life of Pi

berangkat dari beberapa review yang sempat diangkat oleh berbagai sumber dan rekomendasi beberapa rekan, akhirnya saya memutuskan untuk menonton film ini. ekspektasi saya sendiri relatif pas-pasan, mengingat premisnya juga bukan benar-benar orisinil —anda yang pernah menonton film seperti Robinson Crusoe atau Cast Away, misalnya, mungkin akan menemukan kemiripan pada  beberapa bagian premisnya. bukan berarti selalu pasti jadi buruk juga, sih.

kali ini, 20th Century Fox dan Ang Lee sebagai sutradara berkolaborasi untuk Life of Pi, sebuah film yang diangkat dari novel berjudul serupa yang ditulis oleh Yann Martel dan diterbitkan pada 2001.

Life of Pi, 2012. courtesy 20th Century Fox and R&H Studio

cerita diawali dengan latar belakang Piscine ‘Pi’ Molitor Patel, seorang pria keturunan India yang tinggal di Kanada. dalam kilas baliknya, Pi muda adalah seorang anak dari pemilik dan pengelola sebuah kebun binatang lokal di India. pada usianya yang ke-16,  sehubungan dengan situasi dalam negeri yang tidak stabil ayah Pi memutuskan untuk menutup kebun binatang dan memindahkan keluarganya ke Kanada.

keberangkatan keluarga Patel —berikut hewan-hewan bawaan mereka yang akan dijual di Amerika Utara— tidak berjalan lancar. dalam perjalanan di atas Palung Mariana, kapal dihempas badai dan menenggelamkan seluruh penumpang, kecuali Pi yang secara tidak sengaja terlempar ke sekoci penyelamat yang lepas diterjang badai dan terpaksa harus menyaksikan kapal tenggelam bersama seluruh penumpang termasuk keluarganya.

baru setelah badai surut Pi menemukan bahwa dirinya tidak sendirian berada dalam sekoci; seekor zebra, seekor hyena, seekor orangutan, dan seekor harimau Bengal yang berasal dari kebun binatang ternyata turut berada di sana… dan selanjutnya adalah bagian demi bagian cerita dalam perjalanan penuh ketidakpastian untuk bertahan hidup dan keinginan untuk saling memangsa sebagai sandera alam di laut lepas.

bicara mengenai film ini, kesan yang paling kuat dan menjadi highlight langsung tampak jelas: visual film ini, luar biasa. efek khusus dan implementasi CG menjadi nilai jual utama film ini. entah itu badai, kapal karam maupun laut yang sedang bersahabat, eksekusi departemen visual tampil menggigit. ketika badai menjelang, kapal karam, hewan-hewan dan pertarungan di laut lepas —a visceral joy! nilai penuh untuk Rhythm & Hues Studio sebagai penyelia efek visual untuk film ini.

tentu saja di sini poin yang tidak boleh ketinggalan adalah storytelling yang solid untuk tema cerita yang pada dasarnya tidak bisa bergantung kepada banyak dialog. Irffan Khan sebagai Pi dewasa yang sedikit enigmatik terasa agak datar di beberapa bagian, namun yang paling bersinar dalam film ini jelas Suraj Sharma sebagai Pi muda. tampil sangat baik —nyaris luar biasa, mungkin— dalam mengantarkan ketakutan dan keterasingan dalam upaya bertahan hidup serta memangsa-atau-dimangsa, dengan monolog terakhir di ujung film tampak menjanjikan potensinya yang masih bisa tergali sebagai aktor watak.

di sisi lain, beberapa bagian film ini mungkin bisa jadi terasa agak kurang perlu untuk sudut pandang beberapa pemirsa. latar belakang Pi dan keluarga mungkin terasa memakan agak terlalu banyak tempat, sementara di beberapa bagian eksekusi pemandangan dan keindahan visual bisa jadi terasa agak berpanjang-panjang, tapi untuk catatan ini perlu diingat juga bahwa film ini pada dasarnya adalah adaptasi dari novel, sehingga dengan demikian sudah tentu akan harus berangkat dan terikat kepada pakem dan plot point yang sudah terbentuk sebagai ide dasarnya.

akhirnya, Life of Pi adalah film yang sangat layak direkomendasikan sebagai tontonan menjelang tutup tahun kali ini. nilai lebih pada eksekusi visual dan storytelling, sementara catatan-catatan lain yang mungkin sikapnya preferensial toh tidak cukup signifikan untuk menurunkan raihan nilai film ini. jauh di atas rata-rata, jelas.

visually astounding, solid storytelling. definitely a memorable ride.

4 thoughts on “life of Pi”

  1. sebenarnya pengen nyeletuk soal implikasi filosofis dan perceived twist yang kayaknya jadi bagian integral dari film ini… tapi kayaknya bukan jatah review, jadi sudahlah ya. mungkin baiknya di kolom komentar saja. :mrgreen:

    Reply
  2. ^ lah, gak tau kenapa gue kok merasanya bagian-bagian itu cuma kayak ‘tempelan harus ada’ karena bagian dari novelnya. plus poin buat karakterisasi sih ya… 🙄

    Reply

Leave a Reply to chocofit Cancel reply