(bukan) surat, kepada . . .

. . . kamu. (tentu saja, duh)

tadinya aku mau mengawali ini dengan ‘lama tidak ketemu’, tapi kupikir-pikir lagi, kurasa agak kurang pas, ya. mungkin lebih tepatnya ‘aku senang kita bisa ngobrol lagi’, walaupun kalau dibilang seperti itu juga jadi bagaimana, ya. seperti ini juga kadang membingungkan, jadi yah sudahlah.

setahun terakhir ini kita jadi lebih banyak mengobrol. entah apakah itu hal yang baik atau buruk, ya. maksudku aku senang, tapi menyadari seperti itu tidak selalu membuat orang lain nyaman aku paham juga. bagaimanapun kamu ya kamu, dengan batasan-batasan yang sepenuhnya hak kamu untuk memutuskannya.

iya, aku paham.

jadi, baiklah, aku mau pengakuan dosa, ya. untuk pertama kalinya setelah tahun-tahun berlalu akhirnya aku patah hati juga. tapi enggak apa-apa sih, toh sama kamu juga jadi enggak masalah. (aduh)

di dunia yang luas ini hal seperti itu sering terjadi. seperti itu juga bukan sesuatu yang harus jadi beban buatmu. lebih penting daripada itu kurasa adalah buatmu belajar menemukan kebahagiaanmu sendiri.

aku ingat dulu aku sempat bilang sambil lalu, apapun itu, ‘berbahagialah, ya’. entah di manapun itu atau dengan siapapun itu, menurutku yang penting adalah buat kamu selalu bisa jujur dengan dirimu sendiri. kalau tidak seperti itu akan berat sekali. kupikir juga kamu tidak perlu terlalu memikirkan banyak hal tentang apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh orang lain. tentu saja semua ada kadarnya untuk tidak ‘terlalu’. tapi kalau dibilang begitu kesannya jadi seperti menggurui, maaf ya. bukan maksudku seperti itu.

bagaimanapun seseorang kalau sudah waktunya terluka akan terluka juga. kadang tidak banyak yang bisa kita lakukan tentang itu, bagaimanapun aku tidak ingin kamu menjadikan ini sebagai beban. kalau kita merasa harus selalu bertanggungjawab terhadap apa-apa yang dirasakan oleh orang lain akan berat sekali.

oleh karena itu kepada siapapun kamu jangan sungkan. mungkin akan berhasil, mungkin juga tidak, tapi kalau kamu menemukan kesempatan untuk berbahagia, ambillah kesempatan itu dan berbahagialah. kesempatan seperti itu umumnya tidak cuma datang sekali, tapi tidak akan banyak juga, jadi kalau orang sampai melewatkannya bisa jadi akan menyesalinya seumur hidup.

sekitar ulangtahunmu kemarin di langit dekat rumahku ada Vega, atau aku lebih suka mengingatnya Orihime, baru terbit agak ke timur di malam hari. kupikir-pikir, benar juga ya, waktu itu dekat Tanabata. kalau ingat ceritanya jadi ingat kamu juga, jadi anggap saja itu punya kamu. kurasa aku akan ingat kamu juga kalau pas waktunya dia kelihatan di langit kapan-kapan.

suatu hari mungkin kita akan bisa ketemu dan mengobrol lagi, entah mungkin pada suatu hari yang santai di antara pekan-pekan yang sibuk.

ke arah manapun jalanmu nanti, aku harap kamu akan selalu sehat dan bahagia. terima kasih, ya.

幸せになってね。

.

P.S.: aku ingat waktu terakhir kali kita ketemu dulu. kamu pakai kaos hijau tua dan jeans. maaf terlambat sekali bilangnya—kamu cocok seperti itu. cantik.

2 thoughts on “(bukan) surat, kepada . . .”

Leave a Reply