memperhatikan perolehan yang diraih oleh pendahulunya, saya sedikit banyak memiliki harapan terhadap serial yang menjadi bagian terakhir dari rangkaian cerita Code Geass ini. walaupun pendahulunya sendiri bukannya tanpa kekurangan, tapi toh pencapaian tersebut tidak bisa diabaikan — penerimaan yang sangat baik di negara asalnya diikuti franchise yang juga merambah manga serta light novel menjadi bagian dari kesuksesan installment pertama serial ini.
formulanya sendiri masih sama: mecha, intrik dan perseteruan politik, perang besar-besaran… dalam konteks cerita yang masih melanjutkan perjalanan selepas akhir cerita pada bagian pertama.
2018 ATB, satu tahun setelah akhir cerita dari Code Geass: Lelouch of the Rebellion. pada saat ini Jepang masih berada di bawah kolonisasi Britania Raya, dengan nama Area 11. seiring dengan gagalnya pemberontakan oleh Order of the Black Knights pada pertempuran terakhir di Area 11, sisa-sisa anggota dari pemberontakan ini kemudian ditawan sebagai penjahat perang oleh pihak Britania Raya.
sementara itu, Lelouch vi Britannia diceritakan telah kembali ke kehidupan sebagai seorang siswa Ashford Academy di Area 11, dengan nama Lelouch Lamperouge. selama setahun setelah akhir dari pemberontakan, ia tampak tidak memiliki ingatan terhadap pertempuran terakhir di Area 11.
terdapat hal yang aneh bahwa kini Lelouch kehilangan kekuatan Geass dan ingatannya terhadap pemberontakan satu tahun lalu, termasuk peranannya sebagai Zero dari Order of the Black Knights yang memimpin gerakan pembebasan Jepang. keanehan ini terus berlanjut dengan kehadiran Rolo, adik laki-laki dari Lelouch yang seharusnya tidak pernah ada…
sejak episode pertama, serial ini langsung tancap gas dengan pace yang tinggi: Lelouch yang kehilangan ingatan, kembalinya Zero ke Order of Black Knights, konsolidasi dan konflik dengan Federasi Cina… semua dirangkum dengan intensitas yang terjaga dengan sangat baik dari awal sampai pertengahan serial. sejujurnya, serial ini seolah tak kekurangan bahan bakar dalam membuat twist dan kejutan sepanjang perjalanan cerita yang ditata dengan apik sampai paruh pertama serial.
tapi sayangnya, cacat pertama dari serial ini justru datang di pertengahan serial. pace yang dibangun dengan kecepatan tinggi dan intensitas yang terus terjaga sejak awal cerita tiba-tiba seolah tersia-sia dengan rangkaian peristiwa yang terasa kurang perlu; sangat disayangkan bahwa serial ini ternyata masih belum bisa melepaskan diri dari kekurangan yang dimiliki oleh pendahulunya.
bagusnya, hal ini setidaknya bisa sedikit di-cover oleh eksekusi episode-episode selanjutnya dalam paruh kedua perjalanan cerita. dengan pace dan intensitas yang juga ditangani dengan sama baiknya, serial ini berhasil dengan baik dalam eksekusi storytelling dengan kualitas di atas rata-rata… tapi sayangnya, lagi-lagi eksekusi yang sangat baik ini kembali drop menjelang akhir serial.
mendekati akhir cerita, serial ini seolah kehilangan greget; beberapa twist yang dimunculkan tidak cukup berhasil dalam mengangkat kembali serial ini — twist terakhir di ujung cerita memang cukup mencuri perhatian, namun sayangnya tidak dapat terlalu banyak menolong untuk storytelling yang mulai kehilangan daya pikatnya untuk empat episode terakhir dari serial ini.
terlepas dari kekurangan di bagian storyline dan storytelling, serial ini tampil dengan eksekusi visual di atas rata-rata. bukan hal yang tidak terduga juga sih, mengingat proses produksinya ditangani oleh SUNRISE, adegan pertarungan antar mecha berikut efek-efek terkait tampil dengan apik… tapi terkait visual, serial ini juga memiliki catatan tersendiri.
bicara soal visual, berarti terkait secara khusus dengan artwork dan desain karakter. sayangnya, departemen desain karakter untuk serial ini juga tidak tampil maksimal; beberapa karakter seperti Lelouch Lamperouge, Sumeragi Kaguya, dan Schneizel el Britannia memang tampil menonjol dengan desain yang apik… sementara beberapa karakter yang lain tampil dengan outfit yang terasa kurang pada tempatnya.
mungkin terkait pemilihan warna juga sih, tapi bisakah anda membayangkan seorang anggota pasukan elit negara adidaya mengenakan kostum cerah berwarna-warni? Li Xingke yang jadi panglima Federasi Cina didesain dengan kostum yang… aduh, kok serial ini jadi seperti film anak-anak? desain seragam Knights of Round terasa terlalu ‘cerah’ untuk para pilot elit dengan gelar ksatria, dan jangan lupakan pula desain kostum kerajaan Britania Raya yang ‘entah kenapa kok bisa begitu’.
tentu saja, perlu diperhatikan bahwa serial ini tampil sangat baik secara visual, terkait efek dan eksekusi adegan dalam cerita. tapi berhubung konteks visual ini juga terkait artwork, akhirnya jadi drawback tersendiri juga sih untuk bagian ini.
dari departemen sound, serial ini tampil sangat baik dari segi musical scores. tidak sampai benar-benar istimewa sih, tapi setidaknya cukup di atas rata-rata. efek suara dieksekusi dengan cukup baik, khususnya untuk adegan-adegan pertempuran yang memang cukup berlimpah sepanjang perjalanan serial ini.
OST untuk serial ini terdiri atas empat nomor, dua untuk opening, dan dua lagi untuk ending. opening theme-nya diisi oleh O2 dari Orange Range, sebelum digantikan oleh World End dari Flow. keduanya cukup enak didengar, setidaknya di telinga saya; tapi toh tidak terlalu memorable juga, dan akhirnya jatuhnya lebih ke arah pop dan terkesan mainstream.
di bagian ending theme, ada Shiawase Neiro (jp: tone of happiness) yang kembali dibawakan oleh Orange Range. tampil dengan nuansa mild untuk sebuah lagu bergaya pop, lagu ini sedikit mengingatkan akan Mosaic Kakera dari SunSet Swish di season pertama. memasuki paruh kedua serial, nomor untuk ending theme kemudian diisi oleh Waga Routashi Aku no Hana (jp: my beautiful flower of evil) dari Ali Project yang kembali tampil dengan gaya alternatif yang unik dan cukup khas, menemani ilustrasi dari CLAMP yang tampil di akhir setiap episode.
secara umum, OST yang disajikan untuk serial ini tampil lumayan… tapi toh tidak sampai benar-benar istimewa. saya sendiri masih lebih menyukai set OST yang disajikan di season pertama, tapi mungkin hal ini tergantung selera sih.
serial ini dieksekusi dengan serius, dan tidak mengherankan bahwa serial ini mampu mendapatkan penerimaan yang sangat baik di negara asalnya. hal ini terkait secara langsung dengan fanbase yang juga telah terbentuk sejak rilis season pertamanya, dan dengan demikian memberikan basis pemirsa yang loyal untuk menyaksikan kelanjutan dari serial ini.
tentu saja, perlu dicatat bahwa serial ini juga tidak sempurna; eksekusi jalan cerita dan storytelling menjadi drawback utama, diikuti oleh desain karakter yang terasa agak kurang pas di beberapa bagian dari serial ini. musical scores di atas rata-rata, sementara OST yang disajikan terasa agak terlalu ‘biasa’ walaupun sama sekali tidak bisa dikatakan buruk.
oh well, but it sells. meskipun demikian, sepertinya serial ini masih belum akan dilupakan untuk waktu yang agak lama juga, sih.