superman (it’s not easy)

saya ingat, waktu kecil dulu saya sering menonton serialisasi Superman di salah satu televisi swasta. waktu itu Clark Kent masih muda, belum ketemu Lois Lane, dan masih dekat dengan Lana Lang.

waktu itu rasanya dunia sederhana sekali. sehabis pulang mengaji, sore hari, petang menjelang maghrib, duduk di depan televisi dan rasanya beban hilang beberapa saat sampai waktunya belajar dan barangkali mengerjakan PR. malamnya mempersiapkan daftar pelajaran ke dalam ransel kecil yang akan dibawa keesokan harinya.

entah kenapa. mungkin saya hanya sedang teringat sambil mendengarkan Superman (It’s Not Easy). Five for Fighting, demikian nama kelompok yang membawakan.

 

superman-child

“I’m only a boy, in a silly blue shirt, promised to protect you on this one way street…”  ♪♫

 

beberapa hari belakangan ini saya kena flu. bukan sesuatu yang benar-benar parah, tapi hal-hal seperti demikian membuat kita cenderung tidak bisa melakukan apa-apa, dan buat saya itu juga membuat pikiran menjadi berkelana. keadaan seperti demikian membuat sedikit senang sekaligus membuat sedikit sedih juga kadang-kadang.

misalnya begini. sebagai seorang anak kecil yang tumbuh untuk menjadi laki-laki, saya menerima tuntutan untuk menjadi sosok yang kuat dan setidaknya ‘enggak malu-maluin amat’. saya menerima tuntutan untuk bisa menjadi sosok yang bisa diandalkan, baik oleh diri sendiri maupun oleh orang-orang lain.

katanya bapak dulu, anak laki-laki itu harus kuat. dan berani. itu pesan yang saya ingat dengan baik.

I’m only a man, in a silly red sheet
digging for kryptonite on this one way street

walaupun kadang ya demikian itu, sekuat apapun kita sudah berusaha untuk menjadi —lebih— tangguh, sama seperti Superman juga, kadang kita tak berkutik juga di hadapan sesosok, eh, sekeping kriptonit. kita yang biasanya kuat dan berlagak bisa menahan banyak hal, tiba-tiba pain tolerance-nya jadi rendah sekali. kita yang sering sok memaksa diri untuk terlihat tegar tiba-tiba menemukan diri mendadak terasa berat sekali.

tapi, mungkin itu juga bukan hal yang sepenuhnya buruk. bukankah di satu sisi, kriptonit itu juga akhirnya membuat Superman menjadi lebih manusia daripada seharusnya. (walaupun ya, secara teknis sebenarnya dia itu bukan manusia juga sih…)

entah kenapa saya kepikiran bahwa mungkin, faktor kriptonit demikian itu juga membuat kita sedikit lebih dekat dengan sisi lain diri kita. bahwa kita mungkin tidak bisa setangguh yang kita harapkan, tidak bisa sekuat yang kita inginkan, tapi setidaknya kita menjadi sedikit lebih manusiawi daripada yang kita perkirakan.

.

padahal kalau dipikir-pikir lagi, kita hidup di dunia ini juga bukan buat jadi Superman. juga bahwa sesekali jatuh atau bertekuk lutut di hadapan sesosok atau sekeping kriptonit yang selalu mengingatkan diri, itu juga bukanlah sesuatu yang selalu sepenuhnya buruk.

tidak sederhana, tapi buat saya itu bukan pertukaran yang tidak adil.