surat untuk kakak

kakakku yang baik,

aku memperkirakan bahwa kamu sedang berada di tempat yang jauh ketika membaca surat ini. mungkin sedang bersama teman-teman dan orang-orang yang mendukungmu, atau mungkin dalam saat-saat senggang di antara hari-hari yang sibuk. apapun itu, aku senang bahwa kamu telah sekali lagi melangkah, pergi ke dunia yang jauh dan berbeda; dunia yang terasa jauh dari apa-apa yang kujalani saat ini.

kamu akan terus dan terus melangkah, mengembangkan sayap impian dan pergi menantang cakrawala. kamu mungkin akan bertemu banyak orang-orang hebat, dan dengan demikian kamu akan terus berkembang dan menjadi salah satu dari mereka. kamu yang saat ini mungkin akan berubah, tapi kurasa hal tersebut bukanlah masalah. kamu adalah orang yang akan terus dan terus berkembang, sejauh impian dan kemauanmu yang mungkin tak terbatas.

aku sangat senang melihat kamu yang seperti itu. kamu yang berusaha dan bekerja keras, pergi ke dunia yang berbeda dan terus berkembang. kamu yang selalu berada di depanku, dan mengajarkanku banyak hal tanpa banyak kata-kata. kamu yang tidak pernah menyerah, dan memiliki kemampuan untuk melakukan banyak hal dengan istimewa. dan kamu yang dengan demikian terlihat begitu mandiri sekaligus mempesona.

ada banyak hal yang membuatku harus mengucapkan terima kasih kepadamu. aku melihat kamu yang terus melangkah, dan untuk hal tersebut aku memutuskan untuk terus melangkah. aku melihat kamu yang selalu berada di depanku, dan untuk hal tersebut aku ingin bisa berdiri sejajar denganmu. dan aku melihat kamu yang telah mengajarkanku banyak hal, dan untuk hal tersebut aku menginginkan untuk setidaknya bisa menyamai dirimu.

tapi kadang, hal tersebut terasa menyakitkan untukku.

tidak peduli sekeras apapun aku melangkah, kamu selalu berada di depanku. kamu yang selalu lebih hebat dariku, dan kamu yang selalu membuktikan bahwa apa-apa yang kamu capai tidak bisa dengan mudah kulakukan. kamu yang dengan demikian menjadi alasanku untuk terus melangkah, dan di saat yang sama kamu terus melangkah lebih cepat dan meninggalkan langkahku. untukku, hal itu sedikit menyakitkan; bahwa aku tidak pernah bisa berdiri sejajar denganmu, dan bahwa kamu selalu berada di depanku.

tapi, kamu tahu? aku sangat menyukai kamu yang seperti itu.

aneh ya, bagaimana aku bisa mengatakan ini sementara menurutku itu adalah hal yang sedikit menyakitkan. dan aku tahu bahwa selama ini aku tidak pernah bisa berdiri sejajar denganmu… dan kamu berada di sana, menjadi β€˜kakak’ yang selalu berada di depanku.

tapi kurasa, dulu dan sekarang adalah hal yang berbeda.

sekarang ini, kamu mungkin sedang berada di tempat yang jauh, dan menjalani dunia yang berbeda. mungkin setelah ini kamu akan melakukan hal yang lain di tempat yang hebat dan mungkin tidak terbayangkan olehku, tapi kamu akan bekerja keras seperti kamu yang biasanya kulihat. dan kamu tidak akan menyerah, persis seperti kamu yang biasanya kuperhatikan.

untuk mengajarkanku banyak hal, terima kasih. untuk selalu berada di depanku, terima kasih. untuk membuatku terus melangkah, terima kasih. dan untuk membaca surat ini, terima kasih. terima kasih untuk semuanya, dan maafkan aku untuk apa-apa yang tidak bisa kulakukan.

aku senang pernah bertemu denganmu. aku bangga akan kenangan tentangmu. dan aku bersyukur bahwa kamu pernah menjadi kakak untukku.

kurasa terlalu banyak kata-kata, tapi aku hanya akan mengatakan ini saja pada akhirnya.

selamat tinggal, kakak yang kusayangi. maaf karena pada akhirnya aku tidak bisa memberikan apa-apa. terima kasih untuk semua kenangan yang menyenangkan, dulu.

karena mulai dari sini, aku akan berjalan sendiri.

___

[1] FIKSI. tidak perlu repot-repot berspekulasi mengenai hal ini, pembaca :mrgreen:

[2] bukan pengalaman pribadi. setidaknya, bukan seluruhnya :)

15 thoughts on “surat untuk kakak”

  1. *baca lagi*

    Ah, siapa tahu… :mrgreen:
    Soalnya kalau anak perempuan akan mungkin nulis gitu ke `kakak` perempuan, jadi siapa tahu anak laki-laki nulis gitu juga ke `kakak` laki-laki… πŸ˜› *ngasal abis*

    Hmm… gimana ya rasanya bersaing dengan orang yang disukai? Lalu merasa kalah tapi senang antara rasa sakit … ? πŸ™„
    It must be quite complicated feeling ya? Tabun… πŸ˜›

    Reply
  2. @ yud1

    [1] FIKSI. tidak perlu repot-repot berspekulasi mengenai hal ini, pembaca :mrgreen:

    [2] bukan pengalaman pribadi. setidaknya, bukan seluruhnya πŸ™‚

    Yeah. Betul. Isi surat di atas adalah 68%β„’ fiksi dan tidak mengandung kebenaran di dunia nyata. :mrgreen:

    @ jejakpena

    Hmm… gimana ya rasanya bersaing dengan orang yang disukai? Lalu merasa kalah tapi senang antara rasa sakit … ? πŸ™„
    It must be quite complicated feeling ya? Tabun… πŸ˜›

    *ngakak*

    *ketawa guling-guling*

    πŸ˜† πŸ˜†

    Selamat, mbak telah berhasil menemukan kalimat yang cocok untuk ‘menindas’ yud1. πŸ˜›

    *kabur ah*

    Reply
  3. @ Sora kun

    Selamat, mbak telah berhasil menemukan kalimat yang cocok untuk β€˜menindas’ yud1. πŸ˜›

    Heee?? i did??
    Yes! Yes! *senangnya*

    Eh… yang bilang itu Sora loh, bukan saya… jadi mestinya… (ehm) memang ada yang benarnya… πŸ˜›
    Sabar ya yud… πŸ˜›

    *kabur juga ah*

    Reply
  4. :: jejakpena

    Hmm… gimana ya rasanya bersaing dengan orang yang disukai? Lalu merasa kalah tapi senang antara rasa sakit … ? πŸ™„
    It must be quite complicated feeling ya? Tabun… πŸ˜›

    complicated? entah, ya. ini memang bukan untuk konsumsi anak kecil, sih :mrgreen:

    :: sora-kun

    Selamat, mbak telah berhasil menemukan kalimat yang cocok untuk β€˜menindas’ yud1. πŸ˜›

    ah, tidak… biasa saja kok, ahaha… *pakai gaya conan edogawa* :mrgreen:

    Reply
  5. Ma malah iri,, adek adek Ma ada yang nganggep Ma kaya gini ga ya? moga moga aja gitu,,
    *masuk kamar, melukin adek Ma satu satu,,*

    Bisa ya nulis tumpahan perasaan dengan bahasa keren kaya gini,, πŸ™‚ Keren,,

    hmmm,, ada yang Ma pengen komen-in lagi,, tapi ga ketemu kata katanya,, ntaran lagi deh,, πŸ™‚

    Reply
  6. @ Rizma

    Ma malah iri,, adek adek Ma ada yang nganggep Ma kaya gini ga ya? moga moga aja gitu,,
    *masuk kamar, melukin adek Ma satu satu,,*

    Duh… Ma… saya bacanya juga ikut gimana… πŸ™‚

    btw, yang yud1 maksud disini bukan kaya adek-adek Ma nganggap Ma lho, ini maksudnya `kakak` bukan kakak…
    Makanya agak complicated gitu perasaannya… yud1 sih bilangnya “entah ya” tapi saya yang anak kecil aja lumayan cukup paham dengan jawaban itu… Pasti berat… πŸ™„

    *kaburr*

    Reply
  7. Oooh,, Ma salah tangkep ya,, maap,, jadi malu nih,,
    Abis Ma kalo masalah adek adeknya Ma agak agak posesif dan sedikit terlalu protektif,, πŸ™‚ jadi mikirnya langsung ke adek beneran,, sori,,

    *ganti setting*

    wah,, rasa suka yang unik ya,, kayanya seru,, macem macem emosinya
    *halah,,*

    jangan sedih ya,,
    *apaa coba,,*

    Reply
  8. :: jejakpena

    tapi saya yang anak kecil aja lumayan cukup paham dengan jawaban itu… Pasti berat… πŸ™„

    yah… no comment deh untuk soal ini. 😎

    :: Rizma

    Bisa ya nulis tumpahan perasaan dengan bahasa keren kaya gini,, πŸ™‚ Keren,,

    *terbaang*
    *terbaaang*
    *terbaaaaangg!!*

    :mrgreen:

    ::

    ehehe, diperhatikan begini sama Rizma dan jejakpena… jadi nggak enak, nih. komentarnya kok pada bikin terbang, yah? πŸ˜€

    *ditimpuk batu bata*

    Reply
  9. orang ekonomi sukanya berspekulasi tuh gimana dong??
    pasti ada hubungannya dengan 2nd summer itu ya..hehe
    (ketauan suka buka-buka diarynya yud1)
    πŸ™„

    Reply

Leave a Reply to Jefri Cancel reply