landak

me (yud1)
ss (a girl, initial unrelated)

ss: “err… gimana ya. gw tau lo orang baik. baik banget, duh. serius.”

me: “…beneran?”

ss: “cuma, karena lo terlalu… apa ya? perceiving the world as in anarchy, the way you portray yourself in outward interaction, it creates a barrier…”

ss: “kayak landak. padahal landak kan lucu ihhh kawaiiiiiiiii kyaaaahh~”

ss: “…tapi kalo udah dipegang berduri. ewwww, padahal kan gw nggak jahat, cuma mau elus-elus landak. hiks.”

me: “…”

ss: “perumpamaan. yah mungkin perumpamaannya ekstrim sih ya.”

me: “no, I like it. perumpamaan yang bagus.” 😉

.

.

.

me: “tapi, yah… sebagian karena itu juga gw cenderung males ngomongin beberapa hal ke orang lain. kayak begini juga, misalnya.”

ss: “yah… maaf…” 😕

me: “ah, it’s okay. dibilang begitu juga, toh itu bukan hal yang akan ditanggapi orang dengan baik. it’s easier to keep such for oneself, I think.”

ss: “ih, dasar landak. bisanya memang cuma sama sesama landak. iya, atau armadillo. huh.”

.

.

me: “well, tapi mungkin lo bener juga tentang satu hal lagi.”

me: “‘cuma landak yang bisa ngomong sama landak’. iya, kan?” 😉

ss: “kalau ngomongnya jauh-jauh sih, bisa.”

dari suatu obrolan pada suatu hari di bulan Juni. entah kenapa saya suka perumpamaan ini.