do it now

“if you want to have some fun, do it now. if you want to slack off, do it now. as long as you deliver the result anyways.”

___

saya termasuk orang yang tidak percaya dengan konsep ‘menabung waktu santai’. atau secara sederhana, falsafah (yang kelihatannya cukup populer) soal ‘mendingan sibuk sekarang, nanti baru santai-santai’. demikian juga, saya memiliki kecenderungan untuk tidak setuju dengan beberapa pendapat yang mengatakan tentang ‘hidup itu tidak boleh diisi dengan hal-hal yang tidak berguna’. atau hal-hal sejenisnya, yang mengutamakan tentang ‘bekerja keras seumur hidup’.

kok jadi panjang… ya sudahlah, jadi intinya saya adalah manusia yang menghargai saat-saat santai dalam hidup saya. dan saya tidak terlalu percaya, bahwa saat-saat santai itu bisa ditabung dengan kerja keras sampai habis-habisan!

kenapa begitu, karena kenyataannya memang seperti itu, pembaca. :mrgreen:

kenyataannya, kehidupan itu tidak berjalan dengan menyisakan waktu luang di belakang. kalau mau senang-senang, lakukan sekarang. menabung saat santai dengan bekerja keras sampai habis-habisan adalah hal yang cenderung sia-sia. satu hal selesai, datang yang lain. hal yang lain selesai, datang yang lain lagi. begitu seterusnya, begitu seterusnya.

…tidak selalu, sih. tapi coba ingat-ingat masa sekolah atau kuliah dulu. kita mencoba mengerjakan PR atau tugas atau sejenisnya, dan berharap bisa santai setelahnya. mungkin memang bisa, sih. tapi kenyataannya adalah, sebagian (besar?) dari kita cenderung mengambil pekerjaan (atau tanggung jawab) yang lain dengan pemikiran yang sama: kerja keras sekarang, nanti baru santai-santai!

dan akhirnya, hal ini terus terpropagasi. bukan hal yang aneh bahwa akhirnya beberapa orang mungkin bingung sendiri soal ‘hidup yang sepertinya tidak santai’. dan akhirnya, beberapa orang mungkin malah akan terjebak dalam siklus yang seolah jadi kehilangan makna: kerja, selesai, kerja lagi, selesai, kerja lagi… dan seterusnya.

…ah, sebentar. saya bukannya mengatakan bahwa hal tersebut adalah hal yang buruk. itu sama sekali tidak buruk, apalagi untuk orang-orang yang memang bisa enjoy dengan hal tersebut. hitung-hitung, mereka mungkin malah bisa menyumbang kemajuan diri masing-masing dan masyarakat pada umumnya… tapi kalau tidak? mungkin malah bisa jadi beban sendiri. tapi entahlah, ini mungkin tergantung individu, sih.

tentu saja, saya ngomong begini bukannya menyarankan anda untuk menjadi manusia yang tidak bertanggungjawab. semua orang punya tanggung jawab, dan masing-masing punya jalannya sendiri. tapi kalau saya tidak bisa senang-senang dan menikmati hidup saya dengan segala tanggung jawab yang saya miliki, tentu ada yang salah.

saya memutuskan untuk senang-senang. saya memutuskan untuk main-main dan hidup bahagia. saya memutuskan untuk menjadi sedikit pemalas dan mencoba untuk lebih memperhatikan aspek-aspek lain dari kehidupan saya. saya memutuskan untuk hidup santai dan bahagia.

…tapi selama tanggung jawab saya terpenuhi, tidak ada masalah, kan? selama material riset untuk publikasi bisa dikumpulkan tepat waktu. selama proyek yang dikerjakan bisa selesai dengan baik. selama tugas kuliah tidak terbengkalai. selama kerja sambilan berjalan lancar. mungkin dengan berbagai syarat yang lain, tergantung keadaan juga sih.

saya mungkin bisa mengejar semuanya habis-habisan dan menyelesaikan semuanya dengan lebih cepat (dan mungkin hasilnya lebih baik, siapa yang tahu), tapi setelah itu saya mungkin akan melakukan hal yang lain lagi. cari proyek lain, misalnya. atau mengerjakan riset yang lain. atau cari kerja sambilan yang lain. siapa yang tahu?

pada akhirnya, saya juga tidak akan punya waktu santai yang saya cita-citakan. setelah itu, mungkin umur saya malah habis duluan sebelum saya bisa menikmati waktu santai tabungan saya itu!

dan dengan demikian, saya memutuskan untuk menjalani hidup saya dengan senang-hati dan senang-pikiran. di antaranya, mungkin dengan melakukan ‘hal-hal yang tidak berguna’… tapi terserahlah. kalau sesuatu bisa membuat saya senang, berarti hal tersebut ada gunanya. sederhana saja.

…tapi sayangnya, pendekatan dengan cara seperti ini juga menghadapi dilemanya sendiri: apa lagi kalau bukan penilaian soal etos kerja? :mrgreen:

sekarang anda bayangkan, seandainya saya hidup di tengah orang-orang yang menjunjung tinggi etos kerja.

kerja. kerja. kerja. kalau nggak kerja nggak bisa hidup.

KERJA. KERJA.
kalau kerja harus serius, jangan santai-santai.

KERJA. KERJA. KERJA.
kalau kerja santai-santai nanti nggak bisa hidup.

KERJAKERJAKERJAKERJAKERJAKERJAKERJA——————!!

…ada lho, percaya nggak percaya. :mrgreen:

di hadapan orang-orang seperti ini, ada kemungkinan bahwa ide untuk santai-santai-semaunya-asal-kerjaan-selesai dipandang sebagai ‘edan’ atau ‘sableng’. dan sebagai akibatnya, mungkin dedikasi saya dalam menjalani kehidupan akan dipertanyakan. duh.

tapi entahlah. memangnya kehidupan manusia itu cuma kerja? memangnya etos kerja yang ‘tidak seperti itu’ akan membuat manusia tidak bisa hidup? memangnya tidak ada aspek lain dalam kehidupan yang lebih penting daripada etos kerja yang seperti itu?

beberapa orang mungkin beruntung bisa menemukan pekerjaan yang membuat mereka bahagia, dan rela menghabiskan banyak bagian dari kehidupan mereka untuk hal tersebut. tapi tampaknya saya belum bisa menemukan yang seperti itu untuk saya… jadi saya kira, saya akan bersikap sedikit pemalas soal ini. sayang-sayang, soalnya hidup saya ini cuma sekali, dan saya sendiri tidak berniat menjalaninya dengan ketidakbahagiaan yang tidak perlu.

lagipula, manusia juga tidak diciptakan dengan tujuan tertentu. manusia hanya menciptakan tujuan hidupnya sendiri, untuk kemudian mati dan meninggalkan semuanya. untuk kehidupan yang hanya seperti itu, sayang sekali kalau kita tidak bisa menikmati setiap saatnya, bukan? 😉

oh well… yang penting tanggung jawab saya terpenuhi dengan baik, dan dengan demikian tidak akan ada masalah. selama saya bisa memberikan hasil terkait tanggung jawab saya, dan selama tidak ada hak orang lain yang saya langgar. sederhana saja, dan mungkin memang sama sekali tidak perlu dibikin susah.

ah, iya. sebelum lupa… adakah pembaca yang sempat ‘tertipu’ dengan judul tulisan ini? :mrgreen: