idealisme batas absen

saya adalah orang yang taat peraturan.

…mungkin. sebenarnya tidak selalu sih, tapi secara sederhana mungkin bisa dikatakan bahwa saya adalah orang yang akan bersikap konsekuen terhadap peraturan yang telah saya sepakati sebelumnya. apalah, yang jelas sih saya sudah memutuskan untuk bersikap fair soal ini.

misalnya begini. kalau seorang dosen sudah memutuskan dan menyatakan bahwa seorang mahasiswa tidak boleh terlambat masuk ke kelas menjelang kuliah, maka saya akan konsekuen dengan hal tersebut. saya tidak akan datang terlambat, dan kalaupun seandainya saya terlambat, saya tidak akan datang ke kelas pada hari tersebut.

…dengan demikian, saya tidak melanggar peraturan yang telah saya sepakati, dan masing-masing pihak merasa adil soal ini.

kenapa? jelas, kan. peraturan sudah dibuat: saya tidak boleh terlambat sekalipun hanya satu menit, dan saya sudah menyetujui hal tersebut. kalau saya datang terlambat DAN masih (dengan beraninya) meminta untuk bisa masuk ke kelas dan kuliah, itu memalukan.

jelas, lebih baik saya tidak masuk sekalian ke kelas. mau dianggap absen atau ketinggalan materi, itu sudah resiko. memangnya mau diapain lagi? salah saya sendiri, kok.

hmm. sayangnya, masalahnya tidak sesederhana itu. di kampus saya, ada variabel lain bernama ‘kuota absensi minimal’ pada setiap mata kuliah. secara sederhana, mahasiswa dituntut untuk hadir minimal sebanyak 75% dari jumlah seluruh pertemuan dalam kuliah. jadi kalau misalnya ada 14 minggu kuliah dengan kelas dua kali seminggu, maka kehadiran minimal seorang mahasiswa adalah 75% x 14 x 2 = 21 kehadiran, dengan maksimal 7 kali absen.

kalau kurang dari kuota tersebut? sederhana saja, mahasiswa tersebut tidak akan diizinkan untuk mengikuti ujian akhir semester. atau secara singkat, hampir dipastikan tidak lulus pada kuliah bersangkutan.

…bagaimana dengan kuliah satu kali seminggu? gampang saja, untuk kasus seperti itu, seorang mahasiswa bisa memiliki maksimal 3 kali absen. apa, tipis? you got the point there. πŸ™„

(FYI, dua kuliah yang saya ambil semester ini memiliki jadwal satu kali seminggu: keduanya sama sekali tidak mengizinkan keterlambatan soal masuk ke kelas. untuk salah satunya, saya sudah dua kali absen termasuk hari ini)

yah, saya sempat mendengar kabar bahwa sistem ini tidak lagi diberlakukan[1], namun hal ini masih belum bisa dikonfirmasi. entahlah, saya sendiri tidak terlalu menyukai peraturan ini. tapi berhubung saya tidak punya kekuasaan untuk mengubahnya, mau diapain lagi?

dan dengan demikian, sistem yang konon juga tidak terlalu disukai beberapa dosen ini[2] menjadi variabel yang perlu diperhitungkan untuk setiap kemungkinan ketidakhadiran mahasiswa dalam kuliah. tentu saja, soalnya kebanyakan absen tanpa perencanaan hampir sama dengan bunuh diri untuk kuliah-kuliah tersebut!

duh. entah kenapa, tiba-tiba saya merasa bahwa peraturan mengenai kuota absensi ini ‘menghalangi’ idealisme saya. jujur saja deh, berapa lama sih idealisme bisa bertahan, kalau dihadapkan dengan hal-hal pragmatis seperti ‘kemungkinan tidak lulus kuliah’?

tapi entah kenapa, dengan bodoh keras-kepalanya, saya tetap tidak ingin memohon agar diizinkan untuk masuk ke kelas, sekadar agar jumlah absen saya tidak terus bertambah. absurd? entahlah. anggap saja itu sisa-sisa idealisme saya yang masih tertinggal… walaupun dihadapkan dengan ‘kemungkinan tidak bisa ikut UAS’, ‘idealisme’ tiba-tiba jadi terasa tidak terlalu berharga.

(FYI -lagi- walaupun di kelas yang saya sebutkan tadi tidak ada toleransi keterlambatan, tapi saya cukup ‘heran’ bahwa dalam beberapa kesempatan saya bisa menyaksikan beberapa mahasiswa bisa dengan santainya memasuki kelas setelah terlambat lebih dari 10 menit. entah bagaimana isi hati dosen tersebut, saya rasa beliau dan Tuhan lebih tahu.Β  oh iya, no offense intended. πŸ˜‰ )

…yah, tapi, masih ada jalan lain, kok.

kalau saya bisa datang tepat waktu tanpa kecuali untuk seluruh sisa kelas selanjutnya, tidak ada masalah, bukan? :mrgreen:

___

[1] sewaktu mengurus kesalahan perhitungan absensi saya semester lalu, saya mendengar bahwa peraturan ini tidak lagi valid. meskipun demikian, sampai saat ini saya tidak mendengar rilis berita yang mengkonfirmasi hal tersebut.

[2] terdengar kabar bahwa konsep ini tidak terlalu populer di antara para dosen yang mengajar. dalam salah satu kuliah, saya sempat mendengar dosen saya di kuliah lain menyatakan ketidaksetujuannya terhadap hal ini.

4 thoughts on “idealisme batas absen”

  1. gampang,titip absen (tanda tangan) aja sama temen kalo udah telat masuk…
    hehehehe
    gak boleh ya
    kalo di kampusku emang ada peraturan kayak gitu, dulu pas awal kuliah aku sempet 1minggu absen gara2 masuk rumah sakit,sempet takut juga kalo peraturan ini berlaku
    tapi ternyata…
    ga tau kalo di fakultas lain, tapi di fakultasku, itu gak berlaku
    kalopun berlaku, gampang,,,
    kan bisa TA(titip absen)
    hehehehe
    karena kemudahan itu aku jadi sering bolos de….

    Reply
  2. tetap saja, aturan ini nggak asyik. IMO, malah ‘mendorong’ timbulnya budaya titip absen, lho.

    saya sendiri bingung, apa maunya peraturan ini. apakah demi menjamin mutu mahasiswa atau ada tujuan lain, gak tau juga sih. tapi kalau memang mahasiswa bisa mengejar sendiri (walaupun repot πŸ˜› ), seharusnya kan nggak masalah dia mau absen berapa kali juga?

    walaupun, yah, tingkat presensi sebagian juga mencerminkan effort mahasiswa yang bersangkutan dalam belajar, sih. tapi tetap saja, saya nggak suka aturan ini. lagipula, masa harus dipaksa masuk, sih? πŸ™„

    Reply
  3. Ya..
    masa.. kuliah jd sama aja kya pas sekolah (baca:SD, SMP, SMA, dsb)
    Masuk harus tiap hari..
    kuliah mah lebih bebas
    mo masuk ato ga, itu urusan mahasiswa

    dulu tuh pas skolah, bayanginna kalo kuliah itu bner2 bebas
    dan kita yg lebih byk berperan drpd yg ngajarin (dosen), kita yg harus lebih aktif, dan si pengajar itu hanya..ya bs dbilang fasilitas tambahan..
    kan ada tuh org yg blajarna lebih masuk pake cr dia sndiri, misalna ke perpus, baca2 materi kuliah drpd mesti dengerin dosen
    maka na mo masuk ato ga, bebas

    kalo risa gunain boleh maksimal ga masuk 4 kali itu, ya misalna klo lg deadline ngerjain tugas, ato memang ada ksibukan lain, ato males…? nyahaha..

    dbilang setuju ato ga setuju
    ga setuju seh

    Reply

Leave a Reply to yud1 Cancel reply