90% trust

ketika kamu memutuskan untuk menikah, kepercayaan itu penting. jangan menaruh ketidakpercayaan terlalu banyak terhadap pasanganmu, apalagi menunjukkannya terang-terangan.

saya sih diberitahu seperti itu. mungkin benar sih, tapi bukan —belum— urusan saya amat. saya belum memasukkan ‘menikah’ dalam rencana jangka panjang saya, kok. :mrgreen:

…yah, tapi kepikiran juga soal ‘percaya pada pasangan’ ini, sih. anggap saja ini tulisan hasil pikiran iseng sambil lalu.

::

pada suatu ketika, ibu saya menceritakan mengenai salah satu obrolannya dengan ayah saya di awal pernikahan mereka, dulu. diceritakan ulang kepada saya dua puluh satu tahun kemudian, tapi intinya kira-kira seperti ini.

“pokoknya, aku percaya sama kamu lho,” kata ibu saya. “…tapi 90% aja, ya.”

ayah saya (katanya) agak kaget dan bingung.

“lho, kok cuma 90%? kenapa nggak 100%?”

“laah, udah bagus, kan? kalau di sekolah, 90 itu nilai yang bagus, lho…”

“…”

“…”

“iya sih…”

saya tidak tahu kelanjutannya seperti apa. tapi yang jelas sih, sebenarnya ada alasan lain kenapa ibu saya mengatakan seperti itu… namun agak disayangkan bahwa alasan ini tidak pernah bisa benar-benar tersampaikan kepada ayah saya[1].

…ahh, sudahlah. urusan romantika orang tua itu! :mrgreen:

::

intinya sih, kira-kira begini. sedekat apapun kita kepada orang lain — dalam kasus ini, mari kita batasi pada pasangan saja — hal tersebut tidak berarti bahwa kita benar-benar bisa menduga dan membaca setiap gerak pasangan kita. dengan kata lain, kita cuma percaya bahwa dia tidak akan begini atau dia tidak akan begitu.

got the point? jadi selalu ada kemungkinan, sekecil apapun, bahwa hal-hal yang tidak diinginkan mungkin akan terjadi.

nah. sekarang mari kita mengasumsikan bahwa hal terburuk terjadi. pasangan anda selingkuh, misalnya. sial. padahal anda sudah mempercayai dengan segenap hati anda. anda sudah memberikan kepercayaan sepenuhnya, tapi kenapa anda malah dikhianati seperti ini?

…itu salah anda. tanya kenapa? kenapa tanya!

kalau kita sudah memutuskan untuk percaya, maka kita juga harus siap dikhianati. itu kan hal yang wajar? seperti halnya kalau kita memutuskan untuk melakukan sesuatu, kita juga harus siap untuk gagal.

nah. kembali ke masalah, soal ‘percaya 100%’ ini.

percaya atau tidak, salah satu hal yang bisa membuat saya merasa bahwa ‘darah saya mendidih’ adalah bahwa beberapa (banyak?) cewek yang baik-dan-percaya-dan-pengertian mendapatkan suami yang cukup brengsek. anehnya, mereka memutuskan untuk percaya terlalu lama kepada sang-suami-brengsek…

…dan akhirnya mengalami sakit hati yang amat sangat, tentu saja.

kepercayaan terhadap pasangan itu perlu. katanya sih, jadi jangan mengkonfrontasi saya dengan hal ini… walaupun saya juga tidak bisa tidak setuju, sih. masalahnya, seberapa banyak?

…jangan tanya saya. tapi saya jadi teringat, seorang kenalan saya —cewek— pernah mengatakan dengan jelas bahwa ‘cewek itu pada dasarnya senang ditipu’[2]… tapi entahlah, saya tidak punya dasar atau bukti untuk menyanggah atau mendukung pernyataan ini.

::

kembali ke cerita di awal tadi. hmm… ayah saya mungkin tidak akan pernah mengetahui alasannya, tapi tidak demikian halnya dengan saya, kan?

“lah, terus kenapa juga ibu bilang begitu?”

“begini… coba, kalau aku bilang aku percaya 100% sama ayahmu. kalau dia macem-macem, aku pasti bakal percaya sama dia, kan?”

“ya iyalah, katanya kan 100%…”

“lho, terus kalau aku tiba-tiba tahu dari tetangga, misalnya, apa nggak ampun-ampun sakit hatinya?”

saya masih menunggu lanjutannya.

“tapi kalau 90%, aku masih bisa percaya banyak sama ayahmu. tapi aku juga punya alarm, kalau misalnya dia kayaknya mulai nggak bener atau gimana,” katanya.

“haha. tapi bagusnya kan dia nggak pernah selingkuh tuh,” saya menjawab asal. memang benar begitu kok kenyataannya.

“iya sih, bagus begitu. tapi aku nggak pernah ngomong soal alasannya sih sama dia…”

…agak disayangkan, sih. tapi kayaknya tidak akan banyak bedanya untuk ayah saya, tuh.[3] 😉

tapi entah ya. kalau saya sih, saya akan agak senang kalau pasangan saya ngomong seperti itu. menurut saya, itu seperti sebuah pengingat bahwa saya tidak bisa semaunya, dan bahwa sebenarnya kedudukan kami sejajar. juga pengingat bahwa sebenarnya saya tidak lebih di atas atau lebih di bawah daripada pasangan saya [4], dan ia juga berhak untuk menyisakan sedikit ketidakpercayaannya terhadap saya.

…yah, saya sih tidak masalah dengan sedikit ketidakpercayaan dari pasangan saya… asal nggak kebanyakan aja, sih. lho, memangnya dia itu barang milik saya? :mrgreen:

___

[1] karena suatu hal, ayah saya mungkin tidak akan pernah mengetahui hal tersebut. meskipun demikian, 90% tersebut dijaga dengan sangat baik oleh beliau. penasaran juga, sih.

[2] omongan ini keluar dari mulut seorang kenalan saya yang (self-proclaimedly :mrgreen: ) telah mengalami asam garam kehidupan cinta dan komitmen.

[3] konon, ayah saya dengan cepat ‘terbiasa’ dengan istrinya yang kadang-kadang ‘nggak nurut’ dan punya prinsip sendiri. entah kenapa, ke-‘terbiasa’-an tersebut kayaknya menurun ke saya :mrgreen:

[4] dalam banyak kasus, saya lebih suka memandang hal tersebut seperti demikian. entahlah, mungkin beberapa rekan punya pendapat lain soal ini?

33 thoughts on “90% trust”

  1. wah.. jd ini tulisan-hasil-pikiran-iseng-sambil-lalu yah..
    hm,,

    yang susah tu menjaga kepercayaan,,
    masalahny lu naruh kepercayaan sama seseorang, seseorang tu bisa jaga ga?
    kita percaya sama seseorang, tp orang yg kita kasi kpercyaan itu boleh kan ga mau jaga kepercayaan yg kita kasi?

    semakin gede kepercayaan yang lu kasi sm sseorang, smakin gede kmungkinan seseorang tsb to betray you..
    ya iyalah..
    “dia percaya kok sama gw, lo kasi tau pun dia ga bakalan pcaya gw slingkuh”
    contoh lain,,
    si A ditunjuk mndadak buat jadi ketua suatu acara karena ketua yang terpilih tidak bisa melaksanakan tugasny karena suatu alasan yg mendadak jg… (padahal waktu pmilihan ketua jadi calon aja si A ga.. tapi disini ceritany A mau banget lho, bukan trpaksa) nah, pasti si A bakal ngerjain tugasny dgn sbaik2ny kan.. coz itu saatny bwt nunjukin kalo dia bisa.. knapa? karena.. para pemilih ketua sebelumny ga percaya sama A.. jadi nya A tertantang untuk ngebuktiin..

    makany banyak cewek yang baik-dan-percaya-dan-pengertian mendapatkan suami yang cukup brengsek
    so..?

    Reply
  2. :: whitedevil

    yep, yep. jadi cewek itu tidak sebaiknya terlalu percaya kepada pasangannya, betul? :mrgreen:

    …jadi kalau lihat analoginya, dengan demikian, kalau cowok itu serius dia akan membuktikan diri bahwa dia bisa dipercaya.

    betuul? 😀

    :: Kunderemp An-Narkalipsy

    lagi pengen kaween yah? 😀
    Ad hominem attack!

    dibaca dulu…

    […] tapi bukan —belum— urusan saya amat. saya belum memasukkan ‘menikah’ dalam rencana jangka panjang saya, kok. :mrgreen:

    tenang saja, masih jauh kok jalan ke sana :mrgreen:

    Reply
  3. wakakakk…ada orangnya.. 😛

    ehm…komen serius dikit deh. saya pribadi sulit naruh kepercayaan walaupun sama keluarga sendiri. nggak tau kenapa, yang pasti papa saya mengajarkan jangan menaruh kepercayaan 100% kepada siapapun. tapi taruhlah kepercayaan 100% itu kepada Allah SWT.

    dan saya sampai sekarang belum bisa sepenuhnya percaya kepada orang-orang… 😆

    Reply
  4. @ cK

    ehm…komen serius dikit deh.

    Huah, cK ngomong serius lagi, euy… 😯

    Nggak usah jauh-jauh, gw aja sulit untuk percaya bahwa cK bisa ngomen kayak gini kok. 😆

    @ yud1

    tapi saya jadi teringat, seorang kenalan saya —cewek— pernah mengatakan dengan jelas bahwa ‘cewek itu pada dasarnya senang ditipu’…

    Kalau dikelabui? 🙄

    Reply
  5. :: cK

    ehm…komen serius dikit deh. saya pribadi sulit naruh kepercayaan walaupun sama keluarga sendiri.

    yah… dalam beberapa hal, demikian juga halnya dengan saya.

    :: sora-kun

    apa bedanya? yang jelas sih (katanya) cewek itu senang ditipu… maksudnya, yah, dibuai dengan kata-kata manis gitu deh. isinya bohong semua sih urusan nanti!

    …katanya sih. gak tau juga sih gw. cK, konfirmasi? :mrgreen:

    Reply
  6. Sampai sekarang sebisa mungkin gw menjaga perasaan gw..90% trust..10% berarti berisi hal negatifkan..masalah hati/perasaan kenapa harus ada persentasi..?cukup ga percaya atau percayakan..
    apalagi dengan orang yang gw kenal..setiap ada prasangka buruk sebisa dan secepat mungkin gw hapus..90% trust “aku percaya padamu dan aku berharap kau dapat menjaganya”gw merasa mungkin arti terdekatnya seperti itu..*wah,pro dan kontra nih..jurus menghilang*

    karena terkadang terdapat perasaan yang ga bisa diungkapkan dengan kata2 tapi bisa dimengerti/dirasakan orang lain..seperti oleh pasangan atau teman..Percaya itu bergantung dengan hati dan sifat seseorang..tapi ga percaya dengan seseorang bukan berarti bersikap dan berpikiran buruk terhadapnya..gw ga sempurna karenanya pasti gw punya kesalahan dan keburukan..dan dengan persamaan itu terhadap semua orang,gw harus bisa percaya kepada seseorang atau semua orang dalam arti yang baik dan tentu yang pertama ALLAH SWT seperti kata ck,mungkin semua hal bisa menjadi lebih baik termasuk gw sendiri dan berharap seperti itu.
    *wah,lagi2 pro dan kontra..dah capek menghilangnya*

    gw ingin bisa seperti itu..terus berusaha agar bisa seperti itu..

    Reply
  7. *ngakak baca komen diatas* 😆 😆

    hhmm…saya mau konfirmasi dari sudut pandang cewek. mungkin ditipu / dikelabuhi yang dimaksud seperti semacam gombalisme. misalnya “kamu cantik deh malam ini,” padahal jelas-jelas ceweknya lagi semrawut, jerawatan dan belom mandi. dari sini bisa ditangkap 2 hal. hal pertama, cowok itu melihat inner beauty cewek tersebut, sehingga dalam kondisi apapun, cewek itu terlihat cantik di mata cowoknya. hal kedua, cowok itu emang nge-gombal. biar si cewek seneng.

    beberapa cewek mungkin senang digombali. tapi banyak juga yang nggak suka digombali… *lirik diri sendiri* 8)

    yang pasti, kalau berani ngebohongin saya, lihat saja nanti! 😈

    Reply
  8. @ yud1

    apa bedanya?

    Beda lho. “Menipu” itu bisa jadi melibatkan kebohongan dan fakta2 palsu. Kalau mengelabui, kita menyampaikan fakta2 “pilihan” untuk menggiring opini korban. :mrgreen:

    Contoh:

    “gw nggak bisa dateng, soalnya kemaren hujan…”

    Stop di situ. Kelanjutannya:

    “…makanya, gw akhirnya ketiduran sambil dengerin radio di kamar.” 😛

    @ cK

    sirik aja… 8)

    Bersyukurlah, gw masih mau merhatiin lo. 😛

    yang pasti, kalau berani ngebohongin saya, lihat saja nanti!

    Chik, lo itu aslinya cakep lho.

    -nyadar nggak ya? 🙄 –

    Reply
  9. Chik, lo itu aslinya cakep lho.

    puasa2 ngebohong… eh, atau jangan2 bukan bohong?!?!?! waaah, ternyata si sora ini…. *asal bikin gosip* :mrgreen:

    Disclaimer:
    gosip diatas sepenuhnya dilakukan atas alasan bercanda semata. bila ada korelasinya dengan kenyataan…. hmmm, mungkin bisa keluar gosip lagi.. 😛
    *OOT*

    eh, serius nih, kalo menurut gw, kadang lebih susah mempercayai diri sendiri untuk tidak “tergoda” daripada mempercayai pasangan kita untuk tidak “tergoda”. secara, kita lebih kenal diri kita sendiri, dan lebih sering mendapati bahwa ktia sendiri yang “tergoda”. trus, kalo gitu, gimana dong caranya supaya pasangan kita bisa percaya sama kita kalo kita sendiri aja ngga bisa percaya sama diri sendiri?

    gw juga masih mencari jawaban atas hal itu, salah satu solusi yang mungkin sih… untuk terbuka ke pasangan kita, seterbuka yang kamu mampu…
    meskipun ada sisa ketidak percayaan, setidaknya kamu dipercaya kalo kamu ngga bakal bohong.

    :mrgreen:

    Reply
  10. eh yud mo ralat. saya ngakak karena baca komen yud1 buat Ma… :mrgreen:
    bukan komen diatas saya.. karena telat submit, jadi keduluan mihawk deh… 🙄

    @ mihawk

    tapi ga percaya dengan seseorang bukan berarti bersikap dan berpikiran buruk terhadapnya..

    setuju! nggak percaya bukan berarti negatif thinking, namun ini lebih bersifat ke “hati-hati” karena yang namanya manusia (terutama dalam berbagi rahasia) rasanya sulit untuk menyimpan.

    misalnya aja ada 2 orang, sebutlah A dan B sedang bergosip, “eh tau nggak si Z begini lho…tapi jangan bilang-bilang yang lain.”

    magic words “jangan bilang-bilang” itu jutru malah jadi bumerang. biasanya (biasanya lho…karena ini sering terjadi di kehidupan sehari-hari), si B itu akan menyampaikan ke orang lain, sebutlah C. Dan si B tentu saja mengatakan “jangan bilang-bilang yang lain. cukup elo aja yang tau” (padahal bisa aja si C akan menyampaikan ke D, E, F dan masih banyak lagi). Dan mungkin hal inilah yang membuat sebagian orang kurang percaya untuk berbagi. tanya kenapa? 😀

    duh…kok jadi panjang ya? 😕

    @ sora-kun

    Bersyukurlah, gw masih mau merhatiin lo. 😛

    ahahaha…nak sora bisa aja.. 8)

    btw kalimat yang di bawah itu pujian apa ngibul? kok terdengar ambigu? :mrgreen:
    entah kenapa terdengar seperti gombal ya? 🙄

    Reply
  11. Mihawk sign in*kerjaan dah selesai*
    wah,tapi semua dah ga online ya..argh..
    Tambahan komen,setuju sama ck..bohongnya lebih ke arah pujian tapi klo ga ke arah itu tentu ga suka..masalah selingkuh atau yang lain..

    Reply
  12. Wah,masih sebagian masih online ya..u/ ck..tadi pengen langsung kirim komen tapi langsung ada kerjaan..karena gw browsingnya dari hp,makanya perlu waktu lama ngetik tulisannya..maksudnya seperti itu tapi ada sebagian pikiran ke situ..n langsung gw hapus pikiran itu..seperti tulisan gw sendiri..tenang aja tapi sebelumnya maaf ya..
    Ck..hontou ni gomenasai
    *jleb..suara tusukan pisau..*
    agh..ck..kenapa? *tung..suara pentungan*

    maaf..maaf..jadi bercanda begini,intinya cuma untuk mencairkan suasana..gw ingin percaya ke semua yang ada di disini n_n

    Reply
  13. @ cK

    btw kalimat yang di bawah itu pujian apa ngibul? kok terdengar ambigu? :mrgreen:

    Dan terbukti, cK nggak marah pas gw boongin. 😆

    *yesKena*

    yang pasti, kalau berani ngebohongin saya, lihat saja nanti!

    Ternyata omongan lo itu cuma ganas di mulut saja™. Kayaknya bener bahwa cewek itu memang seneng ditipu. 😆

    [/brengsekMode=on]

    *ngakak*

    Reply
  14. buset, satu komen dari sora ditanggapi empat komen dari cK..!!! ada afa ini? xixixixi… :mrgreen: *gosip*

    *setelah membaca ulang..*

    kalau kita sudah memutuskan untuk percaya, maka kita juga harus siap dikhianati. itu kan hal yang wajar? seperti halnya kalau kita memutuskan untuk melakukan sesuatu, kita juga harus siap untuk gagal.

    iya, kalau kita memutuskan untuk memceritakan rahasia kita ke orang lain, kita harus siap untuk kebocoran rahasia itu. meskipun itu ke orang yang bisa kita percaya, adanya slip-of-tongue itu kan ngga bisa dipungkiri..

    *same post different lesson*

    Reply
  15. :: cK

    entah kenapa…

    …sepertinya cK senang sekali komen di tempat saya. :mrgreen:

    beberapa malah serius sekali isinya, saya jadi terperangah melihatnya 😮

    *hai-yah! bahasanya 😛 *

    :: grace

    sebagian juga mirip dengan saya :mrgreen:

    :: rifu

    eh, serius nih, kalo menurut gw, kadang lebih susah mempercayai diri sendiri untuk tidak “tergoda” daripada mempercayai pasangan kita untuk tidak “tergoda”. secara, kita lebih kenal diri kita sendiri, dan lebih sering mendapati bahwa ktia sendiri yang “tergoda”. trus, kalo gitu, gimana dong caranya supaya pasangan kita bisa percaya sama kita kalo kita sendiri aja ngga bisa percaya sama diri sendiri?

    …ah, itu kan anda! 😆

    ~noOffense :mrgreen:

    :: Mihawk

    Sampai sekarang sebisa mungkin gw menjaga perasaan gw..90% trust..10% berarti berisi hal negatifkan..masalah hati/perasaan kenapa harus ada persentasi..?cukup ga percaya atau percayakan..

    dalam banyak hal, tidak bisa sesederhana itu, lho. ‘tidak hitam’ tidak selalu ‘putih’, kan?

    :: sora-kun

    Ternyata omongan lo itu cuma ganas di mulut saja™. Kayaknya bener bahwa cewek itu memang seneng ditipu. 😆

    [/brengsekMode=on]

    *ngakak*

    😆

    Reply
  16. *sinetron mode*

    i’m offended…

    *sinetron mode off*

    none taken :mrgreen:

    eh eh, met milad yah 😀
    dan berkaitan dengan ini:

    ketika kamu memutuskan untuk menikah, kepercayaan itu penting. jangan menaruh ketidakpercayaan terlalu banyak terhadap pasanganmu, apalagi menunjukkannya terang-terangan.

    kapan bro? 😀 *nunggu undangan*

    Reply
  17. hohoho 😀
    orang tua yang menarik,.

    kalo sudah 100% percaya sama orang, tiba2 dibohongin, mungkin rasanya kayak dijatohin dari pesawat trus kena gunung ditangkep suku dalam dijadiin sesajen dibagiin sekampung……

    …..

    hush,
    imajinasinya non-sense.
    intinya, pasti sakit.
    😈

    Reply
  18. :: saRe’

    kalo sudah 100% percaya sama orang, tiba2 dibohongin, mungkin rasanya kayak dijatohin dari pesawat trus kena gunung ditangkep suku dalam dijadiin sesajen dibagiin sekampung……

    …tertarik mencoba? sebaiknya sih jangan :mrgreen:

    hush,
    imajinasinya non-sense.
    intinya, pasti sakit.
    😈

    makanya, hati-hati kalau memilih teman. apalagi kalau memilih pasangan, adik saRe’. :mrgreen:

    *ditimpuk*

    Reply

Leave a Reply to yud1 Cancel reply