dari dulu saya berpendapat bahwa proses menulis itu senyamannya dilakukan dengan papan ketik. di depan komputer, syukur-syukur ditemani secangkir teh atau kopi, pokoknya pada dasarnya proses menulis itu sesuatu yang rada sakral dan perlu konsentrasi. wih lagaknya.
walaupun bukan berarti tidak bisa juga tidak seperti itu. beberapa catatan yang saya tulis di jejaring sosial, misalnya, seringnya ditulis dengan telepon genggam dari dalam bus. cukup panjang, bagus, secara kualitas, ya lumayan, tapi ya tetap saja seringnya cuma hasil iseng-iseng sekilas yang kadang-kadang isinya malah pisuhan tentang moda transportasi yang biasa saya gunakan tapi kok ya masih saja bikin makan hati.
masalahnya ini kan sekarang inspirasi. kalau misalnya saya sedang di jalan dan kepikiran ide menulis, kok ya jadinya menyebalkan betul bahwa ide saya jadi habis seiring jempol yang pegal atau stylus yang terus-terusan meleset. di sisi lain, kalau saya harus menunggu sampai bisa membuka komputer, jadinya malah sia-sia. seringnya saya malah sudah capek duluan, dan selamat tinggallah calon tulisan yang ditinggal tidur pemiliknya. duh.
jadi pada akhirnya, saya memutuskan untuk melakukan upaya optimalisasi pengalaman menulis taktis dalam mobilitas. kata kuncinya, ergonomi!
pertama, jelas soal perangkat. perangkat sebelumnya secara teknis adalah sebuah smartphone berusia empat tahun, cukup tangguh untuk berbagai kebutuhan, tapi jelas bukan untuk menulis. sementara yang saya butuhkan adalah masih telepon genggam, namun dengan layar yang cukup lebar dan keypad yang nyaman, dan sayangnya hal ini agak kurang bisa terpenuhi oleh perangkat sebelumnya.
solusinya relatif sederhana, walaupun tak murah; penggantian perangkat. oke, check.
berikutnya adalah akses ke semua draft saya. sejujurnya, pengalaman menulis tanpa akses ke draft itu tidak efisien. ide-ide tidak tertampung, dan akhirnya sering hilang. bisa tersimpan, tapi tidak terorganisir dan tidak ada pemberkasan. saya pernah sekali mencari bahan tulisan lama, dan tidak ketemu sampai lama kemudian. menyebalkan sih, tapi sudahlah ya.
solusi yang dicoba: WordPress versi mobile. cek feature, registrasi self-hosted domain, dan sisanya ternyata benar-benar di atas ekspektasi; sophisticatedly simple. salut untuk tim pengembang!
bagaimana hasilnya? soal rasa dan nuansa sudah pasti beda sih ya, tapi sejujurnya, saya senang bahwa ternyata proses optimalisasi pengalaman menulis saya tidak gagal. lebih dari cukup berhasil malah, dan sejauh ini saya bisa mengatakan bahwa saya tidak punya keluhan.
maka dengan demikian saya kira saya akan mencoba untuk sedikit sering menulis secara mobile. semoga bisa dan akan konsisten sih, untuk yang ini doakan saya, ya.
___
[1] ditulis dalam perjalanan pulang kerja, disambi naik bus dan ganti angkutan kota.
[2] dipikir-pikir lagi, kayaknya tulisan ini potensial jadi paid-posting. sayangnya saya tidak tertarik dengan ide terkait monetisasi tulisan saya demi pesan sponsor.