tentang seorang anak

anak itu mungkin sedikit bodoh. tapi sepertinya, ia tidak terlalu peduli.

mungkin, apa-apa yang dijalaninya membuatnya agak susah dimengerti, dan demikian juga ia tidak terlalu mengharapkan demikian — apa sih yang bisa diharapkan seorang manusia dari seseorang yang lain? pengertian, atau cinta, atau yang lain?

…toh ia masih berusaha mengerti dan memahami orang lain, walaupun kadang mungkin kurang berhasil dengan baik, ia tidak tahu. ia tidak bisa membaca pikiran orang lain, begitulah sebabnya. ia tidak ingin lagi berharap untuk dipahami apalagi dicintai oleh orang lain, cukuplah ia yang berusaha demikian.

***

sepertinya, ia tidak ingin lagi mempercayai hatinya. apa yang dikatakan hatinya tidak lagi dipedulikannya.

ada saat-saat yang menurutnya indah di mana hati dalam dirinya seolah menjadi sahabat, dan perkataannya begitu jujur dan membahagiakan. membuatnya berharap dan mencoba tersenyum, dan itulah yang terjadi.

kata hati mengangkatnya, dan kata hati menjatuhkannya. sakit, mungkin juga sedih. dan mungkin pertanyaan dan penyesalan dalam dirinya karena mengikuti sang kata hati. kata-kata yang mengajarkannya untuk berharap, mempercayai, dan mencintai.

satu kali dan lalu dua kali dan entah lagi, maka ia tidak lagi percaya kepada hatinya. perasaan yang menyakitkan dan membuatnya kecewa, tapi ia memutuskan untuk tidak lagi mempercayai hatinya. dan itulah yang dilakukannya — tidak menyenangkan, tapi ia tidak terlalu peduli.

ketika hatinya menginginkan perhatian, ia mengacuhkannya. ketika hatinya menginginkan cinta, ia tidak mempedulikannya. ketika hatinya mengharapkan pengertian, ia membiarkannya. ia tidak lagi percaya kepada hatinya — yang mengharapkan perhatian, pengertian, dan cinta bagi dirinya.

mungkin, ia memang bodoh. mungkin juga ia tidak jujur kepada dirinya sendiri. tapi ia tidak ingin lagi mengharap terlalu banyak dari yang lain. cukuplah ia yang berusaha memahami dan mencintai yang lain, tapi ia tidak ingin berharap untuk hal seperti itu. harapan itu menyakitkan, katanya.

mungkin, ia memang bodoh. ia tidak ingin lagi percaya kepada hatinya, maka ia mengacuhkannya. ia tidak lagi mempedulikan kata hatinya, dan ia mencoba untuk tidak mendengarkannya. terdengar dengan begitu jelas dan dekat olehnya akan apa yang diinginkan hatinya, tapi ia tidak mempedulikannya.

tapi kadang, apa yang dikatakan hatinya terlalu dekat dan ia tidak bisa tidak mendengarkannya; hal yang menurutnya menyebalkan, tapi terpaksa didengarkannya. sebuah nyanyian tentang harapan dan perasaan, tentang pengertian dan cinta. hal-hal yang tidak ingin lagi dipedulikannya, dan datang menyeruak dengan tiba-tiba.

mungkin, ia memang bodoh. ia terlalu melindungi perasaannya, dan untuk alasan itu tidak ingin mendengarkan kata hatinya. dan dengan keras-kepalanya, ia mencoba untuk tidak peduli. mencoba untuk terus berjalan dan menjadi setidaknya sedikit bahagia, tapi ia tidak ingin mendengarkan hatinya.

***

hidup terus berjalan, dan anak itu terus melangkah. dan sementara itu, banyak hal yang dialaminya. perjalanan yang kadang menyenangkan dan kadang terasa agak terjal, harus terus dijalaninya. toh setidaknya ia bisa menikmati perjalanannya dengan cukup baik… atau benarkah?

banyak hal terjadi, dan penyesalan selalu datang belakangan. entahlah, ia sendiri tidak terlalu mengerti. sebentuk penyesalan yang datang perlahan menyapanya, sebuah hal yang mungkin tidak perlu terjadi, dan ia sendiri tidak mengerti. hanya sebuah kata ‘terlambat’ yang ada, dan saat-saat yang terkubur di masa lalu.

mungkin, ia seharusnya lebih mempercayai kata hatinya. tapi ia tidak berpikir demikian — dan tetap berjalan dengan penyesalan yang mungkin ada, dan dengan sedikit susah-payah diacuhkannya.

***

mungkin, ia memang bodoh. tapi kurasa, untuk saat ini ia tidak akan menangis. sepertinya, ia memang agak terlalu keras kepala.

2 thoughts on “tentang seorang anak”

  1. He…

    Konon banyak cowok menangis karena mengabaikan kata hati…

    Sebaliknya, lebih banyak cewek menangis karena terlalu mengikuti kata hati!!

    Pesan moral: terlalu condong ke salah satu itu nggak baik… :biggrin:

    ~sok bijak gini gw…~ 😀

    Reply
  2. Ada sebuah petuah dari orang yang sudah banyak mengenyam asam garam
    kehidupan. Petuah tersebut adalah : selalu ikuti kata hati. Dalam hal
    apapun : cinta, pekerjaan, memilih sekolah, memilih pasangan hidup, memilih tempat tinggal, dan menjalani hidup. Dan yakinlah, hati tidak akan pernah berbohong.

    Reply

Leave a Reply