tsundere 101: are you a tsundere?

(1) in case you are non-native to this term, google `tsundere`. wikipedia and tvtropes may help as well.

(2) see and match the distinctive traits — match with AND operator unless stated otherwise. you may find somewhat striking resemblance to your traits… or not.

(3) ask moderate-level otaku friend of yours whether you might be tsundere or not. if they (a) have a moderately-hard laugh or (b) aggresively nod in agreement or (c) give somewhat an evil smirk, then you are probably one.

(4) you know, you are actually person of kind heart… but you don’t show too much of such anyway. feels familiar? add one point to your mark.

(5) you are almost certainly one if you have no problem (a) acting cool and tough, (b) being ‘brutally honest’, and (c) speaking your mind bluntly…

(6) …except when it comes to that someone being your love interest, which you have damn hard time admitting. it’s primary characteristics.

(7) anyway. if you happen to be a girl who is (a) good-looking, or (b) unusually rich, or (c) cleverly beyond-average, or (d) any compound of those mentioned, it’s supporting characteristics.

(8) and after going through (1) to (7), almost spewing a ‘wha—?!’, and you are still (frantically) denying that you are a tsundere, you are definitely one.

 

___

note:

[1] I once tried taking on this test (with some adjustments). turned out that I’m almost a tsundere. almost.

[2] despite the situation, a friend of mine (a girl, FYI) vehemently denied the statement in [1], saying I’m definitely a tsundere. duh.

harga sepotong kenangan

“kamu beruntung, karena kamu memiliki kenangan yang indah akan masa kecil kamu. kenangan itu akan menjadi harta yang tak ternilai harganya, bahkan sampai setelah kamu dewasa nanti.”

___

saya ingat, sekali waktu ketika saya masih kecil dulu. saya saat itu masih duduk di bangku TK, ketika sekali waktu saya diajak orangtua saya belanja ke supermarket di akhir minggu. bukan hal yang istimewa benar sih, tapi untuk seorang anak berusia empat tahun, perjalanan ke supermarket (waktu itu jumlah pasar swalayan masih belum sebanyak saat ini) adalah petualangan tersendiri; kaleng-kaleng sarden yang ditumpuk rapi, sayuran dan minuman dingin di dalam kulkas, dan tentu saja susu kotak yang selalu dibelikan untuk saya setiap kali saya ikut berbelanja ke supermarket.

sama sekali bukan hal yang istimewa. tapi untuk saya di usia empat tahun, ada hal-hal yang saya ingat dengan baik sampai sekarang; ibu saya biasanya membiarkan saya memilih sendiri susu untuk dibeli (eh… teh kotak atau minuman ringan tidak diizinkan, sih), sementara di bagian buah-buahan kadang-kadang saya bisa memilih sebagian menu buah-buahan untuk seminggu. untuk saya dulu, adalah hal yang berkesan bahwa saya merasa bisa dan turut dilibatkan terkait urusan ketersediaan isi kulkas di rumah.

atau pada sekali waktu yang lain, ketika pada suatu hari ayah saya mengajak berjalan kaki di sekitar kompleks perumahan selewat subuh pada jam lima-lewat-dua-puluh, dengan udara dan suasana khas subuh setelah fajar. tidak terlalu dingin, tapi toh menyegarkan dan menghilangkan kantuk… tapi entahlah, mungkin anak berusia empat tahun memang lebih suka bangun pagi.

juga bukan hal yang istimewa benar. tapi berjalan-jalan di sekitar kompleks dan kebetulan searah dengan beberapa tetangga yang berangkat kerja lebih pagi dibandingkan yang lain, ayah saya mengajarkan (tanpa banyak kata-kata, sebenarnya) bahwa ada orang-orang yang harus bangun lebih pagi dan bekerja lebih keras, dan bahwa saya sebenarnya beruntung dalam beberapa hal.

atau misalnya ketika saya (dengan rasa penasaran khas anak berusia lima tahun) mencoba untuk membuktikan bahwa kaleng root beer bisa meledak kalau dikocok — yang sialnya, ternyata memang bisa. akhirnya kaleng tersebut meledak di mobil, mengakibatkan kursi dan atap menjadi basah kuyup oleh soda dan gula. dan tentu saja, akhirnya kami sebagai anak-anak dimarahi karena meledakkan sekaleng soft drink di dalam mobil… bukan hal yang pantas dibanggakan sih, tapi ya sudahlah.

dan cukup banyak hal lain, yang mungkin tidak istimewa benar, dan kadang-kadang mungkin konyol, yang menjadi bagian dari kenangan akan masa kecil saya.

::

ibu saya pernah mengatakan, bahwa kenangan masa kecil itu adalah sesuatu yang berharga, dan tidak bisa dibeli dengan nilai. dulu saya tidak benar-benar paham, tapi saya kira hal tersebut ada benarnya.

karena sebagai manusia, kita tumbuh dewasa dan melupakan banyak hal. kita berhubungan dengan kepentingan-kepentingan, dan kita cenderung berpikir dan bersikap pada tataran yang superfisial: kita menginginkan sesuatu, kita menukarkan sesuatu. kita berhadapan dengan sesuatu yang, mungkin secara hiperbolis, dikenal sebagai ‘dunia yang keras’. mungkin benar begitu, tapi saya kira hal ini tergantung sudut pandang, sih.

tapi hal yang saya ingat adalah, bahwa setidak-enak apapun keadaan yang saya hadapi, atau setidak-menguntungkan apapun situasi yang saya jalani, saya tahu bahwa ada suatu tempat di mana saya dulu pernah berada. saya tahu bahwa ada hal-hal yang diajarkan kepada saya dan tidak hilang, dan saya tahu bahwa saya pernah berada di suatu tempat, di suatu waktu yang dulu, sebagai seorang anak kecil yang saya ingat dulu.

karena itu, dengan segala ketidakpentingan, kekonyolan, dan segala hal lain dari kenangan masa kecil saya, saya merasa beruntung. bahwa saya punya masa kecil yang bisa saya kenang, sebagai pengingat dari setiap langkah saya sebagai orang dewasa. bahwa setidaknya saya akan selalu bisa teringatkan akan diri saya sebagai anak kecil yang dulu — yang diajak jalan-jalan oleh ayah saya, yang pergi belanja dengan ibu saya, dengan hal-hal yang diajarkan kepada saya dulu.

dengan demikian, saya akan selalu bisa mengingat bahwa ada harapan-harapan yang dulu dititipkan kepada saya, dan bahwa saya masih punya tanggung jawab akan hal tersebut dalam perjalanan saya.

::

kalau dipikir-pikir lagi, mungkin saya memang beruntung dengan hal tersebut. tidak semua orang bisa memilikinya, dan saya beruntung bahwa orangtua saya mau dan mampu membiarkan saya memiliki kenangan yang menyenangkan akan masa kecil saya. dan dengan demikian saya tumbuh sebagai orang dewasa, dengan apa-apa yang dulu diajarkan kepada saya sebagai anak kecil. hal-hal yang, bagi saya, juga sebagai pengingat langkah saya sebagai orang dewasa.

yah, dan dengan demikian saya juga tidak akan lagi meledakkan root beer kaleng di dalam mobil. saya kira itu juga bagian dari pengingat langkah saya sebagai orang dewasa, sih.

current music — hitomi no juunin

lagu ini pertama kali dirilis pada 2004, bersamaan dengan berlalunya tahun terakhir saya di SMU dulu. tidak benar-benar ada kenangan juga sih soal lagu ini di jaman SMU dulu, lagipula toh saya dulu juga tidak benar-benar paham lagu ini bercerita tentang apa.

sekitar dua minggu yang lalu, saya kembali mendengarkan lagu ini sambil iseng di antara hari-hari yang sibuk. belakangan, setelah mendengarkan dengan lebih memperhatikan lirik dan maknanya yang sebenarnya cukup menohok untuk saya, akhirnya saya memutuskan untuk menuliskannya di sini.

Hitomi no Juunin dibawakan oleh L`Arc~en~Ciel, yang dikenal dengan genre rock (atau secara lebih spesifik, J-Rock). secara umum, lagu ini tampil melankolis dengan gaya yang lebih ke arah power ballad dari sebuah band dengan genre rock.

seperti biasa, lyrics dengan huruf italic, translations dengan huruf plain, dan mohon koreksi kalau ada salah penerjemahan berhubung saya mencoba menerjemahkan sendiri. 😉

Hitomi no Juunin (jp: living in your eyes)
L’Arc~en~Ciel

kazoekirenai demo sukoshi no saigetsu wa nagare
ittai kimi no koto wo dorekurai wakatteru no kana

I couldn’t count how long, but it has been a little while
still, I wonder; what do I really understand about you?

yubisaki de chizu tadoru youni wa
umakuikanaine
kidzuiteiru yo, fuan sou na kao
kakushiteru kurai

tracing the map with my fingertips,
it doesn’t really get me anywhere
as I realized the uneasiness in your face
that you have been trying to conceal

isogiashi no ashita e to teikousuru youni
kake mayotte temo, fushigi na kurai
kono mune wa kimi wo egaku yo

as if resisting my path to the restless future,
in the end I’m only running in circles, it’s strange;
that my heart still sketches you

miagereba kagayaki wa iroasezu afureteita
donna toki mo terashiteru
ano taiyou no youni naretanara

as I look up, overflowing fading radiance
shining forever no matter how long
just like that sun, if only we could be

mou sukoshi dake,
kimi no nioi ni dakareteitai na
soto no kuuki ni kubiwa wo hikare,
boku wa se wo muketa

just a little longer,
I want to be embraced in your scent
the outside atmosphere glitters on my collar,
as I decided to turn my back

shiroku nijinda tameiki ni shirasareru
toki wo kurikaeshinagara futo omou no sa
naze boku wa, koko ni irundarou?

I learned as my sigh blurred in white
repeating back in time, a sudden thought wander;
why am I still here?

soba ni ite, zutto
kimi no egao wo mitsumeteitai
utsuriyuku shunkan wa
sono hitomi ni sundeitai

by your side, always
I want to see your smiling face
with each changing moments
in your eyes I want to live

dokomademo, odayakana shikisai ni irodorareta
hitotsu no fuukeiga no naka yorisou youni;
toki wo tomete hoshii,
eien ni

no matter how far, in a place painted in gentle hues
in that one scenery that brings us together;
I want to stop the time,
for eternity

soba ni ite, zutto
kimi no egao wo mitsumeteitai
utsuriyuku shunkan wa
sono hitomi ni sundeitai

by your side, always
I want to see your smiling face
with each changing moments
in your eyes I want to live

itsu no hi ka, azayaka na kisetsu e to
tsuredasetara
yuki no youni sora ni saku hana no moto e,
hana no moto e…

someday, towards the shimmering seasons
if I can take you there,
to the flowers blooming in the sky just like snow
to the flowers…

 

 

___

[1] hitomi no juunin, secara harfiah memiliki makna ‘dweller of the eyes’. di sini diterjemahkan sebagai ‘living in your eyes’, menyesuaikan dengan konteks konotasinya.