mikir ke gitu. istighfar lah yud…
    ane ada suatu kisah nih, ane denger waktu mabit malem tahun baru hijriah kmaren…

    jadi ada suatu kota yang isinya itu orang bejad semua. kota itu adalah pusatnya segala bentuk kemaksiatan. Trus Allah udah nyuruh malaikat untuk memusnahkan kota tersebut. Nah… pada saat malaikat hendak memusnahkannya… tiba-tiba terdengar do’a seorang nenek, HANYA seorang nenek yang mendoakan supaya orang2 dikota itu diberi hidayah. Saat itu juga Allah SWT menyuruh malaikat untuk menghentikan eksekusinya. Itu adalah bukti keadilan tuhan.

    Allah memberikan kesempatan pada seluruh manusia untuk bertobat. Sebelum nanti, Allah benar-benar memberikan keadilan yang sebenarnya di akhirat nanti…

    yud1:

    eh… ceritanya valid gak nih? bisa divalidasi waktu dan tempatnya? 😉

    adil di akhirat? iya, tapi di dunia? coba dibaca lagi deh. saya sih gak masalah soal ‘keadilan di akhirat’ itu… tapi ini soal keyakinan, sih.

  2. Yud1…,
    APA maksud kamu bikin postingan ini?????? 😕 😕 😕
    Mengatakan Tuhan hanya menonton?
    Apa ini hanya bentuk uneg-uneg, atau karena setelah memandang sesuatu, atau telah mengalami sesuatu atau apa?
    Setau saya (sok tahu 😛 ) yud1 tidak bermasalah dengan Tuhan? tapi Kenapa bisa memunculkan posting yang kalo dibaca sekilas, seperti ‘mempertanyakan’ Tuhan????

    yud1:

    maksud saya? seperti yang dimaksudkan tulisan itu, tentu saja.

    *atau ini perasaan saya saja ya? imbas dari terlibat diskusi yang masih belum selesai mengenai ‘ketuhanan’*
    Hiks, 😥

    karena si penulis menggunakan sapaan ‘kamu’ sebagai bentuk orang ke dua, maka karena ‘saya’ adalah pembaca postingan ini, saya menganggap ‘kamu’itu termasuk ‘saya’ :mrgreen:

    Di Dunia ini, Tuhan hanya menonton?
    IMHO, mungkin itu benar dan saya juga tidak akan membantah soal itu, tapi saya juga mau bilang; itulah bentuk kebijaksanaan Tuhan. Tuhan sudah menjanjikan balasan di akhirat nanti, dan manusia memang dibebaskan untuk memilih jalan hidupnya.

    But, YES. Tuhan maha adil (saya belum berfikir untuk merubah pendapat ini), di akhirat nantilah semua amal akan diperhitungkan.

    kenapa tidak didunia?
    itulah sekali lagi bentuk keadilannya. Tuhan tidak akan memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi semua aturan dan larangannya yang cukup berat dilaksanakan bagi orang yang tidak beriman.
    kasarnya, Tuhan bilang gini “Silahkan Puas-puasin bersenang-senang dengan kebejatanmu di Dunia,bahkan akan aku lebihkan untuk kalian ‘kesenangan’ kalian itu. tapi nanti di akhirat, tunggu pembalasan Ku…” 😈

    kalau kamu tidak pernah mengalami kerasnya dunia atau dikerjai orang brengsek atau melihat bangsat-bangsat bebas berkeliaran di dunia,…

    aku pernah kok mengalami ‘musibah’ akibat dari kebejatan orang brengsek itu, yang mengakibatkan aku kehilangan hampir seluruh tabunganku seumur hidup…(yang sempat membuatku paranoid setiap bertemu orang tak dikenal untuk beberapa lamanya) tapi setelah kejadian itu aku menyadari satu hal, yang bahkan menjadi salah satu Turning point dalam hidupku 🙂

    apa, kamu mau mengharapkan dia mengintervensi permufakatan jahat dengan mengirimkan bencana alam, begitu? haha.

    jangan sinis gitu dong mas,
    apa kamu lupa sama kejadian Tsunami di Aceh?
    Tuhan itu akan mendatangkan bencana hanya kalo manusia itu sudah benar-benar bejat dan dilakukan beramai-ramai, dan tidak lagi ada di daerah itu yang mau perduli (CMIIW).

    yud1:

    tsunami di Aceh? inget dong. tapi jangan lupa juga bahwa banyak orang-orang yang tidak tahu apa-apa jadi korban. dengan demikian, bisakah kita bilang bahwa di Serambi Mekah itu orang-orangnya sudah fasik dan bejat semuanya?

    itulah bentuk keseimbangannya, saat ada yang mungkar, toh masih ada yang menyeru kebaikan, itu alasan kenapa Allah belum menghancurkan INDONESIA ini. dan mungkin negara lain.

    coba, buka mata kamu sedikit. kamu bisa lihat orang-orang yang memulai penjajahan di atas dunia … masih hidup dengan aman sentosa sampai sekarang. … pembunuhan dan pembantaian sambil membawa-bawa namaNya yang hebat itu di mana-mana…

    kamu bilang, itu adil? memang tidak. tapi toh dia diam saja.

    jangan bilang begitu mas,
    Darimana kamu Tahu kalo Tuhan itu diam saja, siksaan itu tidak hanya berbentuk fisik, tapi BATHIN.
    IMHO & AFAIK mereka membunuh, karena jiwa mereka itu ‘panas’. tapi membawa nama Tuhan dalam tingkah mereka itu, IMHO bisa saja kedok buat pembenaran supaya tidak disangka membuhuh ‘jiwa yang di haramkan untuk membunuhnya’.

    yud1:

    …ingat Imam Samudra? Amrozi? Tibo dan kawan-kawan?

    batin mereka tertekan? mana saya tahu. tapi mereka merasa melakukan hal yang ‘berbakti kepada Tuhan’, kok.

    orang-orang baik bisa jadi apa di sini?… dan pegawai negeri jujur tidak dapat promosi.

    jangan lihat yang negatifnya aja Mas, Dunia ini diciptakan memang mempunyai dua sisi.
    Makanya,lihat juga dong perusahaan yang menerapkan sistem ESQ, PN tidak dapat promosi? Biarlah, daripada dapat promosi lantas ‘dipaksa’ korupsi? pilih mana? Rezeki itu tidak datang cuma di satu tempat 😉

    yud1:

    tidak dari satu tempat, memang. tapi silakan lihat banyak guru-guru tidak bisa makan, atau orang bersih yang dikucilkan dari tempat kerja. dua sisi, benar sekali. segala sesuatu memang ada dua sisi… tapi pegawai negeri tidak bisa promosi, anak istri mau dikasih makan apa? masih mending kalau gajinya cukup buat ditabung…

    Kalo ngomongin koruptor, kamu pikir ‘tikus-tikus berdasi’ itu merasa bahagia dalam hidupnya? I don’t think so…

    Lagian BERATAN siksaan BATHINloh, daripada siksaan jasad, itu kenapa ada lagu yang menyanyikan “lebih baik sakit gigi ini, dari pada sakit hati ini…” 😉

    Uang dan kehidupan dunia ini seperti fatamorgana, dan uang ‘haram’ itu seperti air laut, yang bila diminum tambah haus. nggak ada berkatnya.

    biarlah hidup sederhana yang ‘berkecukupan’ tapi bahagia dan damai, daripada harta berlimpah tapi seperti di neraka, kuatir ini kuatir itu.

    mungkin siksaan itu tidak terlihat secara fisik, tapi jiwa…

    yud1:

    mungkin. siapa yang tahu? mungkin juga mereka bahagia, siapa yang tahu?

    saya sih tidak.

    mungkin memang manusia harus membuat jalannya sendiri di dunia ini;

    Memang Tuhan memberikan kebebasan buat manusia untuk itu. Tuhan itu ADIL, karena JALAN yang kamu jalani sekarang adalah karena PILIHAN mu. Kalo Tuhan yang tentukan, baru NGGAK adil namanya, terutama buat yang ‘kebagian’ jadi orang jahat.

    campur tanganNya tidak bisa terlalu diharapkan di dunia ini, dan akhirnya manusia mungkin akan kecewa.

    Manusia yang imannya lemahlah yang akan kecewa. Yeah, setidaknya memang hal yang wajar turun-naiknya kadar keimanan. Saya sendiri juga sering kadar keimanan merosot kelevel kritis 😛
    Tapi, saat kondisi iman saya kritis gitu (yang akhir-akhir ini lumayan sering frekwensinya), satu hal yang selalu saya ingat dan tekankan pada diri sendiri, yaitu pemikiran bahwa “Tidak akan Masuk surga Orang yang berputus asa terhadap rahmat Tuhannya”.

    yud1:

    saya tidak berputus asa terhadap rahmatNya, kok. saya cuma belajar bahwa keadilan itu harus dibuat sendiri di dunia, karena Dia tidak akan sebaik hati itu membuat orang-orang jahat dihukum seketika. bisa dibilang begitu, mungkin. 😉

  3. atau mungkin Tuhan memang tidak pernah ada, Tuhan hanya satu kata yang digunakan untuk menggambarkan hal hal yang bersifat maha dan keabsolutan, gimana mo jadi penonton sedangkan pelaku untuk melakukan aktivitas menonton tidak ada…. LOL

    Atheis…????
    Bukan …. ???
    Cuman apatis

    yud1:

    tuhan ada? itu sih masalah keyakinan… tuhan tidak ada? tidak bisa dibuktikan, tuh.

  4. Hemmm… what happen nih?
    Yudi lagi bingung ya?
    Atau lagi memancing insting berpikir qta diaktifin?
    Atau sekedar cari wacana?
    Atau kecewa seperti kata seorang temen di atas?
    Apatis?

    Kemarin temenku cerita
    Tentang keadilan Tuhan.
    Dia bilang qta (manusia) tidak akan bersabar pada keadilan Tuhan.

    Memangnya keadilan Tuhan seperti apa?

    “Tunjukkanlah ” kata manusia.

    Keadilan Tuhan itu seperti ini :

    Suatu kali di sebuah rumah ibadah ada seorang kakek tua yang mensucikan dirinya dengan air untuk beribadah. Lalu ada seorang penunggang kuda yang lewat dan transit sebentar disitu kemudian ia pergi lagi.
    Ia lupa telah meninggalkan sekantung hartanya.

    Tak lama ada seorang anak kecil mengambil air disitu. Ia melihat kantung uang itu lalu membawanya pergi.

    Si penunggang kuda kembali. Ia melihat kakek itu dan menuduhnya. Lalu akhirnya membunuhnya.

    Selesai? Lalu di mana keadilannya?
    Bukannya jadi tambah satu bukti lagi kalau ‘tuhan cuek aja’?
    Ingin protes?
    Ingin merubah cerita?

    Begini,
    Yudi tau kenapa semua tokoh selain anak kecil itu mendapatkan ‘sial’?

    Ternyata,

    Si kakek yang beribadah itu pernah membunuh orang tua si anak kecil itu tadi.

    Dan si penunggang kuda pernah tidak mengembalikan hak orangtua anak kecil tadi.

    Semua mendapatkan keadilan yang sesungguhnya. Harta ditukar harta. Nyawa ditukar nyawa.

    Jika keadilan Tuhan selalu berlaku di dunia, maka sebenarnya Tuhan tidak memberikan kesempatan hambaNya untuk bertobat. Dan itu tidak mungkin, karena Tuhan Maha Penyayang. Ia selalu menunggu hambaNya bertobat sampai pada waktu tertentu.

    Hemm… Mudah-mudahan qta ga jadi orang yang apatis terhadap Tuhan. Karena apatis mengundang atheis hehe…

    yud1:

    cerita seperti itu, biasanya sangat susah divalidasi. saya sendiri sudah mendengar cukup banyak cerita seperti itu, dan sampai sekarang masih belum bisa menemukan contoh nyata yang bisa diverifikasi kebenarannya.

    tapi tetap saja, walaupun kita bisa mengharapkan keadilanNya di akhirat, itu tidak menyelesaikan masalah utamanya: bagaimana dengan di dunia?

  5. Fuuh….!

    What I’m saying
    Sesempurna-sempurnanya akal, ilmu dan kekritisan kita gak pernah bakal mencapai kesempurnaanNya.

    CaraNya memang selalu misterius. Qt gak bakal selalu ngerti. Karena emang itulah yang namanya IMAN.

    Inget dong kisah nabi yang paling kritis, waktu dibuat KO olehNya (alias gak bisa nanya-nanya lagi?). Iman itu memaksa qt untuk percaya. Rela gak rela.

    Mudah-mudahan qta semua akhirnya bisa mengenal Dia….. Seutuhnya.

  6. Mungkin agak ga nyambung nih,, Ma malah pernah ngebahas sama orang rumah masalah hukuman potong tangan buat yang mencuri, itu hukuman di dunia kan? ntar emang diakhirat ga dihukum lagi? belom tentu ngga dihukum,, Kalo orang baik? mereka dapet pahala di akhirat *hopefully*, tapi di dunia?

    Masalahnya, balasan itu didapat kadang2 tanpa disadari yang dikasih balasan, apalagi orang yang nonton,,
    Kata Mama sih, balasan kebaikan itu bisa didapet dari pencegahan hal hal buruk yang ga terjadi, atau ketenangan hati,,

    Tapi Ma setuju kok, urusan di dunia yang berkaitan dengan ada orang yang dirugiin di dunia sih sebaiknya diselesaikan di dunia, mau ada konsekuensinya di sana sih lain urusan,, 😛
    Mau ikhlas, boleh sih,, mau maapin juga boleh, tapi kan hukum tetep berlaku,, *harusnya*

  7. Setuju mbak Amie…

    Bagaimana memverifikasi sejarah, mungkin anda sudah tahu. Walau sampai sekarang di Indonesia pelajaran sejarah di sekolah belum jauh keluar dari pakem lama (orde Baru). Tapi bagaimana memverifikasi kisah-kisah yang menyangkut mukjizat atau pembuktian bahwa Tuhan memang benar-benar turun tangan pada urusan manusia? Adakah alatnya? Tidak ada yang bisa menjelaskannya karena hal itu di luar jangkauan ruang, akal dan waktu manusia. Ianya bernama Iman. Kita akan dipaksa percaya rela atau tidak jika kita mau dibilang orang beriman.

    Bukan begitu?

    yud1:

    nah, itu dia. karena itu namanya ‘iman’, bukan ‘pengetahuan’… tapi sayangnya, sejauh ini (kelihatannya) ya seperti itu. ya begitulah, mau diapain lagi? 😉

  8. yud, ane dapet cerita baru lagi nih, untuk menyanggah tulisan nt. ane dapet dari milis, gak tau deh nt udah baca apa blom

    ————–

    Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.

    Si tukang cukur mulai memotong ram but konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.

    Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.

    Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.

    “Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.

    “Begini, coba Anda perhatikan di depan sana , di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.
    Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada,
    Adakah yang sakit??,
    Adakah anak terlantar??
    Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.
    Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”

    Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.

    Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.

    Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker- istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.

    Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata, “Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”

    Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.
    “Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”

    “Tidak!” elak si konsumen.
    “Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana “, si konsumen menambahkan.

    “Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.
    ” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.

    “Cocok!” kata si konsumen menyetujui.
    “Itulah point utama-nya!.
    Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
    Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA.
    Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”

    Si tukang cukur terbengong !!!

    yud1:

    walah, kenapa juga kesannya saya ini jadi tidak percaya keberadaan Tuhan? nggak, nggak sampai seperti itu, kok. sumpah! :mrgreen:

    tapi itu kurang menjawab persoalan bahwa ada orang-orang fasik dan zalim yang bisa dengan leluasa berbuat aniaya di muka bumi. bahkan ‘keadilan’ sendiri, pada dasarnya adalah usaha manusia untuk menjaga apa-apa yang menurut mereka ‘ideal’, di mana semua orang mendapatkan perlakuan yang fair.

    walaupun, ya, memang peran Tuhan tidak bisa dinafikan di sini, karena pada dasarnya konsep ‘keadilan’ itu datangnya dari Tuhan (dan sisanya diinterpretasikan oleh nurani manusia). memang ada sih kasus-kasus langka (misalnya azab atau mukjizat di kitab suci), tapi memang seringnya Tuhan tidak menginterferensi secara langsung kehidupan manusia untuk menegakkan hukumNya itu.

    …jadi kesimpulannya, saya masih beriman, kok. 😉

  9. maksud saya? seperti yang dimaksudkan tulisan itu, tentu saja.

    Ah, kirain lagi melayangkan jurus-jurus persuasif/propokatif/propaganda, or teori konspirasi or something. :mrgreen:

    Tapi sebenarnya saya nggak benar2 nanya kok :mrgreen:
    Seperti yang saya katakan dibawahnya, pertanyaan retorik itu muncul karena ‘pikiran sedikit terganggu’ karena saat itu sedang terlibat diskusi panas.
    Jadi maaf kalo saya kesannya agak terlalu ingin tahu atau menghakimi… 😛

    tsunami di Aceh? inget dong. tapi jangan lupa juga bahwa banyak orang-orang yang tidak tahu apa-apa jadi korban.

    yah, memang sudah takdir pak.
    Kembali ke rukun iman ada 5, salah satunya percaya kepada kadar baik dan kadar buruk.

    campur tanganNya tidak bisa terlalu diharapkan di dunia ini,…

    Setidaknya, Kita masih bisa berdoa padaNya, agar bisa mendapat kehidupan yang baik, di dunia dan akhirat.

    Pernah tidak saat berada dalam kesulitan yang sangat dan rasanya nggak mungkin bakal terselesaikan dan tak satu manusiapun bisa menolong, lalu berharap kalo bakal ada something yang bisa menolong kita?

    Biasaya orang yang percaya pada Tuhan, akan minta pertolongan pada Tuhannya. Dan saat Tuhan memberikan pertolongan itulah bentuk campur tangan tuhan.
    yang perlu diingat adalah, kapan dan bagaimana bentuk pertolongan Allah itu datang, itulah yang tidak bisa di duga.

Comments are closed.