perasaan kenyataan

“itu dua hal yang berbeda. dia suka sama kamu, itu perasaan. tapi dia sudah punya pacar, itu kenyataan.”

___

sebenarnya, sudah agak lama sejak terpikirkan untuk menulis di sini mengenai topik ini… namun karena satu dan lain hal, baru sekarang tulisan ini bisa dimuat di sini.

oh. iya. hal ini menyangkut apa-apa yang dipersepsikan manusia sebagai ‘perasaan’ dan ‘kenyataan’… atau secara mudah, bisa didefinisikan sebagai ‘apa yang diinginkan’ dan ‘apa yang terjadi’. mungkin agak kurang pas, tapi kira-kira seperti itulah.

jadi masalahnya begini. sebagaimana yang mungkin telah banyak diketahui, manusia memiliki dua bagian yang berbeda dalam pikiran mereka: satu yang dikenal sebagai ‘akal’, dan yang lain dikenal sebagai ‘perasaan’. dua bagian ini, dalam prosesnya, kadang sering menciptakan ‘kontradiksi yang membingungkan’ dalam pikiran manusia.

…jangan tanya bagaimana hal tersebut terjadi, sebab hal tersebut akan termasuk ke dalam bahasan psikologi ilmiah yang mungkin bukan konsumsi orang awam =).

misalnya begini.

dalam sebuah kunjungan iseng-iseng ke toko komputer, terlihat sebuah monitor TFT dengan layar datar 17? terpasang di display. modelnya stylish, serta ramping dengan resolusi supertajam. pokoknya bagus, deh. dan reaksi pertama: pengen… =P

tapi bandrol harga untuk monitor tersebut membuyarkan keinginan. eh, tidak deh. keinginannya tidak buyar, kok. hanya ’sedikit tertahan’…

…tapi yang jelas, akhirnya monitor tersebut tetap berada di sana untuk waktu yang cukup lama lagi.

oh, oke. gw ingin punya monitor TFT 17?, itu perasaan. dan adalah hal yang akan membuat gw senang, kalau gw bisa mendapatkan benda tersebut. tapi gw tidak punya cukup uang, dan itu kenyataan. harga kurang-tapi-sangat-mendekati dua juta rupiah jelas bukan jumlah yang akan dengan mudah dikeluarkan mahasiswa sederhana *alah* seperti gw.

dan akhirnya, tentu saja gw tidak bisa memiliki monitor tersebut. tidak peduli seberapa kuatnya keinginan dan perasaan yang ada, tetap saja kenyataannya gw tidak punya uang! dan akhirnya, ‘perasaan’ harus kalah oleh ‘kenyataan’.

…sedih? ah, tidak. biasa saja, kok =).

manusia bertindak berdasarkan perasaannya. percaya atau tidak, dan entah anda mau mengaku atau tidak =). percaya deh, anda nyaris tidak mungkin bergerak atau memutuskan sesuatu hanya dengan berdasarkan rasio yang anda perhitungkan. akan selalu ada bagian di mana ‘perasaan’ ikut mengambil bagian, entah anda sadari atau tidak.

kalau anda hendak memutuskan untuk memakan roti dengan selai kacang atau dengan kismis, anda tidak mempergunakan pikiran anda: sesungguhnya, anda tidak memikirkan mengenai kadar gizi kismis dan selai kacang, demikian juga anda tidak terlalu memikirkan faktor ekonomi dalam pertimbangan anda. pokoknya anda mau kismis! atau selai kacang, terserah anda. tapi anda tidak melakukan pertimbangan yang mendetail mengenai hal tersebut.

yah, itu contoh kalau ‘perasaan’ anda tidak dihalangi oleh ‘kenyataan’. bagaimana kalau sebaliknya yang terjadi?

bayangkan anda adalah seorang cowok berusia 20 tahun, dan seorang mahasiswa yang biasa-biasa saja. dan tiba-tiba, anda (dengan sombongnya =P ) ‘menyadari’ keberadaan seorang cewek manis dari kelas sebelah yang kayaknya naksir anda.

wah. tapi dia sudah punya pacar, dan dengan demikian anda berpikir bahwa anda ‘mungkin ke-GR-an tingkat parah’, dan demikian anda bersikap biasa-biasa saja. tapi percayakah anda, bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa anda mungkin salah?

…mungkin, lho. jangan ke-GR-an. tapi bagusnya, anda tidak terlalu peduli, dan dengan sedikit-sombong mengatakan kepada diri sendiri: aku tidak suka barang bekas!

tapi siapa yang tahu? seandainya anda berdua sama-sama sedang single, mungkin hubungan anda bisa dimulai dan mungkin akan terus berlanjut. tapi kenyataannya tidak begitu, bukan?

hmm. contoh tersebut seharusnya sudah cukup menjelaskan. perasaan seringkali terbentur oleh kenyataan, dan pada dasarnya kedua hal tersebut adalah hal yang berbeda. anda tidak bisa berharap bahwa kenyataan berubah untuk mengikuti perasaan anda. dalam banyak kasus, hal tersebut jarang sekali terjadi… walaupun bukannya tidak mungkin, sih. hanya saja, akan perlu usaha cukup keras agar hal tersebut bisa terjadi =).

dan percaya atau tidak, manusia adalah makhluk yang ‘menarik’, kalau anda memandangnya berdasarkan masalah ‘perasaan’ dan ‘kenyataan’ ini. siapa bilang bahwa ‘perasaan’ harus selalu kalah oleh ‘kenyataan’, dan bukan sebaliknya? tidak selalu begitu, kok.

anggap saja ada seorang cewek yang cukup-menarik, dan sepertinya sih akan ada beberapa cowok yang akan mengajaknya kencan dan-sebagainya, tahu sendiri-lah. tipe yang akan dikejar-kejar (sebagian besar =P ) cowok.

oke, ada cowok W yang tampan dan cerdas. pemikirannya bermutu, tapi dia kadang terlalu serius. lagipula, dia tidak punya mobil.

ada juga cowok X yang romantis dan bersedia mengirimi buket bunga sebulan sekali lengkap dengan puisi romantis, tapi ia tidak terlalu tampan.

ada lagi cowok Y yang mapan dan sudah bekerja, serta memiliki sifat dewasa dan melindungi. tidak terlalu romantis, tapi bisa diandalkan deh.

dan ada juga cowok Z yang tidak punya apa-apa dan biasa banget, lagipula awalnya dia tidak tertarik kepada cewek ini… sudahlah, ini sih nggak usah diperhitungkan. kenyataannya cowok ini tidak punya sesuatu yang kelihatannya bisa dibanggakan, kok.

percaya tidak, kalau akhirnya cewek itu jalan dengan si cowok Z yang ‘biasa banget’ itu? tapi itulah yang terjadi.

manusia bertindak berdasarkan perasaan mereka. dan kadang, manusia tidak mau (dan tidak perlu) berpikir akan kenyataan yang ada — entah apakah secara materi seorang cowok sebenarnya mungkin biasa-biasa saja, atau secara penampilan tidak terlalu istimewa. seringnya lagi, hal tersebut malah berada ’seolah di luar kontrol’: dan tiba-tiba anda mungkin bingung sendiri mengenai sesuatu yang telah terjadi!

sesungguhnya, hal tersebut adalah wajar adanya. dan hal tersebut adalah hal yang secara mudah bisa disebut sebagai ‘impuls’. atau secara sederhana, ’sesuatu yang dilakukan tanpa melibatkan pikiran’. lho, anda memang tidak berpikir kok kalau sedang di-drive oleh impuls anda! dan dalam keadaan ini, ‘perasaan’ jauh lebih efektif dalam menggerakkan anda, dibandingkan pertimbangan akan ‘kenyataan’.

tergantung individu juga, sih. tapi dalam banyak kasus, impuls karena ‘perasaan’ seringkali mengalahkan pertimbangan logis akan ‘kenyataan’. tentu saja hal ini tidak bisa digeneralisasi secara umum, namun tidak bisa dipungkiri bahwa hal tersebut memang banyak terjadi.

susah juga, sebenarnya. mungkin juga hal ini merupakan salah satu sifat dasar yang dimiliki manusia, namun tampaknya hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

…oke. jadi kesimpulannya?

kata siapa ‘perasaan’ harus selalu kalah oleh ‘kenyataan’? sesungguhnya, tidak selalu seperti itu, kok =).