filosofi penjaga gawang

dulu, sewaktu masih sering main sepakbola (atau futsal, atau apalah variannya yang lain), saya sempat cukup sering kebagian tugas sebagai penjaga gawang. sepertinya sih bukan karena saya jago atau sejenisnya (haha ^^”) tapi entahlah, pokoknya saya cukup sering menjalani peran yang satu ini kalau sedang masuk ke lapangan untuk main sepakbola.

vlcsnap26337kv1.jpg

bicara tentang penjaga gawang, tentu ingat Genzo Wakabayashi. SGGK yang super-sakti ini, konon katanya, gawangnya tidak bisa dibobol oleh Hercules atau bahkan Chuck Norris sekalipun. :mrgreen:

nah. sebagaimana lazimnya banyak hal lain dalam kehidupan ini, saya juga belajar bahwa menjadi penjaga gawang alias kiper juga ada filosofinya. tentu saja, kita harus bisa melihat makna yang lebih dalam dari segala sesuatu, bukan?

1. tidak perlu dikejar, tunggu saja…

untuk beberapa kasus, tidak selalu harus kita yang berusaha dalam mengejar sesuatu di dunia ini. kadang-kadang, kalau menggunakan filosofi seorang penjaga gawang, justru apa-apa yang tidak (perlu) dikejar akan datang sendiri kepada kita. saya dan seorang rekan pernah ‘berdebat’ soal ini.

“nggak perlu begitu,” kata saya. “tunggu saja, hal kayak begitu bakal datang sendiri, kok.”

“yud, perumpamaannya begini, nih. kalau main bola tuh ya, bolanya satu, yang ngejar dua puluh dua! kalau nggak ngejar, gak bakal dapet bolanya!” rekan saya menukas.

“gak masalah. bolanya bakal dateng sendiri, kok… karena gw kipernya.”

seorang penjaga gawang tidak perlu sampai berkorban semangat (apalagi sampai rela di-tackle oleh pemain lawan) untuk sekadar merebut bola. itu sih kerjaan rekan-rekan anda yang jadi DF, MF, atau FW! sudah, biarkan saja, itu urusan mereka. seorang penjaga gawang punya cara sendiri soal merebut bola.

tidak perlu susah payah merebutnya, akan ada saatnya ia datang ke hadapan anda: pada saat tersebut, anda hanya perlu melakukan hal yang tepat di tempat yang tepat pada saat yang tepat; dan tahu-tahu, jatuh deh ke pelukan anda…

…bolanya, maksudnya. :mrgreen:

2. sendirian, tidak, sendirian…

seorang penjaga gawang bisa berharap kepada rekan-rekannya, terutama di barisan DF. mereka seharusnya akan bahu-membahu dengan anda dalam menjaga gawang tim… kalau mereka tidak sedang keasyikan membantu serangan, sih. lho, Lothar Matthaeus yang dulu jadi libero di tim nasional Jerman saja sering sekali naik ke daerah pertahanan lawan, kok.

kadang-kadang, ada juga saat-saat di mana ada seorang striker lawan laknat yang mencoba dan berhasil melewati rekan-rekan DF anda. pada saat-saat paling kritis tersebut, anda sendirian. jangan berharap dibantu orang lain, sebab anda adalah orang terakhir yang diharapkan oleh tim!

pesan moralnya? anda mungkin memang tidak pernah benar-benar sendirian. ada rekan-rekan satu tim, atau mungkin teman-teman yang anda miliki. tapi dalam saat-saat paling kritis? anda sebenarnya sendirian, dan semua tergantung kepada keputusan anda.

tidak selalu sih, kadang-kadang ada juga rekan satu tim yang dengan tiba-tiba berada di belakang anda dan mencegah gawang anda kebobolan. sayangnya, hal ini jarang terjadi, dan orang-orang seperti ini biasanya langka… baik di atas lapangan sepakbola maupun dalam kehidupan nyata.

3. orang penting yang tidak populer

coba, ya, berapa banyaknya pemain terkenal yang menghiasi headline surat kabar setelah piala dunia atau liga champions? berapa banyaknya pemain yang dibicarakan oleh para penonton menjelang pertandingan? dan apa posisi mereka?

biasanya, FW. paling bagus, MF. kadang-kadang DF, tapi ini jarang. tapi, mana ada yang membicarakan GK alias penjaga gawang?

‘sedihnya’ lagi, walaupun (biasanya) menggunakan kostum dengan nomor ‘1’ di punggung, tetap saja seorang penjaga gawang cenderung susah sekali untuk jadi terkenal. bandingkan, misalnya, dengan ‘orang populer yang tidak penting’ semacamnya MF atau FW yang mabuk-mabukan dan punya pacar seorang model dan disorot media ke mana-mana.

tapi, begitu masuk ke starting line-up, seorang penjaga gawang biasanya tidak tergantikan… kecuali kalau cedera atau terkena kartu merah. kalau dihitung dari rata-rata waktu main, anda akan menemukan bahwa penjaga gawang adalah posisi dengan rata-rata waktu main yang paling panjang – jarang sekali ada yang menggantikan mereka di tengah pertandingan.

see, tidak selalu bahwa ‘terkenal’ berarti ‘penting’. anda tidak perlu terkenal kok untuk jadi orang penting. anda tidak perlu tampang ganteng atau jago membuat sensasi atau sejenisnya, untuk menjadi seseorang yang penting dan bisa diandalkan oleh seseorang di sisi anda… atau lebih banyak lagi orang, terserah anda.

4. kekerasan tidak menyelesaikan masalah

berani mencoba melanggar pemain lawan di kotak penalti? tim anda akan diganjar hukuman tembakan penalti. tambahan, anda mungkin akan dicela-cela oleh penonton untuk itu. berani mencoba melanggar pemain lawan di luar kotak penalti? anda akan langsung diganjar kartu merah untuk itu, tanpa kecuali.

yang manapun, tidak ada yang bagus untuk anda. kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah, baik di atas lapangan maupun di dunia nyata. di dunia ini, orang yang pertama kali mengeluarkan tinjunya adalah orang yang kalah, dalam hampir segala hal… yah, kecuali untuk pertandingan tinju, sih. 😉

tidak percaya? bisa dicoba, tapi sebaiknya jangan. anda sedang berdebat dengan atasan anda… atau dosen anda, misalnya. lalu anda naik darah, dan secara emosional tiba-tiba menggebrak meja seiring emosi yang memuncak. setelah itu, anda pergi dengan rasa sombong-yang-menyebalkan dari ruangannya…

…anda merasa menang? salah besar, anak muda. 😎

5. kalau kebobolan, ya sudah!

dan ini hal yang sangat penting. setelah berusaha sekuat tenaga-dan-pikiran-dan-teknik, mungkin saja bahwa ternyata anda masih saja dikerjai oleh striker lawan. dan gawang anda pun kebobolan.

pengalaman saya: lupakan saja. dan ternyata, demikian juga yang dikatakan oleh David Seaman. :mrgreen:

mau striker lawan anda goyang-goyang samba ala Kaka atau malah flamenco gaya Raul Gonzales sebelum membobol gawang anda, lupakan saja. tidak ada lagi yang bisa dilakukan soal itu, kan? jangan dipikirkan. sekalipun gol itu hasil blunder yang memalukan dari anda, jangan pikirkan sampai pertandingan selesai.

gampangnya begini. kalau mau hidup bahagia, jangan memikirkan sesuatu yang tidak menyenangkan DAN sudah lewat DAN tidak bisa diapa-apakan lagi. kalau sudah terjadi, ya sudah. mungkin salah teknik, atau salah keputusan, atau apalah-itu, tapi tidak banyak gunanya tenggelam dalam depresi soal itu.

contohnya? banyak. ujian jelek? ngapain dipikirin! sudah lewat, kok. ditolak cewek? ya, ya, boleh sedih, tapi jangan lama-lama. pasangan anda selingkuh? sudah, putusin aja! tapi jangan depresi lama-lama. hidup harus jalan terus. kalau di atas lapangan sepakbola, minimal sampai pertandingan berakhir.

karena, yah, untuk seorang penjaga gawang, itu berbahaya. sekali seorang penjaga gawang tidak bisa melepaskan kejadian akan sebuah gol, maka habislah tim tersebut. mau berapa gol lagi yang tercipta? pada saat itu, mungkin sudah sangat terlambat.

6. dunia tidak sempurna, mungkin anda dikerjai

ya, ini mungkin saja. mungkin saja anda sudah latihan dengan sebaik-baiknya, lalu percaya diri dengan kemampuan anda… dan tahu-tahu, seorang striker anak bawang bisa mengerjai anda dan mencetak sebuah gol yang cantik gak mutu ke gawang anda. menyebalkan, dan kadang terjadi.

mungkin juga tiba-tiba rekan-rekan DF anda tidak bertindak seperti perintah anda saat membuat pagar betis, dan sebagai akibatnya bola hasil tendangan bebas menerobos masuk dengan gampangnya ke gawang anda. mungkin juga kadang-kadang anda melihat FW lawan ‘mendadak jatuh dengan mulus’ dan tiba-tiba anda harus berhadapan dengan tendangan bebas atau malah penalti.

ya, ya. dunia tidak sempurna, mungkin anda dikerjai. bahkan di dunia nyata, setelah semua yang anda lakukan, anda masih saja bisa dikerjai oleh keadaan, kan?

oh-oh, sometimes you just got punk’d 😉

___

UPDATE:

ada tembusaaann… 😮

untuk orang-orang yang ikut serta dalam obrolan yang turut menginspirasi (wih, lagaknya 😛 )  ditulisnya post ini.

[1] masterofwind aka master yang komen di sini

[2] FamP aka Fabio Castellini yang komen di sini

28 thoughts on “filosofi penjaga gawang”

  1. Kacau u yud…memasukkan pembicaraan pada sesi coffee break tanpa izin…

    Mana isinya ada yg nyindir gw pagi(merasa…)

    hiks…hiks…hiks…gw khan DF…mau gmn lagi… :'(

    yud1:

    hlo, gw nulis itu gak bermaksud nyindir siapa-siapa, kok. ya maaf deh…

    …tapi kalau ada yang kesepet, saya bisa bilang apa? hah? Hah? HAH? 😆

    ~gakSeriusGini xD

    Reply
  2. Apa – apaan loe.. masuk2in kata gw di blog.. gak izin2 lagi.. waaah… kayaknya kalo coffe break sama loe gak boleh ngeluarin filosofi nih.. nanti diaku – akuin.. 😛

    Gw kasih tau ya Yu.. untuk point:
    “1. Gak Usah dikejar tunggu saja”

    Yakiiiin loe Yud.. Pas seorang striker datang bawa bola loe harus prediksi dia mo nendang ke arah mana, nendang dari jarak berapa, dan harus ditangkep atau dibuang. Bola yang dateng ke arah loe pun belum tentu bisa loe tangkep, apalagi yang nendang Smell dari jarak 5 meter.

    Loe harus maju untuk menghadang kalo defender udah terjebak dan loe adalah lini terakhir.. Gerakan loe harus cepat dan tepat.. Ini lebih sulit dari merebut bola yang kecil.. karena yang dijaga adalah gawang yang besar..

    yud1:

    yeh, masih bagus gw nggak ngaku-ngaku kalau itu omongan gw… 😎

    lagian, lo juga pernah nulis omongan gw di forum gak pake bilang-bilang, kan? anggep aja impas lah ya? ya? ya? *maksa* :mrgreen:

    …ah, gw edit deh post-nya, masukin link ke tempat lo sekalian. tadinya gw kira lo gak suka publisitas, tapi sudahlah… jadi akhirnya gw masukin, deh. :mrgreen:

    ah, btw, soal ‘yakin gak yakin’ itu, maksud gw tuh ini…

    […] pada saat tersebut, anda hanya perlu melakukan hal yang tepat di tempat yang tepat pada saat yang tepat; […]

    segala teknik (mau maju ke depan, dibuang atau ditangkep, atau apalah) kan masuk ke situ :mrgreen:

    “2. sendirian, tidak, sendirian”
    dalam sebuah team semua itu satu..

    yud1:

    butul, kecuali kalau striker musuh udah ngelepas tembakan, kiper jadi bener-bener sendirian, lho. nggak selalu sih, tapi yang terakhir ini langka sekali :mrgreen:

    “3. Orang yang tidak populer”
    Giiilaaa loe berani ngatain kiper gak populer.. Liat donk.. Iker Cassias.. terkenal banget… trus gw…:P

    yud1:

    Casillas? dibanding David Beckham (dulu) atau Raul Gonzales di Real Madrid? gilee, kebanting jauuh… :mrgreen:

    “4. Kekerasan tidak menyelesaikan masalah”
    gak nyambung sama kiper

    yud1:

    nyambung… soalnya, cuma kiper yang diganjar hukuman paling parah kalau bikin pelanggaran. kalau DF atau MF ngeluarin tackle sembarangan, biasanya kartu kuning. kalau kiper? di luar kotak penalti langsung kartu merah, lho. kalau di dalam? tau sendiri… 😎

    ~aturanFIFA

    “5. Kalo kebobolan ya sudah”
    Kiper itu adalah harapan terakhir dari team.. Bagus dan buruknya performa kiper mempengaruhi semangat team. Kalo kebobolan, jangan dilupain, loe pikirin kenapa bisa kebobolan dan tutupin kelemahan itu.

    yud1:

    masih mending kalau begitu… ada juga yang langsung down, lho. maksudnya jangan sampai begitu, sih. kalau udah begitu, gak tau deh mau kebobolan berapa gol…

    “6. Dunia tidak sempurna”
    Dunia memang tidak sempurna.. tapi bola tetep bulat

    yud1:

    no. nononono. that’s right, but not that way. 😎

    harusnya,

    “BOLA ADALAH TEMAN KAMII!!!” 😆

    Reply
  3. Mungkin ada beberapa poin yg agak digeneralisir, tapi tetap saja filosofinya bagus. Keren!

    *ada gak ya, RMF yg buat spt gini…?*

    Reply
  4. hmm.. *mikir* .. bener juga.

    kalau tim menang pasti yang dielu-elukan sang pencetak gol, jarang yang inget usaha si kiper.
    tapi kalau tim kalah kebobolan, sudah pasti sang kiper sedikit banyak disalahkan.

    setuju banget ma point.6! Sometime u just got punk’d!

    Reply
  5. Filosofinya dalem… Mirip sama filosofi laba-laba, kali ya. 🙂
    Kata orang sih hidup emang ga perlu ngoyo. Cukup bertindak sesuai kemampuan kita. Selebihnya lihat sendiri hasilnya karena hidup itu tidak punya rumus tertentu.

    Reply
  6. berani mencoba melanggar pemain lawan di luar kotak penalti? anda akan langsung diganjar kartu merah untuk itu, tanpa kecuali.

    Anuu… sejauh yang gw tau, kiper boleh melanggar pemain lawan di luar kotak penalti. Ada kok kartu kuning buat kiper, i.e. Ramon Quiroga pas PD 1978 (CMIIW), beliau dapet kartu kuning. Di lapangan lawan, lagi. ^^;;

    Yang nggak boleh itu menyentuh bola dengan tangan di luar kotak penalti. Kalau itu hukumannya memang langsung kartu merah sih (AFAIK, CMIIW). (o_0)”\

    yud1:

    nggak kok. kalau melanggar pemain lawan yang lagi ke arah gawangnya, di luar kotak penalti langsung kartu merah. kalau di dalam, kartu kuning karena lawan dikasih keuntungan penalti.

    …katanya sih gitu 🙄

    Reply
  7. “gak masalah. bolanya bakal dateng sendiri, kok… karena gw kipernya.”

    karena gw kipernya….” ??????? nah ini nih masalahnya…
    Kalo menurut gw yud1, bukan karena lo kipernya tu bola dateng, tapi karena posisi yang lo tempatin itu. Selanjutnya, POSISI yang lo tempatin itu adalah yang disebut orang “destiny”.
    Berawal dari kata2 yang gw dapet waktu nonton Final Destination 3 yang isinya kurang lebih gini;
    setiap satu tindakan yang kita buat akan menghasilkan tindakan yang lain.
    Or in other words “hukum sebab-akibat”
    In addition, there’s a wise words by lao-tzu saying “a journey of a thousand miles must begin with a single step.
    Cobadeh di pikir, seandainya aja lo bukan seorang cowok, apa dengan begitu mudahnya lo diminta jadi kiper?
    Lagi, gw pikir pasti ada alasan kenapa yang di pilih itu lo, bukan orang lain.
    I believe there’s must be something on you, right????

    Seandainya pun, yang kiper itu bukan lo-dengan catatan lo itu g’ pernah exist-
    kalo udah saatnya, tu bola bakal tetap menuju ke tempat yang semestinya, walopun mungkin akan memperoleh perlakuan n ‘hasil’ yang berbeda.
    Artinya…bukan‘kipernya’, tapi …

    Reply
  8. untuk beberapa kasus, tidak selalu harus kita yang berusaha dalam mengejar sesuatu di dunia ini. kadang-kadang, kalau menggunakan filosofi seorang penjaga gawang, justru apa-apa yang tidak (perlu) dikejar akan datang sendiri kepada kita.

    Kalo filosofi seorang penjaga gawang lo itu di kaitkan ke dunia nyata, bagaimana dengan pertanyaan ini:
    kalo seandainya team lo malah jadi musuh lo???
    dengan catatan, bila ‘bola’ itu adalah sebuah keadaan yang diinginkan oleh lo, maka ke 10 orang team lo bakal otomatis jadi musuh lo, karena merekalah yang akan sekuat tenaga mengahalangi ‘bola’ itu dateng pada lo.
    GIMANA?????

    Reply
  9. Hmmm….Klo gt DF emang lbh miserable yah…

    Kasian orang2 yg berposisi DF… :'(

    – DF selalu meng-cover tanpa berharap ada orang lain yg meng-cover dia…
    – DF yang selalu mengambil resiko kartu kuning atau kartu merah ketika dia menjadi orang terakhir yg ada d jantung pertahanan…
    – DF bermain konsisten selam 90 menit maka dia tidak akan dianggap meski timnya menang. Akan tetapi ketika dia melakukan kesalahan pada injury time dan tim-nya kalah, dialah biang kekalahan…
    – FW atau MF boleh membuang 1000 peluang asal dia mencetak 1 gol kemenangan seketika ia menjadi pahlawan. Akan tetapi ketika DF menggagalkan 1000 serangan dan hanya membuat 1 kesalahan(yang sialny menjadi gol kekalahan) maka ialah kartu mati…
    – Ketika GK gagal menyelamatkan penalty lawan, yang disalahkan tetaplah DF yg mengakibatkan terjadinya penalty itu…
    – DF sering terpaksa melakukan kekerasan demi tim…
    – DF harus bisa membaca umpan dan memprediksi arah permainan lawan padahal ia bukan peramal, dan ketika ia melakukan kesalahan dalam 2 hal tersebut, maka ia adalah pecundang…
    – DF biasanya adalah pemain paling tidak dihargai dalam tim(baik dari segi popularitas maupun gaji)–>sekaligus menyanggah pernyataan yud1, sekarang ini lbh banyak persentase kiper yg terkenal ketimbang DF yg terkenal…
    – DF biasa diteriaki oleh GK…

    Reply
  10. Tambah 1 lagi…

    – Tapi DF tidak peduli dengan semua yang ada d atas tadi, dan dia akan tetap menjaga pertahanan timnya tanpa mengharap apaun…

    Sekian tentang DF…

    Reply
  11. “Tapi DF tidak peduli dengan semua yang ada d atas tadi, dan dia akan tetap menjaga pertahanan timnya tanpa mengharap apaun…”

    Pernyataan bodoh..

    Seorang DF itu harus berharap pada team untuk meraih kemenangan, makanya dia memberikan bola kepada OF.. DF yang tanpa mengharapkan apapun adalah DF yang Bodoh.. Karena tiap bola akan dibuang keluar..

    Kalopun seorang DF gagal dia harus berpikir gimana caranya supaya kesalahan gak terjadi lagi. Apalagi biasanya dikasih serangan mental juga..

    Reply
  12. waw, as expected from someone whose extraordinary goalkeeping can prevent some geniuses from creating a decent goal…

    dan seperti kata Rizma, orang kaya gini memang punya pesona sendiri, gw ga pernah bisa lupa tuh yud, saat2 lo membuat ian dan angga frustasi.. 😛 unget mulu..

    yah anyway, about goalkeeping, waktu kelas 3 sempat terpaksa jadi kiper, dan dipraise kaya gini “lo kenapa sih g dari dulu aja jadi kiper?” 😳

    *meski akhirnya kalah juga di adu penalti 😛 *
    jadi nambah satu filosofi boleh? percaya intuisi lo.. kalo lo menghadapi penalti pas futsal (yang sumpah deket abis itu), kayaknya bisa ngebaca sebelum bola ditendang pun percuma, ga bakal sempet..

    dan, karena gw tau kalo lapangan futsal itu kecil dan gw yang berpengalaman sebagai defender sadar kalo DF itu suka kelupaan balik, yaah, being aggresive towards the ball oke2 aja lah, nutup ruang tembak ini.. lagipula, striker itu terbiasa dengan kiper diam.. or at least that’s what i think.. 😛

    Reply
  13. ulasannya mantabs

    gmn dengan posisi lain ?, akankah dibuatkan postingan ttng filosofinya

    btw bagaimana menafsirkan kejadian ini …. seorang penjaga gawang seringkali di selamatkan oleh tiang gawangnya sendiri ?

    yud1:

    diselamatkan tiang gawang? ah, itu sih gampang… :mrgreen:

    itu namanya keberuntungan, dan tidak selalu bisa diharapkan. ada saatnya semua sudah dicoba dan manusia cuma bisa pasrah, tapi ternyata hal buruk tidak jadi menimpa. bagus sih begitu. anda kan tidak pernah tahu faktor X yang mungkin jadi penyelamat anda?

    anyway, salam kenal. 😉

    ~asal nulis yang kepikiran xD

    Reply
  14. thx buat yang ngepost, kebetulan ane sering jadi GK..filosofi yang sangat bagus untuk hidup. oh ya utk poin ketiga: “orang penting yang tidak populer” gmn kalo judulnya jadi: “Pahlawan tanpa tanda Jasa” ?….^^

    Reply
  15. w suka… soalnya selama ini w sering menyesal akan gol-gol yang telah masuk kegawang w. jadi kalo w kebobolan.. gw langsung lemes, dan merasa takut…
    thank you bro… gw bisa belajar dari elo…

    Reply
  16. hey??
    aku juga seorang penjaga gawang sejak aku berumur 7 tahun hingga 20 tahun saat ini (belum pernah ganti posisi)..
    aku suka banget Filosofi km..
    dulu aku sering maen di gawang besar tapi saat ini aku menjadi SGGK gawang kecil (futsal)..
    dan penjaga gawang favoritku adalah Geeno Hernandez..
    salam kenal..
    suatu saat nanti aku mau adu teknik sama km..
    b^_- hh..h..
    FaceBook : dhylone31@yahoo.com

    Reply
  17. cieee posting lama yg baru kebaca…….
    filosofi nya pas bgt…..
    dari sd ampe skrang walau udh ganti ganti ..team tpi ttp blum nemuin Df yg sempurna …heheheheheh
    yg Mengerti susah nya seorang KIPER di lapangan yach siapa lagi klo bkan sesama kiper….
    salut ma lu gan ……

    Reply

Leave a Reply to jui mr.frezh Cancel reply