sepotong kartu natal

sebenarnya, saya sudah memutuskan untuk memulai proyek-sambil-iseng berupa desain kartu digital sejak setahun lalu, tepatnya untuk kartu Natal edisi 2007. meskipun demikian, apa daya — sebagai mahasiswa yang (saat itu) sedang berjuang di akhir semester, akhirnya momen tersebut terlewatkan dan saya baru sempat membuat desain untuk tahun baru 2008.

tahun ini, ternyata kok ya tidak jauh berbeda. bertekad untuk tidak melewatkan Natal tanpa desain kartu digital, tapi akhirnya nyaris terlewat pula karena beberapa kesibukan. agak menyebalkan memang, tapi mau bagaimana lagi — jadi akhirnya, untuk tahun ini…

…ada kartu natal dari saya, pembaca. 😉

[Christmas-2008ed]

super-deformed Ryougi Shiki, Christmas outfit. Selamat Natal bagi anda yang merayakan, pembaca.

sepotong kartu Natal, dan tak ketinggalan ungkapan Selamat Natal dari saya untuk pembaca yang merayakan. ngomong-ngomong, saya sendiri selalu berpikir bahwa untuk keperluan ini ungkapan seharusnya bukanlah ‘Happy Holiday’ atau ‘Season’s Greetings’, walaupun ungkapan tersebut cukup umum juga… tapi mungkin hal ini bisa jadi diskusi tersendiri, sih.

anyway. wishing you a blessed and joyful Christmas…

…Merry Christmas! 😉

___

[1] diselesaikan pada dini hari 25 Desember — ditemani oleh Canon, Air, Clair de Lune… dan Nocturne-nya Chopin yang kayaknya menyindir saya pada dini hari seperti ini. *duh*

[2] diselesaikan juga setelah merasa akan kena flu dengan gejala-gejala ringan yang mulai sedikit terasa. perlu istirahat, sepertinya.

perjalanan menuju kedewasaan

“dibandingkan anak SMU, mahasiswa tingkat akhir mungkin kelihatan lebih dewasa. kenyataannya, tidak banyak yang berubah; orang dewasa juga sering salah…”

___

sewaktu saya masih kecil dulu, saya sering berpikir bahwa dunia orang dewasa adalah tempat orang-orang yang saya anggap hebat; orang-orang yang selalu bisa bersikap dan memberikan teladan kepada saya. tentu saja, saya yang pada saat itu memandang kagum kepada orang-orang dewasa di sekitar saya, dari mana saya belajar banyak hal tentang kehidupan: bersikap jujur. toleransi. tenggang rasa. menepati janji. dan mungkin masih banyak lagi, yang tidak bisa benar-benar saya ingat untuk disebutkan satu per satu.

setidaknya, dengan demikian saya sebagai seorang anak kecil memutuskan untuk mengikuti apa-apa yang telah diajarkan kepada saya tersebut — walaupun mungkin kadang-kadang saya masih juga nggak nurut, tapi di mata saya orang-orang dewasa di sekitar saya adalah orang-orang dengan jejak langkah yang akan saya ikuti.

demikian juga ketika saya tumbuh dan berkembang dalam perjalanan menuju kedewasaan; saya sebagai siswa SD, lalu SMP, SMU — di mata saya, orang-orang dewasa adalah mereka yang (seharusnya) bisa menunjukkan dan menjalankan nilai-nilai yang saya anggap penting dalam kehidupan. tentu saja, saya pada saat itu juga mengetahui bahwa ada juga orang-orang dewasa yang ‘tidak seperti itu’, tapi secara umum saya pada saat itu berpandangan bahwa memang ada hal-hal yang tidak perlu saya ikuti dari contoh-contoh tersebut.

::

sekarang, saya adalah bagian dari mereka yang disebut sebagai ‘orang dewasa’. atau setidaknya secara legal, begitulah keadaannya — technically, I’m a legal adult. dan dengan demikian, saya kini berada dalam dunia yang dulu saya pandang dengan kagum, bahwa orang-orang ini adalah mereka yang saya anggap hebat dan layak saya teladani.

tapi benarkah? mungkin, sebenarnya tidak.

hal yang saya peroleh dari perjalanan ini adalah, bahwa bagian paling penting dari perjalanan menuju kedewasaan adalah ketika saya menyadari bahwa mereka yang dulu saya pandang dengan kagum ternyata juga tidak sempurna; orang dewasa juga sering salah, dan orang dewasa juga tidak selalu benar.

saya dulu belajar untuk selalu bersikap jujur; tapi sekarang, ketika saya dewasa, berapa banyak orang dewasa yang bahkan dengan ringan berbohong kepada anak kecil? saya dulu belajar untuk selalu menepati janji; tapi sekarang, berapa banyak orang dewasa yang dengan mudah membuat janji dan tidak menepatinya?

dan pertanyaan-pertanyaan lain, yang mungkin lebih sederhana. berapa banyak dari kita, sebagai orang dewasa, yang masih bisa mengatakan ‘maaf’ setelah melakukan kesalahan? berapa banyak dari kita, sebagai orang dewasa, yang mengatakan ‘terima kasih’ kepada kasir di minimarket atau petugas di pom bensin?

mungkin tidak banyak, dan kebanyakan dari kita mungkin malah terjebak dalam alasan-alasan yang pragmatis dan cenderung superfisial itu; kita bekerja, capek, dan berharap untuk dimaklumi. kenyataannya, hal-hal seperti itu cuma jadi alasan saja, kan? pada akhirnya, sebagai orang dewasa kita kehilangan banyak hal, dengan alasan yang lagi-lagi seperti itu saja.

kenyataannya, orang dewasa juga sering salah. orang dewasa juga kadang tidak ingin memahami, dan cenderung egois dalam banyak kesempatan. tapi mungkin memang begitulah keadaannya — manusia yang tidak sempurna, mudah berprasangka, dan kadang juga banyak salah dan lupa dalam menghadapi berbagai keadaan.

tentu saja, seperti yang sudah saya sebutkan tadi — bagian paling penting dari perjalanan menuju kedewasaan adalah ketika kita menyadari bahwa orang dewasa juga tidak sempurna. orang dewasa juga sering salah, walaupun seringkali kurang bersedia mengakui. mungkin memang begitulah keadaannya, dan kita memang hidup di dunia yang juga tidak sempurna.

…entah kenapa, saya menemukan bahwa hal ini agak ironis.

::

hari-hari ini, saya kembali teringat kutipan dari Soe Hok Gie: nasib terbaik adalah tidak dilahirkan; yang kedua adalah dilahirkan tapi mati muda, sedangkan nasib paling sial adalah mati di usia tua.

dipikir-pikir, mungkin benar juga sih — mungkin memang manusia cenderung bertambah buruk seiring mereka dewasa.

…tapi, yah, saya sendiri juga nggak berencana mati muda, kok. :mrgreen:

jujur saja…

+ “eh, nanya dong. kenapa kamu bilang saya harus jujur sama diri saya sendiri?”
“yah… karena orang yang tidak bisa jujur kepada diri sendiri, bukankah sama juga dengan orang yang tertindas?”

___

saya seringkali berpikir bahwa masalah yang timbul dari hubungan antar manusia seringkali berawal dari ketidakjujuran. ketidakjujuran kepada diri sendiri, dan kadang-kadang juga diikuti ketidakjujuran kepada orang lain. kadang-kadang agak membingungkan… tapi kita memang hidup di dunia yang tidak sempurna, kan?

kebetulan, saya sempat dicurhati berdiskusi dengan beberapa orang rekan soal ‘hubungan antar manusia’ ini… dan secara kebetulan(?) pula, topiknya tidak jauh-jauh dari topik sepanjang-masa yang kayaknya tidak ada habisnya: it’s boy-meets-girl stories, dari sisi sang gadis tentunya. :mrgreen:

tentu saja, masalahnya juga berbeda-beda. tapi ada hal yang menarik, bahwa ternyata (sebagian dari) tanggapan saya terhadap berbagai keadaan tersebut tidak benar-benar jauh berbeda:

sudahlah, jujur saja sama diri sendiri… 😉

kedengarannya gampang. tapi percayalah pembaca, ini adalah hal yang susah. sungguh, dan saya nggak bohong soal ini. :mrgreen:

manusia, kadang-kadang bingung dengan pikiran dan perasaan mereka. kadang-kadang, manusia memilih untuk bersikap ‘tidak jujur’ kepada diri mereka sendiri, dan pada akhirnya tidak ada yang beruntung dengan keadaan tersebut. alasannya mungkin macam-macam, dan mungkin sama sekali tidak salah. lagipula, dibilang begitu juga… sebenarnya tidak ada hal yang benar-benar ‘salah’ atau ‘benar’ juga kan, untuk hal seperti ini.

seandainya manusia bisa saling memahami soal ini, mungkin akan cukup bagus; setidaknya, dengan demikian kita (atau setidaknya, saya. anggap saja saya bisa membaca pikiran orang lain. :mrgreen: ) tidak perlu melihat banyak cerita yang akhirnya tidak pernah dimulai — yang sedihnya, pada akhirnya tidak ada yang senang dengan keadaan tersebut. tapi ya mau bagaimana lagi, dibilang begitu juga kan sebenarnya hal tersebut bukan urusan saya… ya kecuali kalau dinyatakan sebaliknya oleh pihak yang berkepentingan, sih. *haiyah, bahasa apa yang saya pakai ini*

sayangnya, manusia juga tidak bisa dengan mudah saling memahami — dalam banyak hal, termasuk juga untuk soal ini. makanya, hal yang sudah susah ini jangan dipersulit dengan ketidakjujuran yang tidak perlu! mungkin kita memang tidak selalu bisa jujur kepada orang lain, dan alasannya bisa banyak dan macam-macam. mungkin ada saatnya kita tidak bisa dan tidak boleh bersikap jujur, dan kadang-kadang tidak ada yang bisa dilakukan soal itu. tapi kalau boleh saya mengatakan, pembaca; anda hanya boleh bersikap tidak jujur hanya ketika satu-satunya orang yang akan menderita dengan ketidakjujuran tersebut adalah anda sendiri. lainnya, tidak.

tapi saya kira, adalah hal yang berat ketika kita tidak bisa jujur bahkan kepada diri sendiri. hidup dengan penyangkalan adalah hal yang bikin capek — walaupun sekilas mungkin terlihat seperti ‘jalan keluar yang gampang’. pada akhirnya yang ada mungkin hanya alasan-alasan, dan pada akhirnya mungkin tidak ada yang senang. entahlah, tapi saya kira dalam banyak kasus justru hal ini yang terjadi… mungkin memang demikian cara dunia bekerja, jangan tanya saya.

ngomong-ngomong, belakangan ini saya jadi teringat sebuah entry di xkcd yang juga sempat di-refer di plurk-nya catshade.

regrets.png

if you have any hesitation, ask Google. for free advice.

komik strip satu panel… yang sangat mengena. intinya? sudahlah, kayaknya nggak perlu dijelaskan lagi deh. :mrgreen:

jadi, sebenarnya dari tadi saya menulis panjang-panjang bukannya ingin mengatakan ‘anda harus begini’ atau ‘anda harus begitu’. bukan pula saya ingin mengatakan soal ‘ini benar’ atau ‘ini salah’ — lagipula, seperti yang sudah ditulis di depan tadi, tidak ada hal yang benar-benar ‘benar’ atau ‘salah’ dalam persoalan seperti ini.

tentu saja, bersikap jujur (setidaknya kepada diri sendiri), kadang-kadang bisa susah. mungkin juga anda, misalnya, tidak akan mendapatkan apa-apa dengan hal tersebut. dunia memang tidak sempurna, dan hal-hal tidak menyenangkan selalu bisa terjadi.

…but at least, you would have less regret, right? 😉

lag of update, and some news (sort of)

it has been like forever since the last time I updated this website for yet another entry. not that I didn’t want to (err.. really ^^;), but meh. there are things happened recently, and altogether successfully rendered November 2008 as the month with least update ever on this website — only two updates, and two vacant weeks towards the end of last month.

as far as some readers are probably concerned, this has affected my activity on Plurk as well. oh well, at least I still managed to do some sort of microblogging these days — still doesn’t make any excuse for not writing here anyways.

by the way. it seems like I would be away from my usual unlimited, flat rate and beloved DSL connection for a while. given the situation, it would be likely that I’m not going to be online on Yahoo! Messenger and Google Talk past office hours. implies that I have to (sort of) bid my farewell for the usual late-night chat and conference session. I’m sorry for this inconvenience to anyone — you know who you are.

another thing… it has been years already since I updated the ‘Profile’, ‘About’, and ‘Contact’ section of this website. given the current situation, I guess it’s time already to update these sections — I’ll be trying to update them as soon as possible, but I still have yet to see what would be there in the mean time.

last but not least. I hope I would be able to post another entry as soon as possible. can’t promise anything yet though, but at least an entry is expected to be published not later than Dec 25.

I’ll write again later. thanks for reading. 😉