code geass: lelouch of the rebellion r2

memperhatikan perolehan yang diraih oleh pendahulunya, saya sedikit banyak memiliki harapan terhadap serial yang menjadi bagian terakhir dari rangkaian cerita Code Geass ini. walaupun pendahulunya sendiri bukannya tanpa kekurangan, tapi toh pencapaian tersebut tidak bisa diabaikan — penerimaan yang sangat baik di negara asalnya diikuti franchise yang juga merambah manga serta light novel menjadi bagian dari kesuksesan installment pertama serial ini.

formulanya sendiri masih sama: mecha, intrik dan perseteruan politik, perang besar-besaran… dalam konteks cerita yang masih melanjutkan perjalanan selepas akhir cerita pada bagian pertama.

[cgr2-06.jpg]

2018 ATB, satu tahun setelah akhir cerita dari Code Geass: Lelouch of the Rebellion. pada saat ini Jepang masih berada di bawah kolonisasi Britania Raya, dengan nama Area 11. seiring dengan gagalnya pemberontakan oleh Order of the Black Knights pada pertempuran terakhir di Area 11, sisa-sisa anggota dari pemberontakan ini kemudian ditawan sebagai penjahat perang oleh pihak Britania Raya.

sementara itu, Lelouch vi Britannia diceritakan telah kembali ke kehidupan sebagai seorang siswa Ashford Academy di Area 11, dengan nama Lelouch Lamperouge. selama setahun setelah akhir dari pemberontakan, ia tampak tidak memiliki ingatan terhadap pertempuran terakhir di Area 11.

terdapat hal yang aneh bahwa kini Lelouch kehilangan kekuatan Geass dan ingatannya terhadap pemberontakan satu tahun lalu, termasuk peranannya sebagai Zero dari Order of the Black Knights yang memimpin gerakan pembebasan Jepang. keanehan ini terus berlanjut dengan kehadiran Rolo, adik laki-laki dari Lelouch yang seharusnya tidak pernah ada…

[cgr2-01.jpg]

sejak episode pertama, serial ini langsung tancap gas dengan pace yang tinggi: Lelouch yang kehilangan ingatan, kembalinya Zero ke Order of Black Knights, konsolidasi dan konflik dengan Federasi Cina… semua dirangkum dengan intensitas yang terjaga dengan sangat baik dari awal sampai pertengahan serial. sejujurnya, serial ini seolah tak kekurangan bahan bakar dalam membuat twist dan kejutan sepanjang perjalanan cerita yang ditata dengan apik sampai paruh pertama serial.

tapi sayangnya, cacat pertama dari serial ini justru datang di pertengahan serial. pace yang dibangun dengan kecepatan tinggi dan intensitas yang terus terjaga sejak awal cerita tiba-tiba seolah tersia-sia dengan rangkaian peristiwa yang terasa kurang perlu; sangat disayangkan bahwa serial ini ternyata masih belum bisa melepaskan diri dari kekurangan yang dimiliki oleh pendahulunya.

bagusnya, hal ini setidaknya bisa sedikit di-cover oleh eksekusi episode-episode selanjutnya dalam paruh kedua perjalanan cerita. dengan pace dan intensitas yang juga ditangani dengan sama baiknya, serial ini berhasil dengan baik dalam eksekusi storytelling dengan kualitas di atas rata-rata… tapi sayangnya, lagi-lagi eksekusi yang sangat baik ini kembali drop menjelang akhir serial.

mendekati akhir cerita, serial ini seolah kehilangan greget; beberapa twist yang dimunculkan tidak cukup berhasil dalam mengangkat kembali serial ini — twist terakhir di ujung cerita memang cukup mencuri perhatian, namun sayangnya tidak dapat terlalu banyak menolong untuk storytelling yang mulai kehilangan daya pikatnya untuk empat episode terakhir dari serial ini.

 [cgr2-00.jpg]

terlepas dari kekurangan di bagian storyline dan storytelling, serial ini tampil dengan eksekusi visual di atas rata-rata. bukan hal yang tidak terduga juga sih, mengingat proses produksinya ditangani oleh SUNRISE, adegan pertarungan antar mecha berikut efek-efek terkait tampil dengan apik… tapi terkait visual, serial ini juga memiliki catatan tersendiri.

bicara soal visual, berarti terkait secara khusus dengan artwork dan desain karakter. sayangnya, departemen desain karakter untuk serial ini juga tidak tampil maksimal; beberapa karakter seperti Lelouch Lamperouge, Sumeragi Kaguya, dan Schneizel el Britannia memang tampil menonjol dengan desain yang apik… sementara beberapa karakter yang lain tampil dengan outfit yang terasa kurang pada tempatnya.

mungkin terkait pemilihan warna juga sih, tapi bisakah anda membayangkan seorang anggota pasukan elit negara adidaya mengenakan kostum cerah berwarna-warni? Li Xingke yang jadi panglima Federasi Cina didesain dengan kostum yang… aduh, kok serial ini jadi seperti film anak-anak? desain seragam Knights of Round terasa terlalu ‘cerah’ untuk para pilot elit dengan gelar ksatria, dan jangan lupakan pula desain kostum kerajaan Britania Raya yang ‘entah kenapa kok bisa begitu’.

tentu saja, perlu diperhatikan bahwa serial ini tampil sangat baik secara visual, terkait efek dan eksekusi adegan dalam cerita. tapi berhubung konteks visual ini juga terkait artwork, akhirnya jadi drawback tersendiri juga sih untuk bagian ini.

[cgr2-03.jpg]

dari departemen sound, serial ini tampil sangat baik dari segi musical scores. tidak sampai benar-benar istimewa sih, tapi setidaknya cukup di atas rata-rata. efek suara dieksekusi dengan cukup baik, khususnya untuk adegan-adegan pertempuran yang memang cukup berlimpah sepanjang perjalanan serial ini.

OST untuk serial ini terdiri atas empat nomor, dua untuk opening, dan dua lagi untuk ending. opening theme-nya diisi oleh O2 dari Orange Range, sebelum digantikan oleh World End dari Flow. keduanya cukup enak didengar, setidaknya di telinga saya; tapi toh tidak terlalu memorable juga, dan akhirnya jatuhnya lebih ke arah pop dan terkesan mainstream.

di bagian ending theme, ada Shiawase Neiro (jp: tone of happiness) yang kembali dibawakan oleh Orange Range. tampil dengan nuansa mild untuk sebuah lagu bergaya pop, lagu ini sedikit mengingatkan akan Mosaic Kakera dari SunSet Swish di season pertama. memasuki paruh kedua serial, nomor untuk ending theme kemudian diisi oleh Waga Routashi Aku no Hana (jp: my beautiful flower of evil) dari Ali Project yang kembali tampil dengan gaya alternatif yang unik dan cukup khas, menemani ilustrasi dari CLAMP yang tampil di akhir setiap episode.

secara umum, OST yang disajikan untuk serial ini tampil lumayan… tapi toh tidak sampai benar-benar istimewa. saya sendiri masih lebih menyukai set OST yang disajikan di season pertama, tapi mungkin hal ini tergantung selera sih.

[cgr2-02.jpg]

serial ini dieksekusi dengan serius, dan tidak mengherankan bahwa serial ini mampu mendapatkan penerimaan yang sangat baik di negara asalnya. hal ini terkait secara langsung dengan fanbase yang juga telah terbentuk sejak rilis season pertamanya, dan dengan demikian memberikan basis pemirsa yang loyal untuk menyaksikan kelanjutan dari serial ini.

tentu saja, perlu dicatat bahwa serial ini juga tidak sempurna; eksekusi jalan cerita dan storytelling menjadi drawback utama, diikuti oleh desain karakter yang terasa agak kurang pas di beberapa bagian dari serial ini. musical scores di atas rata-rata, sementara OST yang disajikan terasa agak terlalu ‘biasa’ walaupun sama sekali tidak bisa dikatakan buruk.

oh well, but it sells. meskipun demikian, sepertinya serial ini masih belum akan dilupakan untuk waktu yang agak lama juga, sih.

19 thoughts on “code geass: lelouch of the rebellion r2”

  1. IMHO, ada satu hal yang belum disebut: kualitas scores meningkat dibandingkan season 1. ^^

    Soal episode 21-24… emang trainwreck tuh. Banyak kejadian ‘ajaib’-nya pula. (-_-)

    Dan terakhir…

    …SEJAK KAPAN anak2 CG digambar pake gaya X?? 😯 For God’s sake — Suzaku dirantai-rantai dan punya sayap!! XD

    *OMGWTFBBQLOL* 😆

    Reply
  2. pace yang dibangun dengan kecepatan tinggi dan intensitas yang terus terjaga sejak awal cerita tiba-tiba seolah tersia-sia dengan rangkaian peristiwa yang terasa kurang perlu

    Hah? ada yah? yg mana adegan yg gak perlu? perasaan itu sudah cukup compact….

    …SEJAK KAPAN anak2 CG digambar pake gaya X?? 😯 For God’s sake — Suzaku dirantai-rantai dan punya sayap!! XD

    thats “fangirling” booster, dude xD.and it works…

    Reply
  3. sora-kun:

    …SEJAK KAPAN anak2 CG digambar pake gaya X?? For God’s sake — Suzaku dirantai-rantai dan punya sayap!! XD

    *OMGWTFBBQLOL* 😆

    kalau maksudnya ilustrasi pas ending theme, ya itu kan memang gambarnya CLAMP. kalau soal itu sih… ah, anda ini kayak nggak tau CLAMP saja. :mrgreen:

    Apret:

    Hah? ada yah? yg mana adegan yg gak perlu? perasaan itu sudah cukup compact….

    dua orang Knights of Round mendadak jadi murid pindahan? ya ampun. ‘acara mengejar Lulu’ waktu Cupid’s Day? ya ampun. Knightmare Frame dipakai buat main petak umpet? ya ampun.

    OMFG, gw malah mikir kalau sebaiknya episode itu dibuang aja… kalau nggak inget bahwa masih ada plot turning point yang diselipin di tengah situ. :mrgreen:

     

    btw, kalau mau dibeberin semua sih, sebenernya review ini bisa panjang banget… terutama dari aspek storytelling. soal suspension of disbelief, misalnya, serial ini lumayan OK di paruh pertama sampai menjelang akhir cerita. karakterisasi yang kayaknya memang ‘dirancang’ untuk meraih segmen pemirsa tertentu, tadinya juga mau di-cover… tapi akhirnya nggak jadi dimasukin, sih. 🙄

    tapi secara umum,

    Geass is a powerful spice. use it properly, you have brilliant twist. use it too much, you get nothing but sore.

    that. 😎

    Reply
  4. @ yud1

    kalau soal itu sih… ah, anda ini kayak nggak tau CLAMP saja. :mrgreen:

    …that says much. Oh well. ^^;

    @ Apret

    thats “fangirling” booster, dude xD.and it works…

    Apa-apaan itu? Jauh lebih keren ilustrasinya Euphie + Cornelia di ending #1!! 😈

    it’s yurilicious!

    *digebok pemukul kasti*

    Reply
  5. hahaha….. akhirnya di-review juga….

    4 episode terakhir yang mana yah?
    udah lupa, file-nya juga udah dihapus….. ;p
    sempat di-burn sih, cuman malas nyari lagi…..

    yang pasti sempat bosan soal cerita “Ragnarok of Junction”, “World of C”, dan sekitar itu… (lupa episode brapa)
    cerita tentang Charles dan Marianne yang ingin jadi ‘dewa’, dan dunia-tanpa-kebohongan-nya itu entah kenapa terasa membosankan… –`

    akhirnya, salah satu pertanyaan dari season 1 yang gw harap bisa kejawab malah tidak dijawab… “Geass itu awalnya dari mana sich?”
    (atau mungkin dijawab tapi gw ga pratiin ya?)

    Reply
  6. Kalau mau dibilang, saya belum puas ngikutin cerita ini.

    Masih banyak misteri yang belum saya ketahui. Mungkin ada di kendala bahasa juga, berhubung saya nonton dari internet dengan fansub yang agak payah.
    harus translate sendiri. Jadi bikin bingung.

    Misterinya sih… seperti siapa C.C sebenarnya, dll.

    Selain itu, endingnya yah… ‘mau-tidak-mau harus diterima’, begitu kesannya. Mengecewakan, tapi yah…
    Agak kaget juga, soalnya saya nonton agak telat. Dan tahu begitu liat spoiler dari salah satu animeblogger.

    Soal endingnya, memang benar-benar (sepertinya) mengguncang dunia Otaku sedunia. banyak fans yang kecewa, bahkan mengira, pengemudi kereta kuda itu Lelouch yang sesungguhnya. 😆
    Padahal sih, sudah jelas-jelas…
    Masih banyak lagi sih info ga jelasnya; tentang CG season 3 dan alasan kenapa CG diakhiri di season 2. Tapi, entahlah… ^^

    saya sendiri masih lebih menyukai set OST yang disajikan di season pertama, tapi mungkin hal ini tergantung selera sih.

    saya juga merasakan hal yang sama… jauh lebih spesial yang season 1.
    tapi insert theme terakhir yang judulnya continued story itu yang (IMO) lumayan baik…

    Reply
  7. syaorannatsume:

    Soal endingnya, memang benar-benar (sepertinya) mengguncang dunia Otaku sedunia. banyak fans yang kecewa, bahkan mengira, pengemudi kereta kuda itu Lelouch yang sesungguhnya.

    Lelouch. is. dead. 😎

    harapan banyak fangirl dari seluruh dunia tidak bisa mengubah kenyataan pahit, anak muda. :mrgreen:

    L`yNx:

    “Geass itu awalnya dari mana sich?”
    (atau mungkin dijawab tapi gw ga pratiin ya?)

    kayaknya sih asalnya dari semacam anomali yang jadi legenda, gitu deh. seperti Highlander, mungkin? terus dieksploitasi dengan riset, dan jadilah kayak begitu.

    ~and another hyper-realism yadda-yadda throughout the series :mrgreen:

    Reply
  8. Lelouch. is. dead. 😎

    harapan banyak fangirl dari seluruh dunia tidak bisa mengubah kenyataan pahit, anak muda. :mrgreen:

    yeah…bitter ending is still an ending, right?
    *kembali meratapi lelouch dan berpikir bahwa suzaku lebih pantas mati*

    Reply
  9. Lelouch. is. dead. 😎

    harapan banyak fangirl dari seluruh dunia tidak bisa mengubah kenyataan pahit, anak muda. :mrgreen:

    Nggak percaya. :mrgreen:

    Udah banyak orang2 di R2 yang bangkit dari kubur. Nunnally, Sayoko-san, Cornelia, Guilford, Suzaku… apa susahnya nambahin seorang Lulu. 😆

    [/sarcasm]

    Reply
  10. Kalo Suzaku kan udah di-cast “live on”, tapi yang laen tuh…… /swt

    Kenapa juga Cornellia n Guilford mesti hidup, biarin mati juga gapapa…. ;p ;p

    Lelouch juga kayaknya masih hidup, soalnya si Orange ga mungkin senyum kalo dia udah tau ‘tuan’-nya mau mati….. mengingat ‘kesetian’-nya yang ga masuk akal…. –`

    Reply
  11. Lulu lebih ganteng kalo tetep mati. Percayalah

    somewhat agree!
    walopun ga rela dia mati tapi kalo dia hidup lagi, bakalan keliatan….mekso.
    well, ruru-sama, i guess it can’t be helped then….
    *kembali berduka*

    Reply
  12. sudah kuduga ending-nya bakal begitu.. u.u

    but he’s not dead. tau kenapa keyakinan itu nancep banget di batinku *halah* aku cuman berharap lulu bahagia… hiks..

    dan satu lagi. suzaku… argh!! boleh gak klo aku nyekek dia??

    Reply

Leave a Reply to yud1 Cancel reply