biasanya, saya tidak membuang waktu untuk menulis tentang film atau serial yang saya review. sayangnya, kesibukan belakangan ini tidak mengizinkan saya untuk menulis sesegeranya, dan mengakibatkan review untuk film ini jadi terlambat satu bulan setelah saya pertama kali menontonnya.
benar, satu bulan. dan sebagai akibatnya, saya terpaksa menonton ulang film ini sebelum memulai review. tapi, yah… sebenarnya nggak rugi juga sih bahwa saya nonton film ini sampai dua kali.
review kali ini menyajikan bagian pertama dari adaptasi Kara no Kyoukai ke layar lebar; Kara no Kyoukai sendiri adalah sebuah serial light novel yang pertama kali dirilis oleh TYPE-MOON pada 1998. secara khusus, film ini adalah installment pertama dari rangkaian tujuh film yang direncanakan untuk proses adaptasi ini. distribusi untuk format DVD-nya sendiri baru dirilis pada Juni 2008, jadi bisa dikatakan masih cukup baru juga.
pertama kali dirilis untuk konsumsi bioskop di negara asalnya pada Desember 2007, Kara no Kyoukai: Fukan Fuukei (jp: Boundary of Emptiness: Overlooking View) sudah punya lebih dari cukup modal untuk menjadi tontonan dengan kelas tersendiri: pengisi suara papan atas (Sakamoto Maaya, Suzumura Kenichi, Tanaka Rie), aransemen dan OST dari komposer yang menjanjikan (Kajiura Yuki, untuk Project Kalafina), dan konsep cerita yang dikembangkan oleh TYPE-MOON (Nasu Kinoko, Takeuchi Takashi). sejujurnya, saya sendiri memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap adaptasi yang ditangani oleh ufotable ini.
Overlooking View diawali dengan terjadinya serangkaian kasus bunuh diri yang dilakukan oleh sejumlah siswi SMU di kota. rangkaian peristiwa bunuh diri ini dilakukan dengan cara yang sama, yaitu dengan melompat dari Fujyou Building di tengah kota; korban tidak meninggalkan wasiat, dan seluruh korban tampak tidak memiliki alasan untuk bunuh diri.
perkenalkan Ryougi Shiki, seorang gadis dengan kekuatan misterius; Aozaki Tohko, seorang magus dengan filosofi tersendiri; Kokutou Mikiya, seorang pemuda dengan insting dan kemampuan penyidikan. di antara kasus bunuh diri yang terus terjadi di kota, Mikiya yang bekerja untuk Tohko menemukan bahwa tampaknya rangkaian kasus yang terjadi bukanlah peristiwa bunuh diri biasa…
…karena sesuatu yang tidak normal sedang terjadi di antara kehidupan yang tampaknya berjalan seperti biasa.
Overlooking View adalah bagian pertama dari sebuah serial yang disusun secara anachronic.[1] dan sehubungan dengan penceritaan yang disajikan dengan gaya tersebut, adalah hal yang wajar bahwa pemirsa mungkin akan sedikit bingung bahwa terdapat banyak referensi yang belum terungkap pada episode pertama ini. adalah hal yang wajar bahwa beberapa pemirsa mungkin akan sedikit bertanya-tanya mengenai siapa sebenarnya Ryougi Shiki atau mengenai kasus Asagami Fujino yang sempat disebut-sebut oleh Tohko… yah, sebenarnya hal ini akan terungkap dalam episode-episode selanjutnya.[2]
film ini, kalau bisa dikatakan, memiliki pendekatan yang unik dari segi storytelling: tidak banyak dialog, dan tidak banyak karakter untuk konsep cerita yang cukup kompleks. tentu saja, pendekatan seperti ini cukup beresiko; dengan dialog yang cukup minim (dan banyak sekali penafsiran filosofis), film ini beresiko jatuh menjadi membingungkan bagi sebagian pemirsa. bagusnya, film ini berhasil dengan baik dalam menyajikan cerita yang kohesif tanpa banyak dialog yang tidak perlu — dengan intensitas cerita yang tetap terjaga dalam film sepanjang 50 menit ini.
bicara karakter, film ini memfokuskan cerita kepada empat karakter utama, secara berturut-turut adalah Aozaki Tohko (magus yang didesain dengan cukup funky), Kokutou Mikiya (tipikal smart, nice guy), Ryougi Shiki (cool-badass-but- a-girl-nonetheless)[3], dan Fujyou Kirie (bedridden-girl yang memiliki peran tersendiri). bagusnya, penyajian cerita dalam film ini berhasil mempertahankan fokus eksplorasi terhadap seluruh karakter, dengan pembagian tempat yang juga pas. hal yang cukup wajar sih, bahwa dengan fokus karakter yang tidak terlalu banyak, eksplorasi dan character development dapat dilakukan secara merata.
terlepas dari soal konsep cerita dan storytelling, nilai lebih dari film ini terletak dalam eksekusi musical scores dan soundtrack yang bisa dikatakan luar biasa. aransemen yang ditampilkan sukses dalam membangun suasana untuk sebuah film dengan genre thriller — tapi bagian paling mengesankan adalah aransemen yang disajikan untuk adegan pertempuran di atap Fujyou Building. hasilnya? sudahlah. tidak perlu banyak kata, salut untuk hasil karya yang brilian dari Kajiura Yuki.
soundtrack dari film ini dibawakan oleh Kalafina, yang juga didukung oleh Kajiura Yuki — menjelaskan nama Project Kalafina yang sempat disinggung di awal tulisan ini. nomor dengan judul Oblivious ini tampil dengan gaya alternatif dengan racikan khas Kajiura-san[4], dan berhasil menjadikannya memorable sebagai penutup dari film yang juga memorable ini.
secara visual… film ini juga tidak kurang dari luar biasa. artwork dan desain karakter dirancang ulang dari desain untuk ilustrasi novel, dengan perombakan yang cukup signifikan terhadap gaya dari artwork sebelumnya. terdapat beberapa ‘kontroversi’ juga sih, misalnya bahwa Aozaki Tohko dalam film digambarkan dengan rambut coklat (di ilustrasi novelnya, biru). meskipun demikian, terlepas dari hal tersebut serial ini tampil lumayan dari segi artwork — ada perbedaan gaya, namun secara umum keduanya sama-sama enak dilihat.
namun kekuatan utama pada visual film ini adalah eksekusi latar dan pengambilan sudut yang dilakukan dengan sangat baik. detail seperti percikan air dan semburan darah digambarkan dengan manis, dengan pengambilan sudut yang kreatif. didukung dengan efek khusus yang juga istimewa, hal ini berhasil dengan baik dalam memberikan pengalaman visual tersendiri dalam film — khususnya dalam adegan-adegan yang menjadi klimaks dari cerita.
film ini adalah bagian pertama dari sebuah rangkaian film sepanjang 7 episode. dengan penyajian cerita yang dilakukan secara anachronic, sebagian pemirsa mungkin akan sedikit bingung mengenai referensi yang belum terjelaskan pada bagian pertama ini. tentu saja, tidak boleh dilupakan bahwa film ini tampil ‘gelap’ (animated violence, lengkap dengan gore yang mungkin agak mengganggu), dan dengan demikian film ini bukanlah tontonan untuk semua umur.
secara umum, film ini memenuhi semua ekspektasi saya sebagai hasil adaptasi dari Kara no Kyoukai dalam versi layar lebar. beberapa pemirsa mungkin akan menemukan bahwa film ini ‘agak membingungkan’ dan ‘terlalu gelap’… yah, bisa dikatakan memang begitulah adanya.
oh well… tapi saya memberi nilai tinggi untuk film ini. memang bukan untuk selera semua orang, sih.
___
[1] anachronic: urutan cerita tidak disajikan secara kronologis. timeline-wise, urutan episode Kara no Kyoukai adalah #2 – #4 – #3 – #1 – #5 – #6 – #7.
[2] saya sempat mengikuti versi novelnya sebelum menonton versi adaptasinya untuk layar lebar, makanya bisa bilang begitu.
[3] Ryougi Shiki? cool, badass… but still a girl nonetheless. tidak banyak bicara, dan tidak perlu banyak dialog untuk menggambarkan hubungannya dengan Mikiya. FYI, mbak ini sukses mengkudeta posisi Tohsaka Rin sebagai karakter favorit saya.
[4] kalau anda familiar dengan FictionJunction dan beberapa lagu dari See-Saw, gayanya mirip-mirip seperti itu… wajar sih, FictionJunction kan salah satu kolaborasi dari Kajiura Yuki juga.