sesuatu yang hilang

“…tapi lima atau sepuluh tahun lagi, apakah kamu akan tetap bisa menjadi seperti kamu yang sekarang; kamu yang jujur dan apa adanya, yang bisa mengatakan ‘tidak’ dengan idealisme kamu?”

___

saya tahu, bahwa dalam setiap langkah perjalanan kehidupan saya, akan selalu ada hal-hal yang hilang dari diri saya. selalu demikian; untuk apa-apa yang saya dapatkan selama perjalanan ini, ada hal-hal yang juga hilang dari diri saya.

selama ini, saya tidak keberatan dengan hal tersebut. saya tidak keberatan kehilangan sebagian sudut pandang saya akan dunia yang ternyata tidak selalu indah. saya tidak keberatan kehilangan sebagian harapan dan kepercayaan saya terhadap orang lain yang tidak selalu baik untuk saya. saya tidak keberatan untuk beberapa hal lain yang terjadi dalam perjalanan saya sejauh ini.

…tapi mungkin, tidak kali ini. saya takut, bahwa saat ini saya sedang kehilangan idealisme saya. saya takut bahwa saya mungkin tidak akan lagi bisa berkata ‘tidak’ untuk hal-hal di luar nurani saya. saya takut, bahwa suatu saat saya akan menjadi terlalu pragmatis dan materialistis; bahwa saya tidak lagi bisa jujur kepada diri saya sendiri.

saya takut, suatu saat saya akan menjadi orang yang tidak pernah puas; dengan demikian menjadi korban materialisme, sebelum akhirnya kehilangan prinsip dan kebersahajaan saya.

::

saya tahu, saya tidak selalu bisa menjalani hidup dengan seratus persen bersandar kepada idealisme; kita hidup di dunia yang tidak sempurna, di mana kita tidak bisa selalu jujur dalam setiap hal. dan saya tahu, bahwa adalah sangat naif kalau saya berharap bisa selalu bertindak sesuai hati nurani saya.

sekarang mungkin saya masih bisa mendengarkan kata hati saya; saya bisa menolak apa-apa yang tidak sesuai dengan apa yang saya sebut sebagai nurani saya, dan saya bisa bersikap kritis serta kalau perlu mengatakan ‘tidak’ untuk hal-hal di luar idealisme saya.

…tapi, sampai kapan? mungkin tidak akan cukup lama.

setelah ini, di tempat yang disebut oleh orang-orang yang menjalaninya sebagai ‘dunia nyata’, saya mungkin akan berhadapan dengan berbagai macam kepentingan; mungkin, lengkap dengan beberapa lobi-lobi. dan uang dalam jumlah besar, serta ketidakpuasan diri yang bisa tak berujung.

lalu apa? sedikit demi sedikit, idealisme saya mungkin akan terpaksa saya tanggalkan. saya yang saat ini bisa memutuskan untuk tidak mengambil hal-hal yang ‘abu-abu’ apalagi ‘mendekati hitam’, mungkin akan berubah; mungkin dengan sedikit lobi dan hasrat produk kapitalisme, pendirian saya akan berubah.

tidak, saya tidak takut akan kenyataan bahwa idealisme saya mungkin akan bertentangan dengan realita; yang saya takutkan adalah, bahwa saya akan kehilangan pendirian yang saya miliki sekarang. bahwa idealisme saya tidak akan sempat bertentangan dengan kenyataan, karena telah terlebih dahulu luntur dalam perjalanan saya. entah terlena oleh mimpi produk kapitalisme, atau kebutuhan diri yang tidak pernah puas.

sekarang mungkin saya masih bisa mendengarkan kata hati saya; tapi apa yang akan terjadi nanti, saya tidak tahu.

sekarang ini saya, sendirian, mungkin bisa memilih dan bersikap. saya bisa berpegang kepada apa-apa yang saya anggap ‘ideal’. tapi saya tidak yakin saya akan bisa tetap bersikap demikian nanti; ketika saya memiliki tanggung jawab lain yang mungkin harus saya tanggung, ketika saya tidak bisa lagi hidup hanya untuk diri saya sendiri.

juga ketika saya nanti mungkin harus berada sebagai bagian dari suatu hal yang lain, atau ketika saya berada di tempat di mana apa-apa yang saya anggap ‘ideal’ tidak bisa hidup berdampingan dengan kenyatan; dan sayangnya, hampir tidak ada tempat yang tidak seperti ini.

::

saya takut, bahwa pertanyaannya bukanlah ‘apakah saya akan…’, tapi ‘berapa lama sebelum saya…’

berapa lama waktu yang saya butuhkan, sebelum saya akan mulai bersikap tidak jujur dalam menjalani kehidupan saya, dan mulai memberikan laporan ‘asal bapak senang’ ke atasan saya?

berapa lama waktu yang saya butuhkan, sebelum saya mungkin akan memberikan tanda tangan saya untuk penggunaan dana di luar aturan atas tekanan lingkungan saya?

berapa lama waktu yang saya butuhkan, sebelum saya mungkin akan mencari ‘sabetan halal’ dari proyek-proyek di berbagai kesempatan?

berapa lama waktu yang saya butuhkan, sebelum saya mungkin akan melobi para ‘petinggi-petinggi perusahaan’ dengan ‘hadiah halal’ agar sebuah proyek bisa goal dan berjalan?

berapa lama waktu yang saya butuhkan, sebelum saya mungkin akan ‘melakukan lobi-lobi legal’ demi mengantarkan diri saya ke jabatan yang lebih tinggi?

berapa lama waktu yang saya butuhkan, sebelum saya mungkin akan kehilangan independensi saya, demi sejumlah besar uang yang ‘halal’?

…apakah hal tersebut salah sama sekali? mungkin tidak. abu-abu, mungkin. tidak melanggar peraturan, mungkin. tapi berapa lama sebelum saya mulai melakukan hal tersebut? lima tahun? sepuluh tahun? atau lebih cepat lagi?

…karena sejujurnya, saya tidak ingin menjadi seperti itu.

::

saya tahu, bahwa saya tidak bisa selalu berpegang kepada idealisme. saya juga tahu, bahwa harus ada bagian-bagian dari idealisme yang harus saya korbankan dalam perjalanan saya nanti. saya juga tahu, bahwa tidak banyak hal yang bisa diraih dalam hidup ini, dengan seratus persen berpegang kepada idealisme.

…tapi masihkah saya akan bisa mengatakan ‘tidak’ untuk hal-hal yang saya anggap tidak sesuai dengan apa yang saya sebut sebagai ‘nurani’ saya? atau, mungkinkah saya akan terlena dan menjadi orang yang tidak lagi bisa jujur kepada diri saya sendiri?

di titik ini, saya berharap bahwa saya tidak akan kehilangan jati diri dan idealisme saya; bahwa sekalipun idealisme saya mungkin akan terpaksa saya tanggalkan sedikit demi sedikit, sedapat mungkin saya tidak ingin kehilangan hal tersebut.

karena saya tahu, bahwa mungkin saat ini saya sedang berubah ke arah yang tidak saya inginkan; sesuatu yang sangat saya benci, dan saya tidak ingin membiarkannya terjadi kepada saya.

saya rasa, saya hanya ingin bisa menjalani kehidupan; dengan idealisme dan kebersahajaan, serta rasa syukur yang apa adanya.

20 thoughts on “sesuatu yang hilang”

  1. *membayangkan yud1 5 atau 10 tahun lagi. Jadi apa ya?* :mrgreen:

    karena saya tahu, bahwa mungkin saat ini saya sedang berubah ke arah yang tidak saya inginkan; sesuatu yang sangat saya benci, dan saya tidak ingin membiarkannya terjadi kepada saya.

    Kalimat terakhirnya menunjukkan kalau yud1 bakal berusaha gak akan semudah itu membiarkan idealisme diri `diubah` oleh realita nantinya. ^^

    Saat orang yang idealis, lalu kemudian berbaur dengan lingkungan `abu-abu` atau hitam mungkin, dan masih dapat bertahan dengan idealisme-nya, dia orang hebat. Usaha yang harus dilakukannya untuk tidak terpengaruh tentu saja minta `ongkos` banyak. Dan komitmen untuk tetap jujur, bersahaja, bersyukur, jadinya makin teruji. Berat memang. πŸ™

    Kadang saya lihat juga, kasian banget ya orang-orang jujur dan baik yang terjebak dalam keadaan tidak menguntungkan, padahal mereka orang baik, tertindas oleh lingkungan jadinya. Maunya lingkungan yang ada jadi kondusif buat berbuat baik, jujur, idealisme terjaga, dan sebaliknya, keadaannya jadi neraka tak nyaman buat orang-orang yang jahat, dan mental buruk. Bisa gak ya? :mrgreen:

    Walaupun begitu, saya tetap berharap, keadaannya bisa lebih baik dari yang kita lihat sekarang. Orang2 kaya yud1 makin banyak dan lingkungan yang baik akhirnya `menjajah` orang-orang yang tidak jujur tadi. πŸ™„

    Reply
  2. Setuju..gw juga pernah berpikir seperti itu yud,tentang diri sendiri..lingkungan di sekitar..dan hanya pendapat,pikiran seperti itu bagi gw hanya rintangan yang harus dilewati..harus dilewati..waloupun sulit,gw merasa harus terus mencoba sampai bisa melewati rintangan itu (mungkin kayak maen game he2)..”perasaan dan pikiran seperti bukankah sebelumnya pernah gw rasakan”..mungkin lu juga pernah yud (gw peramal neh)..cuma dalam skala yang berbeda dan lebih kecil..Idealisme terbentuk setelah melewati rintangan2 atw dari dari rintangan2 terbentuk idealisme..idealisme berdasarkan nurani tentu yang positif bukan..semua itu harus gw lewati dan berharap gw bisa lebih baik..dan hanya pendapat,idealisme yang ditinggalkan akan membuat hilang kepekaan rasa/hati dalam menilai,menikmati,menentukan hidup..dan mungkin kehilangan arah terus menjadi hampa,yang dirasakan tanpa disadari diri sendiri dalam beberapa waktu tertentu..sampai sekarang gw juga terus mencoba(namatin game he)..dan mungkin ngga lu sendiri yang mengalami,menurut gw semua orang mengalami hal yang sama,mungkin di waktu awal atau sudah saat seperti lu atau gw atau lebih besar lagi..sebatas itu menurut gw,mungkin banyak yang salah..he2..huuf,yaa itu sebagian dari yang rasakan..trims yud,smoga bisa sharing lagi he2

    Reply
  3. setelah ini, di tempat yang disebut oleh orang-orang yang menjalaninya sebagai β€˜dunia nyata’, saya mungkin akan berhadapan dengan berbagai macam kepentingan; mungkin, lengkap dengan beberapa lobi-lobi. dan uang dalam jumlah besar, serta ketidakpuasan diri yang bisa tak berujung.

    …masih banyak orang-orang bodoh di luar sana. >_>

    *tanpa bermaksud sombong*

    Reply
  4. oops…
    aku jg prnah,, (bkn sbg subjek,, tp sbg teman si subjek)
    memang sudah mengakar,, (kalo ga dcabut dari akar bakalan tumbuh lg,, pake dactareen … maaf)
    pas ada pmbaruan -dimana yang lama masih tetap dibiarkan berkembang- yang baru eventualy, soon or later, jadi tpengaruh jg, walopun awalny mereka ngerca2.. alasannya,, ‘i cant no longer live that way’… well.. if you dont stop it, no one stop it,, the chain will keep chaining.. mgkn butuh seorang pioner, a strong and eager one, who will break these chains. surely there will be followers cause banyak yang ngelawan hati nurani mereka.

    aaahhh.. do you catch me ?

    Reply
  5. :: jejakpena

    harapannya sih begitu. doain aja :mrgreen:

    :: Heri Heryadi

    nggak, sekarang sih belum. tapi ada beberapa hal yang membuat berpikir seperti itu, sih.

    mungkin nanti, siapa yang tahu, kan?

    :: sora-kun

    bukan bodoh, sih. tapi, yah… ‘tidak terlalu ideal’, mungkin? πŸ™‚

    :: Mihawk

    that’s the point. yah, hal-hal seperti itulah. doain aja gw bisa menjalaninya dengan selamat.

    anyway, nice point there.

    :: yume

    percaya. makanya nulis post ini :mrgreen:

    lebih tepatnya mungkin bukan cuma waktu, sih. keadaan, lingkungan, kebutuhan, tanggung jawab, dan sebagainya.

    walaupun, ya, banyak hal memang berubah seiring waktu.

    :: whitedevil

    comment pertama dihapus yah, isinya sama dengan comment kedua.

    kalau seseorang berada di suatu tempat, pengaruh lingkungan pasti akan berdampak. contohnya ya seperti itu. masalahnya, seberapa banyak yang masih tersisa hati nuraninya itu?

    I got your point, don’t worry. :mrgreen:

    Reply
  6. :: Rizma

    walaah, jangan nangis dong… dunia masih belum mau runtuh, kok. :mrgreen:

    tapi bersyukurlah; katanya (katanya sih) profesi kayak yang dijalani Rizma itu adalah satu dari sedikit tempat di mana idealisme masih bisa diterapkan dalam porsi yang cukup besar.

    …saya sih percaya itu πŸ˜€

    Reply
  7. euh…idealisme di zaman sekarang rasanya udah berkurang banget. pelan-pelan kita bakal meninggalkan idealisme tersebut tanpa kita sadari karena keadaanlah yang menuntut. namun tetaplah jaga kejujuran dan segala sesuatu yang positif. mungkin idealisme perlahan-lahan akan hilang, tapi biarkanlah norma-norma dan kejujuran yang ada pada diri kita supaya tetap dilestarikan. jangan sampai hilang kemakan waktu. tapi kenyataan yang paling pahit adalah orang jujur sering dijadikan kambing hitam. itu yang terjadi di dunia kerja. btw itu opini saya aja sih… *berusaha mempertahankan idealisme*

    Reply
  8. :: cK

    bukan cuma di jaman ini, kok. di segala jaman, mungkin.

    […] jangan sampai hilang kemakan waktu. tapi kenyataan yang paling pahit adalah orang jujur sering dijadikan kambing hitam. itu yang terjadi di dunia kerja.

    yah, begitulah. nggak bisa 100% jujur sih, sebab ada hal-hal di mana kita harus sedikit ‘kompromi’ dengan kenyataan. tidak jujur sedikit, kadang. tidak ideal sedikit, kadang.

    tapi seberapa sedikitnya ‘sedikit’ itu? saya sih berharap nggak sampai keterusan :mrgreen:

    btw, ternyata bisa komen serius juga mbak cK ini… :mrgreen:

    *kabur-sebelum-ditimpuk*

    Reply
  9. *tepuk tangan*

    saya kagum sama loe men…… ternyata masih ada orang yang takut bakal nggak jujur kayak kamu. aku ngerasa sangat bangga kalau kamu mau menerima salam kenalku πŸ™‚

    sementara aku sendiri nggak tahu kapan aku sudah mulai tidak jujur dengan diriku sendiri πŸ˜›

    tapi kalau menurutku idealisme itu nggak usah dipikir, dijalanin aja. Toh orang-orang yang sayang sama kamu pasti ngingetin kalau kamu mulai “melenceng”.

    Reply
  10. :: sora-kun

    fenomena langka, sepertinya :mrgreen:

    :: mardun

    tapi kalau menurutku idealisme itu nggak usah dipikir, dijalanin aja. Toh orang-orang yang sayang sama kamu pasti ngingetin kalau kamu mulai β€œmelenceng”.

    bisa sih, tapi tidak selalu. sekalipun diingatkan oleh orang lain, kita bisa saja menampik, soalnya memang sudah ‘keluar jalur’. belum lagi kalau orang-orang yang seharusnya mengingatkan itu juga tergoda oleh apa-apa yang dibawa oleh ‘ketidakidealan’ itu.

    anyway, nice point there. πŸ˜‰

    salam kenal juga πŸ™‚

    Reply
  11. *kesummon karena nama cK disebut-sebut*

    hei kalian! saya bisa serius, tau! *serius mode On*

    *timpuk sora & yudi pake cewek* 😈

    saya tau kalian berdua anti-cewek πŸ˜†

    Reply
  12. :: cK

    *kesummon karena nama cK disebut-sebut*

    hei kalian! saya bisa serius, tau! *serius mode On*

    iya, ngerti kok. ngerti kalau cK serius…

    …makanya kaget :mrgreen:

    saya tau kalian berdua anti-cewek πŸ˜†

    nggak, saya nggak anti-cewek kok. baca lagi deh berikut komen-komennya :mrgreen:

    Reply
  13. kata bapak saya jalani hidup dengan tenang aja…toh kalo kita nggak pengen jadi dosen tapi ternyata ditawari, bisa jadi pengen kan?
    kayak dian satro gitoooo!!!
    hemm πŸ˜‰

    Reply
  14. :: J Algar

    yep, dijalani saja. lho, nggak bisa diapa-apain lagi, memang harus dijalani, kan? πŸ™‚

    tapi, yah, nggak pengen juga kalau sampai harus kehilangan semuanya, sih. setidaknya, sisa idealismenya nanti masih harus cukup besar. IMO, sih.

    btw, salam kenal, yah. πŸ™‚

    :: lily

    yey, itu sih hal yang beda. kalau soal jadi dosen itu kan nggak masalah dengan hal tersebut?

    …tapi kalau saya tadinya nggak pengen korupsi, tiba-tiba jadi pengen korupsi, gimana? walaah, ini masalah besarr… (kalau untuk saya, sih)

    anyway, saya setuju soal ‘jalani hidup dengan tenang’. lho, sudah nggak bisa diapa-apain lagi kok, memang harus dijalanin, kan? πŸ˜‰

    Reply

Leave a Reply to yud1 Cancel reply