dan daun-daun pun gugur

setiap helai daun yang gugur selalu memiliki cerita. di sini, di antara matahari sore dan angin semilir yang disapu jingga kemerahan. dan di antara pohon tua dan padang rumput di sisi kota. agak dingin dan tak terlalu-nyaman, dan tak ada yang peduli.

setiap helai daun yang gugur selalu memilki cerita: mengenai harap yang kandas dan hati yang mungkin sudah mengeras; mengulang sepi dan cerita lama, dan ditampik dengan setengah-hati; dan di antara senja dan daun-daun gugur, mencoba berdiri dengan sedikit-sombong di antara retak-retak hati yang ada di dalam apa-apa yang tak dapat disapa angin atau ditemui daun gugur.

kamu dulu sering tertawa. berada di sana dan tersenyum, di antara angin senja hari dan pemandangan kota di bawah sana. apakah kamu masih ingat?

aku sudah lupa. jawabku, dengan sedikit sinis menentang desau angin yang tiba-tiba menohok tenggorokanku.

setiap helai daun yang gugur adalah harapan; asa yang terjaga di pagi hari dan terbang menguap di senja hari. daun yang gugur dan angin yang meniupnya, dan itulah yang terjadi: begitu rapuh dan lemah, lalu meranggas dan jatuh. tak tertangkap, tak teraih. dan tak ada yang peduli.

kamu tidak percaya lagi, bukan?

aku hanya diam. sehelai daun yang gugur dan jatuh. begitu rapuh dan tidak berdaya.

kamu tahu, kataku. itu tidak ada bedanya dengan ini.

sehelai daun yang kering, entah sejak kapan telah gugur. tak teraih, tak terpedulikan. aku hanya memandangnya. lalu menginjaknya, merasakan patahnya tulang-tulang yang rentan di kakiku. begitu lemah dan tak berdaya. dan hancur di ujung kakiku, begitu mudah dan sekaligus sedikit-mengharukan. mungkin, tapi aku tak peduli.

kamu selalu mengharapkan hal-hal manis tidak berguna, kataku. pada akhirnya, yang kamu bicarakan itu sia-sia. hancur, seperti ini.

angin bertiup melewati sela-sela lengan dan rambutku, dan aku tetap berdiri di sana, seolah menggugat. keberadaannya yang menurutku impian kosong. apa yang dibicarakannya yang menurutku angan-angan muluk.

manusia bisa saling mengerti satu sama lain, katanya. seharusnya kamu juga mencoba. bukankah kamu dulu juga begitu?

ya, dan aku bodoh karena memikirkan hal tersebut. mimpi. manusia dengan mudah memusuhi; dengan atau tanpa alasan. mereka senang memusuhi, kalau kamu tidak cukup bebal untuk menyadarinya. siapa yang tahu? dari acara unjuk eksistensi dan sok-hebat, orang-orang teladan bisa saling berselisih. kamu bilang itu pengertian? menyedihkan.

lagipula, kamu tahu, manusia menyakiti yang lain, untuk alasan apa? mencari eksistensi? bagus. kalau manusia memiliki musuh, mereka merasa hidup. mereka merasa punya identitas. mereka memang membutuhkan itu, tahu. kamu mengerti? mungkin tidak. kamu, yang hidup terlalu tinggi di antara dunia idealisme tanpa-bukti itu?

sunyi lama. sedikit koak beberapa ekor camar dan desau angin meningkahi kesunyian. dan wangi rumput serta beberapa kerlip lampu jalan kota yang mulai menyala.

kamu tahu kata ‘sahabat’? orang-orang kepada siapa kamu bisa membagi rahasiamu yang terdalam?

aku tertawa, sinis. dan menyergah. kamu bilang, ‘membagi rahasiamu yang terdalam’? oh, kamu bisa membagi rahasiamu dengan mereka, kamu bahkan bisa menyuruh mereka menodongkan pisau di punggungmu, dan kamu mungkin tidak kuatir bahwa mereka akan menikammu… tapi kamu tahu, sesungguhnya, itu harapan kosong. mereka mungkin akan menikammu atau membuang rahasia berhargamu ke lautan, atau lebih parah lagi, ke orang-orang lain.

ada juga orang-orang yang dengan mudahnya menggunakan sesuatu yang bernama ‘perasaan’ untuk bersenang-senang. sedikit main-main dan akhirnya puas, dan orang lain akan menderita. dan tak ada yang peduli. masih kurang? tambahkan bahwa kamu tidak merasa pernah menyakiti mereka.

…jadi apa alasan mereka untuk menyakitimu? jangan tanya! mereka senang melakukannya, kok. dan kamu tahu bahwa orang-orang brengsek seperti ini ada. lalu kenapa? memang seperti itulah keadaannya, bukan? aku menyergah.

daun-daun gugur menari di atas tanah. semburat jingga menyapaku dari samping, dengan angin yang mengacak-acak rambutku; lembut sekaligus sedikit kasar, dan kersak daun-daun yang mulai mengering jauh di atas kepalaku. dan terasa pedas di mataku, semilir angin sore yang kembali menohok tenggorokanku.

…kamu tidak menyukainya, bukan? ia bertanya, pelan.

aku hanya akan menjalaninya. aku menjawab singkat, dan kami tidak bicara lagi.

setiap helai daun yang gugur selalu memiliki cerita. mengenai harapan yang pergi dan asa yang tak kembali. seperti halnya helai-helai daun yang gugur, begitu rapuh dan tidak berdaya.

dan di antara helai-helai daun yang menari dan semilir angin sore, aku berada di sana: mencoba untuk berdiri dengan sedikit-sombong, dengan retak-retak hati yang tak tersentuh oleh sinar matahari senja dan tak terlalui oleh wangi angin padang rumput.

aku dan diriku, dan daun-daun pun gugur.

9 thoughts on “dan daun-daun pun gugur”

  1. bener banget tuh…

    mmg ad org yg suka menyakiti perasaan org lain utk kesenangan.
    gw pernah jadi korbannya tuh…
    eeee…
    sekarang dia dapet balasannya tuh.
    dia gak punya temen, cowoknya ninggalin dy, nilai2nya turun, dan bla.. bla..

    itu mmg sisi lain “sahabat” yang sangat jarang dilihat oleh orang2.
    padahal ini penting bgt untuk diketahui.

    taniaa

    Reply
  2. :: taniaa

    itu mmg sisi lain “sahabat” yang sangat jarang dilihat oleh orang2.
    padahal ini penting bgt untuk diketahui.

    ada orang-orang yang ‘beruntung’ (atau setidaknya mereka berpikir demikian =) ) karena memiliki seorang ‘sahabat’.

    ada orang-orang yang ‘tidak beruntung’ (atau setidaknya mereka berpikir demikian =) ) karena pernah disakiti oleh orang-orang yang mereka sebut ‘sahabat’.

    …dan ada juga orang-orang yang tidak terlalu peduli dengan hal tersebut =)

    anyway, sampai ke sini dari mana?

    Reply
  3. hohohoho…

    lagi nyari2 lirik n mp3nya konayuki…

    pas download, boring gitu…

    yo wis, tak liat2 aj…

    gitu loh…

    hehehe…

    thanx mp3 and liriknya!!

    taniaa

    Reply
  4. when get hurt, people began to hurt others..
    jadi kalo satu orang mulai,, yg lain lngsung pada mulai..

    Yud, bhasa lu keren bgt,, anak sastra aja kalah.. bikin buku aja gih..

    Reply
  5. nggak sebagus kelihatannya kok. ini cuma tulisan sambil iseng-iseng aja, udah lama pula. lho, ternyata masih dibuka-buka… :mrgreen:

    btw, ganti nick nih ceritanya? 😀

    Reply
  6. mesti dliat dari mana, biar bagus ny ga kliatan…??
    cuma tulisan sambil iseng-iseng aja.. ‘cuma’ ‘iseng’ hegh..nyebelin tau baca ny.. qt yg serious bikin tulisan (baca: tugas) ga sebagus ini jadiny.. atw bikin tugasny mesti iseng isengan y?

    blm tlalu lama ah,,

    tenang aja, nanti jg bakalan sering ganti

    Reply
  7. mesti dliat dari mana, biar bagus ny ga kliatan…??
    cuma tulisan sambil iseng-iseng aja.. ‘cuma’ ‘iseng’ hegh..nyebelin tau baca ny.. qt yg serious bikin tulisan (baca: tugas) ga sebagus ini jadiny.. atw bikin tugasny mesti iseng isengan y?

    blm tlalu lama ah,,
    yah.. kan tulisan yud1 inspiring,

    tenang aja, nanti jg bakalan sering ganti

    Reply
  8. Awal bca tlisanmu.aq trpsona.kta2x nyenth bgt.tpi lama2 ko agk membsnkan. Sudut pndang yg kmu gunakan krang pas,mnurutq. Dan isi tlisanmu terlalu pesimis. Percyalah pada tiap helai daun yg jth slalu ad makna dsitu.bhkn tiap tes grimis yg sdang brjthan ddpan sy saat ini pun punya makna. Pershbtan mmng hrus melewati ujian,agar kamu dpt mgukur sbrapa penerimaanx pada drimu.

    Reply
  9. pesimis, mungkin. optimisme melenakan, pesimisme menjatuhkan. mungkin memang tergantung sudut pandang, sih.

    daun yang jatuh tentu punya makna. persahabatan (atau yang lain) mungkin memang harus melewati ujian, tapi entah kenapa saya nggak terlalu ingin menguji dengan cara seperti itu lagi. :mrgreen:

    tapi yah, hal-hal seperti itu memang pada dasarnya rapuh, sih. trust variable is not that simple anyway. 😉

    Reply

Leave a Reply to yud1 Cancel reply