hari ini, dari berbagai sisi tempat kerja

berangkat agak lebih pagi daripada biasanya, diskusi di ruang rapat kali ini berakhir dengan cukup menyenangkan.

“kalau perlu compliment letter, nanti bisa dibuatkan deh. santai saja.” kata pak division manager sambil tertawa. saya nyengir.

kembali ke kubikel di area kerja menjelang siang, mendadak ada satu tampah kue penuh jajanan pasar di atas meja dekat selasar.

“eh… ini dari siapa?”

“selamat ulang tahun! harusnya buat semua yang bulan Oktober, sih. tapi bulan ini kan cuma kamu. selamat, ya.”

oh, iya ya. sampai lupa, padahal masih agak baru lalu. benar-benar menyenangkan.

sebuah bingkisan di meja kerja. dibungkus pita oranye. ada sebuah kartu ucapan, atas nama salah satu anak perusahaan di tempat kerja.

Dear Yudi. Thank You! From: … “, diikuti nama perusahaan.

kemudian kiriman surat elektronik, “on behalf of management at … we would like to express our gratitude.

ah, soal ini, tentang pekerjaan yang baru lalu. kemudian saya tersenyum. lantas mengambil ponsel, menuliskan pesan singkat…

…karena, ya, ada satu orang lagi, tentu saja.

“hei. dapet hadiah, nggak?”

“iya tuh. sampai kaget. manis banget, ya. aku baru mau e-mail terima kasih.”

good job well done, partner.” 😉

always my pleasure.” 🙂

menyenangkan, tentu. tapi seperti halnya segala sesuatu, senang dan lelah hanya sebentar saja. tak ada santai yang selamanya.

bring on the next challenge!

gravity (2013)

George Clooney. Sandra Bullock. di luar angkasa. what do you expect?

ketika awalnya saya mendengar tentang dan mencoba mencari tahu tentang sinopsis film ini, saya tidak mendapatkan banyak penjelasan: cuma dua orang astronot, kecelakaan di luar angkasa. lain-lainnya tidak banyak dijelaskan kalau kita memang tidak berniat mencari bocoran jalan cerita, jadi sejujurnya saya memutuskan untuk menonton film ini tanpa ekspektasi saja.

nah, jadi tulisan kali ini tentang Gravity, film arahan sutradara Alfonso Cuaron yang dirilis pada Oktober 2013. lagipula ada George Clooney dan Sandra Bullock juga sih, jadi untuk beberapa pemirsa mungkin ini faktor yang lebih dari cukup juga untuk menarik ke bioskop terdekat.

Gravity, 2013. courtesy Warner Bros Pictures

film ini berangkat dari ide yang sederhana dan storytelling yang sederhana serta linear juga. dari sisi karakter dan konsep penceritaan, tokoh utama dalam film ini praktis hanya Ryan Stone (Bullock) dan komandan Matthew Kowalski (Clooney) yang harus bertahan hidup dalam keadaan terkatung-katung di luar angkasa setelah pesawat ulang-alik dan stasiun luar angkasa mereka hancur dihantam debris. atau ‘puing-puing luar angkasa’, kalau itu lebih menjelaskan sih.

jadi, karakter dalam film ini (baca: ‘yang tampil dan berakting di layar’) hanya dua orang. pendekatan seperti ini dalam film mengingatkan pada bagian besar dari Life of Pi[1], dan sejujurnya eksekusi seperti ini termasuk jenis yang susah: dengan sedikitnya karakter yang ditampilkan di layar, praktis kekuatan film ini akan terutama tergantung kepada perwatakan masing-masing tokoh.

sayangnya rasanya kok karakterisasinya kurang greget, ya. Sandra Bullock dan George Clooney bukan aktor yang buruk. tapi dengan pendekatan Cuaron untuk film ini, tuntutan terhadap kemampuan aktor memang jadi tinggi sekali sehingga ketika Bullock (dan Clooney) tidak bisa mencapai standar yang luar biasa tinggi, jadinya semacam underdelivered juga.

ditambah lagi dialog dan pesan yang di beberapa bagian bisa jadi terasa klise, tapi yah…

ngomong-ngomong, film ini eye candy. serius. banyak pemandangan bagus, walaupun lepas dari hal tersebut beberapa pemirsa mungkin akan menemukan beberapa bagian cenderung repetitif. meskipun demikian pensutradaraannya kreatif sih, teknik seperti perubahan sudut pandang kamera orang ketiga-orang pertama-orang ketiga tampil menyegarkan untuk film ini.

pada akhirnya, film ini tidak buruk. Sandra Bullock maupun George Clooney juga sama sekali bukan aktor yang buruk. secara visual film ini mungkin memanjakan lebih dari cukup banyak pemirsa, tapi mungkin yang perlu diperhatikan adalah bahwa film dengan pendekatan seperti ini pada dasarnya menuntut performa yang benar-benar luar biasa untuk bisa sepenuhnya berhasil sebagai tontonan yang bisa merangkul emosi pemirsa… yang sayangnya, tuntutan tersebut tidak sampai benar-benar bisa dipenuhi dalam eksekusi film ini.

saya sendiri berpendapat bahwa film ini tidak buruk, tapi ya underdelivered sih. sayang juga, sebenarnya.

___

[1] kalau masih ingat, ketika Pi dan Richard Parker harus bertahan hidup tanpa bantuan di tengah samudera Pasifik. it makes sense in context by the way.

[2] dengan mengambil resiko dianggap tidak paham ilmu perfilman (duh), agak bingung juga dengan hype yang ada di forum-forum maupun IMDB atau Rotten Tomatoes, misalnya. soal selera mungkin ya. 🙄