komunitas islam: objektivitas dalam sikap

dalam beberapa hal, beberapa komunitas islam di indonesia memiliki perkembangan sikap yang menarik terhadap beberapa isu yang berkembang di dunia islam. sebagai contoh, invasi Amerika Serikat ke Irak, dukungan terhadap Saddam Husein, dan pertempuran di Afghanistan, misalnya. hal ini -tentu saja- tidak dapat dipandang sebagai sikap umat Islam di Indonesia secara keseluruhan, dan besar kemungkinan hanyalah sikap dari beberapa gelintir dari penganut agama Islam yang ada di Indonesia. jadi sebelumnya, kita batasi dulu pembicaraan ini sebagai pembahasan terhadap beberapa gelintir dari komunitas Islam di indonesia, dan tidak semua umat Islam di indonesia memiliki pendapat yang seragam mengenai isu-isu yang akan dibahas di sini.

dalam Islam, ada banyak perintah dan anjuran yang cukup menekankan mengenai pentingnya solidaritas, atau banyak disebut sebagai ukhuwah (=’ikatan’, tetapi lebih banyak dipandang dalam konteks ‘ikatan sosial’) di antara komunitas muslim sendiri. dan hal ini juga yang mengakibatkan banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai bagaimana menerapkan arti kata ‘ukhuwah’ ini. salah satunya adalah sikap mengenai isu-isu yang berkembang di dunia, yang dalam beberapa kasus bersinggungan dengan keadaan umat Islam di berbagai tempat di seluruh dunia, yang akan dibahas dalam tulisan ini.

misalnya begini. ada salah satu kasus yang menarik, yang menimbulkan sikap yang juga menarik di antara beberapa komunitas muslim di Indonesia. mungkin masih segar dalam ingatan, bagaimana peristiwa teror terhadap gedung WTC di Amerika Serikat (yang belakangan menimbulkan banyak sekali kontroversi, baik dari dalam maupun luar negeri Amerika Serikat) memicu terjadinya invasi Amerika Serikat ke Afghanistan. alasan yang digunakan adalah ‘perang melawan terorisme’ yang digembar-gemborkan oleh George W Bush yang menjabat sebagai presiden Amerika Serikat.

saat itu, komunitas muslim dunia cukup gerah. hal yang wajar, mengingat tuduhan tersebut bisa dikatakan terlalu prematur. tapi ada yang menarik di komunitas muslim di Indonesia. hal ini meliputi pandangan seperti ‘Amerika Serikat adalah negara laknat’ dan ungkapan sejenis ‘Allah bersama Taliban dan Afghanistan’. mungkin tidak ada masalah. adalah hak setiap warga negara untuk berpikir dan mengemukakan pendapat. tapi sebelumnya, mungkin ada baiknya kita membicarakan dulu mengenai keadaan yang terjadi.

poin pertama. adalah prematur, sangat-sangat prematur, ketika seorang atau segelintir komunitas muslim di indonesia menyatakan bahwa Amerika Serikat adalah negara laknat. perlu diperhatikan bahwa banyak warga Amerika Serikat (termasuk yang non-muslim) sangat tidak setuju terhadap invasi ke Afghanistan. demikian juga, perlu diperhatikan bahwa komunitas muslim di Amerika Serikat (walaupun jumlahnya tidak signifikan terhadap keseluruhan populasi warganegara) eksis, dan sama sekali tidak menyerukan anarkisme maupun penghinaan terhadap negaranya – sikap yang bertentangan dengan sebagian saudara-saudara mereka di Indonesia. tentu saja, bukan berarti kaum muslim di sana hidup tanpa gangguan (banyak kasus penganiayaan terhadap muslim yang salah sasaran), tapi adalah sikap yang berbeda yang ditunjukkan terhadap negara Amerika Serikat (ditekankan pada kata negara, bukan pemerintah).

poin kedua. kenyataannya, apakah rezim Taliban yang saat itu menguasai Afghanistan sudah begitu baik dalam melaksanakan kewajibannya sebagai penguasa? ternyata tidak. tapi tetap saja, ketika hal ini datang kepada pernyataan ‘Afghanistan dan Taliban adalah muslim’, maka dukungan pun mengalir dengan deras dari beberapa komunitas muslim di Indonesia, bahkan termasuk (usaha untuk) mengirimkan pasukan (yang tidak ada hubungannya dengan kebijakan luar negeri Indonesia) dari Indonesia ke sana. hal ini, tentu saja, berkaitan dengan soal ukhuwah yang disinggung di bagian awal tulisan ini.

contoh lain. selama bertahun-tahun belakangan ini, dukungan terhadap pergerakan Palestina dalam perselisihannya dengan Israel mengalir deras dari Indonesia (bukan hanya dari komunitas Islam, tapi juga dari kebijakan luar negeri Indonesia), yang meliputi tidak adanya hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel. adalah hal yang baik (dan sesuai dengan kebijakan politik luar negeri bebas aktif) bahwa Republik Indonesia bersikap aktif menjaga perdamaian dunia. dalam kasus ini, pernyataan ketidaksetujuan terhadap Israel dinyatakan dengan tidak adanya hubungan diplomatik.

dukungan umat islam? tidak perlu ditanyakan lagi. hal ini merupakan isu utama di komunitas islam di banyak tempat. dari lembaga dakwah kampus, lembaga dakwah sekolah, sampai ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menyatakan hal yang sama: dukung Palestina! tidak ada masalah, sebab hal tersebut memang sejalan dengan prinsip menjaga perdamaian dunia. untuk lebih detail mengenai masalah Israel-Palestina, silakan mencari tahu dengan keyword ‘West Bank’, ‘Tepi Barat’, dan ‘Camp David’.

tapi, berapa banyak dari orang-orang (muslim) di Indonesia, yang menyatakan hal tersebut, tahu dan mengerti keadaan yang ada di Tepi Barat? berapa banyak yang tahu bahwa pemilu telah diselenggarakan, dan Hamas berada di puncak kepemimpinan? mungkin banyak. tapi ada hal yang menarik.

beberapa waktu yang lalu, terlihat beberapa media (‘media’ di sini maksudnya segala sesuatu yang bisa digunakan untuk menyampaikan sikap) yang berisi statement seperti ‘dukungan untuk kemenangan atas intifadhah‘ dan sebagainya. intifadhah adalah gerakan perlawanan warga Palestina di Tepi Barat yang melawan pendudukan Israel dengan menggunakan terutama lemparan batu sebagai senjata, dan oleh karena itulah disebut sebagai intifadhah. tapi, melihat keadaan sekarang, masihkah intifadhah relevan? pemilu telah diselenggarakan, dan Hamas (sebagai motor perlawanan rakyat terhadap pendudukan Israel) telah memenangkan pemilu. dan saat ini, yang diperlukan adalah ‘pelunakan’ sikap Hamas terhadap Israel (harap diperhatikan bahwa ‘pelunakan’ bukan berarti ‘serba menurut’). jalur diplomatis harus dikerahkan, dan tidak bisa lagi semata menggunakan perlawanan fisik, yang dalam banyak kasus di seluruh dunia hanya akan memundurkan kemajuan yang sudah diusahakan ke arah perdamaian.

tapi kita tidak sedang membicarakan politik luar negeri di sini. masalahnya, kenapa ada statement seperti hal tersebut? padahal berkali-kali bom bunuh diri di Israel (yang diperkirakan pelakunya adalah warga palestina), dan keributan di Tepi Barat mengakibatkan mundurnya usaha proses perdamaian yang sedang ditempuh. masalahnya: benarkah komunitas (atau individu) muslim di Indonesia yang mengatakan statement tersebut, tahu dan benar-benar paham keadaan dari kancah politik dan militer di Tepi Barat, setidaknya yang diliput oleh media di seluruh dunia?

dan kalau bicara contoh lain, banyak sekali. dukungan terhadap Saddam Husein, misalnya. padahal, hampir semua orang (yang mengikuti perkembangan dunia) mengetahui bahwa Saddam dengan partai Baath sebagai kendaraan politiknya menggunakan berbagai cara untuk melanggengkan kekuasaan. bahkan Perang Teluk di Kuwait (1991) terjadi, sebagian lebih karena ambisi Saddam untuk melakukan ekspansi. tapi, dalam beberapa komunitas Islam di Indonesia, ketika dihadapkan pada fakta ‘Amerika Serikat akan menyerang Irak’, dukungan terhadap Saddam mengalir. padahal, dalam banyak kasus, Saddam Husein tidak lebih baik dari George W Bush.

tentu saja, sekali lagi, ini bukan berarti seluruh komunitas muslim di Indonesia seperti itu. hanya saja, ada hal-hal yang berlaku seperti itu di antara komunitas muslim di Indonesia. dan kembali lagi ke masalah awal: benarkah dukungan (atau kecaman) yang dilancarkan oleh (sebagian) komunitas muslim Indonesia telah dilandasi oleh suatu pemahaman terhadap fakta yang ada, ataukah sebatas dukungan emosional karena ‘mereka adalah sesama muslim’?

mungkin memang Amerika Serikat memiliki kebijakan yang ‘tidak pada tempatnya’ dengan menginvasi Afghanistan dan Irak. tapi tidak bisa dilupakan bahwa sebagian (cukup besar) warganegara Amerika Serikat menentang pengiriman pasukan ke kedua negara tersebut. mungkin benar bahwa rezim Taliban dan Saddam Husein (berikut rakyat Afghanistan dan Irak) dizalimi oleh Amerika Serikat dengan invasi yang dilakukan ke kedua negara tersebut. meskipun demikian, perlu juga diperhatikan bahwa ‘Taliban tidak sebaik itu’ dan ‘Saddam Husein tidak sebersih itu’. adalah benar bahwa Palestina memiliki hak untuk tinggal di Tepi Barat (yang terganggu sejak dilakukannya perjanjian Camp David), tapi perlu juga diperhatikan bahwa upaya-upaya perlawanan fisik (yang dalam banyak kasus malah membawa korban warga sipil) dalam beberapa hal malah membawa perdamaian semakin jauh dari Tepi Barat.

tidak ada yang salah dengan dukungan seorang (atau sekelompok) muslim terhadap muslim lainnya. hal tersebut adalah bagian dari dasar kehidupan Islam yang disebut dengan ukhuwah. tetapi alangkah baiknya, bahwa ketika seorang muslim mengatasnamakan ukhuwah, objektivitas dalam penyampaian pendapat tetap dijaga. dalam banyak kasus, justru hal inilah yang banyak diabaikan. pembangunan citra baik, baik sadar maupun tidak, dibangun terhadap pihak ‘sesama muslim’, dengan kecenderungan mengabaikan fakta yang mungkin ‘kurang berkenan’ yang ada. demikian juga, pembangunan citra buruk, entah sebagai ‘laknat’ atau ‘musuh Allah’ juga dibangun, entah sadar atau tidak, terhadap mereka yang dianggap ‘bukan Islam’, dengan kecenderungan untuk mengabaikan fakta yang mungkin ‘ada, tapi bertentangan dengan citra yang sedang dibangun’.

wallahualam bishshawab.

___

tulisan ini dibuat atas dasar pemikiran pribadi, dibuat tanpa tendensi untuk menyinggung atau mendiskreditkan satu atau beberapa kelompok. masukan, kritik, dan saran dapat dilakukan dengan melakukan comment terhadap tulisan ini.

8 thoughts on “komunitas islam: objektivitas dalam sikap”

  1. duh.. mo komen tp bingung.. Komen tentang judulnya aja yah.. =)

    Aku juga sependapat bahwa objektivitas itu penting. Bisa saja khan orang yang ngakunya muslim (hanya Islam KTP) memanfaatkan ketidak-objektivitas-an untuk berbuat hal-hal yang tidak semestinya. Dan mereka tahu pasti dengan membawa bendera ‘Islam’, pasti ada yang akan membela. Padahal jelas2 yang telah dibuat orang yang ngaku2 Islam itu bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits..

    Wallahualam bishshawab.

    Reply
  2. ehm, numpang comment ya… (buat bagian ttg palestina aja)

    kalo soal hamas dan israel, entah kenapa selalu ada yang namanya stereotip (ketika yg satu memandang yg lain) bahwa tanah suci Yerusalem adalah milik “islam” (ketika hamas yg memandang) atau milik “eretz yisrael” (‘israel raya’, ketika israel yg memandang). Sentimen ini tadinya juga berlangsung di antara umat kristen, islam, dan yahudi pada waktu berlangsungnya Perang Salib — di mana semuanya saling memandang bahwa yang lain tidak berhak atas tanah Yerusalem. Jadi sikap ‘saling-keras’ ini kayaknya lebih mengarah pada (minjem istilah Karen Armstrong) ‘sauvinisme religius’.

    mungkin itu juga yang bikin sebagian kita (muslim indonesia) jadi cenderung membela ‘muslim’ di luar sana.

    tambah lagi, kalo udah menyangkut ‘agama’, hampir pasti semuanya merasa bahwa dirinya yang paling bener, apalagi kalo berhadapan sama musuh dari ‘agama’ lain. Bisa jadi ini juga yg mengakibatkan distorsi pandangan kita tentang ‘muslim’ di luar sana — Saddam Hussein toh sebenernya berjiwa sekuler juga (walaupun muslim!), dan Taliban juga banyak dikritik bersikap terlalu represif (walaupun mereka sangat yakin dengan keimanan mereka) — tapi banyak juga yg mendukung mereka, karena mereka berhadapan sama Amerika (yg umumnya beragama kristen atau yahudi).

    wallahu a’lam bishshawab. mohon dikoreksi kalo ada yg salah.

    Reply
  3. Islam KTP? Hmmm….
    Coba baca tulisanku tentang Islam KTP dan Definisi Agama serta diskriminasi terhadap Kepercayaan. Mungkin jangankan “Islam KTP”, jangan-jangan sebenarnya umat Muslim di Indonesia sedikit. Jumlah di sensus tampak banyak hanya karena kebijakan “pemaksaan untuk mengakui agama resmi”.

    Untuk tulisannya Yudi, aku sepakat.
    Bahkan Rasulullah bersedia berunding dengan Quraisy untuk Perjanjian Hudaibiyah. Bahkan ayat-ayat yang sering disebut sebagai “ayat pedang”, kalau disimak baik-baik, baru turun setelah musuh melanggar perjanjian berkali-kali.

    Lagipula
    Janganlah kebencian kamu terhadap suatu kaum menghalangi berbuat adil” (lupa ayat berapa.. kalau gak salah surat Al-Maidah).

    Dan pepatah Arab yang direvisi oleh Rasulullah “Tolonglah saudaramu baik yang dizalimi maupun menzalimi.. …. tolong saudaramu yang menzalimi dengan mencegahnya berbuat zalim

    Reply
  4. Narpati:
    Iya iya.. Aku waktu itu pernah baca tulisanmu sepintas. Cuma tidak baca baik2, karena tulisan2mu banyak yang panjang banget.. ^_^.. Okay, nanti aku baca lagi.. =)

    Eh yud, maap yah jadi “ngobrol”nya di sini.. hehehe..

    Reply
  5. wah, ternyata sudah ada agak banyak comment dalam dua hari ini.

    @rabz: gapapa… -santai-

    @Aji: kadang, jauh lebih baik tahu daripada tidak tahu, lho

    @sora-kun: chauvinisme religius? istilah yang ‘cukup tepat’ juga, sih. tapi memang hal seperti ini bakal susah. nggak akan ada habisnya kalau sudah bicara soal ‘agama’ dan ‘benar’.

    anyway, thanks for the comment

    Reply
  6. numpang nanya ya!
    aku mo nanya ma sora-kun coz kelihatannya tahu banyak ttg istilah chauvinisme religius.Kaloboleh tahu artinya apa tuh?and salam kenal aja ya buat sora-kun…

    Reply

Leave a Reply to kiki Cancel reply