sudahlah

hari ini, saya ingin sendirian saja.

entahlah, saya kira saya lelah dengan banyak hal yang terjadi belakangan ini. mungkin juga terlalu banyak, tapi entahlah. setiap kehidupan selalu punya cerita sendiri — baik dan buruk, dan apapun yang berada di antara keduanya.

mungkin, saya memang masih belum dewasa. mungkin saya memang masih seperti anak kecil — tapi sudahlah, bukankah dalam beberapa hal anak kecil adalah sebaik-baiknya manusia? anak-anak yang dengan rela berbagi dan memberi, tanpa prasangka dan mau menerima. anak-anak yang dengan mudah tersenyum, hilangkan secungkup resah dan muak atas dunia yang tidak sempurna?

entahlah, saya kira saya lelah. mungkin benar, banyak hal-hal yang tidak bisa diraih oleh manusia dalam kehidupan yang serba tidak sempurna ini. mungkin benar, bahwa akan selalu ada pengorbanan untuk setiap sesuatu yang didapatkan. mungkin benar, bahwa kadang pengorbanan itu terlalu banyak, terlalu mahal — dan mungkin benar, bahwa sesal tak pernah datang di awal waktu.

apa artinya ini semua, saya bertanya-tanya. hal-hal yang hilang dari diri saya. hal-hal yang ingin saya lakukan dan tidak bisa. idealisme yang babak-belur di hadapan realita. kesempatan yang tiba-tiba menjadi tak teraih. rasa lelah yang melanda, dan membuat saya hanya bisa diam dan berpikir — sudahlah.

saat itu tidak ada kata-kata penghiburan. tidak perlu, mungkin. tidak ada tempat untuk benar-benar bersandar. juga tidak perlu, mungkin. hanya sebaris kata-kata yang terungkap pada saat yang lewat — ketika saya hanya bisa duduk dan mendengarkan, dengan pikiran yang letih dan tubuh yang lelah.

“sudahlah, yud. mungkin itu memang bukan buat kamu…”

saya hanya diam. dan hari ini, saya ingin sendirian saja.

15 thoughts on “sudahlah”

  1. bagaimana dengan hari ini? πŸ˜†

    jalani hari seperti apa adanya saja. sesuai dengan karakter manusia masing-masing. kita tidak bisa lari, dan takdir tidak akan berubah kecuali jika kita hadapi *sok bijak*. memangnya, ada apa, sih? masih bosan dengan dunia? ah.. tidak usah diperhatikan, cuek saja..

    Reply
  2. ^

    takdir memang tidak akan berubah kalau tidak dihadapi…

    …tapi kalau ‘takdir’ itu tidak menyenangkan dan sudah terjadi, tentu cuma bisa diterima. capek dan sepet, tentu hal yang biasa. bukankah banyak hal lain dalam hidup ini yang memang tidak bisa diraih manusia?

    memang soal sudut pandang, sih. tapi percaya nggak percaya, saya juga dulu berpikir seperti kamu. πŸ˜‰

    ~siapa yang peduli dengan dunia
    ~tapi kalau saya kena imbasnya, jadi urusan saya, kan? πŸ˜‰

    Reply
  3. ooh.. iya juga, ya. I wonder if it happens to me.. but,,

    saya ‘akan’ tetap cuek saja! πŸ˜†
    eh.. entahlah, saya juga jarang memperhatikan apa-yang-terjadi-di-dunia, walaupun jika saya kena imbasnya, mungkin saya akan mengeluh juga.

    ah,, tapi kamu mungkin sedang pesimis. cobalah lebih semangat. keluhan itu lama-lama menghilang juga, kok..

    saya tipe pemikir simple. saya juga cuman bisa bicara,, coba saja saya yang sedang berada di posisi yud1, mungkin saya juga sama.. bahkan mungkin lebih…
    jadi, jalani saja. πŸ˜€ *kembali ke saran awal* yang jelas jangan sampai pemikiran itu jadi penghambat untuk semuanya. percayalah, masih ada hal yang lebih baik untuk dipikirkan dari pada memilihkan masalah ‘dunia’ yang tidak ada habisnya. itu memang apa yang terjadi sekarang.. tuntunan hidup.
    *comment ga jelas*

    Reply
  4. percayalah, masih ada hal yang lebih baik untuk dipikirkan dari pada memilihkan masalah β€˜dunia’ yang tidak ada habisnya

    lho, siapa yang lagi mikirin dunia? :mrgreen:

    well… let’s say, ada beberapa hal yang kurang menyenangkan dan tidak menyenangkan sedang terjadi kepada saya, dan sedikit-banyak bikin capek juga.

    berhubung sudah nggak bisa diapa-apain lagi, memang (se)harus(nya) diterima dengan lapang dada — tapi kadang, perasaan seperti ‘capek’ atau ‘kecewa’ mungkin tertinggal, walaupun keadaan kayak begitu ya memang harus diterima. tergantung individu dan sudut pandang, sih.

    btw, ini nggak terlalu berhubungan dengan sebelumnya, kok. πŸ˜‰

    Reply
  5. seseorang pernah bilang:
    kalo lagi ada masalah, lakukan 3hal
    * pasrah&ikhlas
    ~mungkin kata ‘sudahlah’ cukup menunjukkan kepasrahanmu..
    * ambil hikmahnya
    * berbaik sangka
    ~mungkin Alloh menjadikan suatu masalah agar kamu lebih kuat..
    tambahan 1 lagi versiku:
    * BANGKIT LAGI
    S.E.M.A.N.G.A.D.D!!

    hehehe
    πŸ˜€

    Reply
  6. sama saya juga lagi desperado

    makin tua makin muak sama dunia *halah*
    makin gede makin ga suka sama dunia *lama lama jadi lagu dangdut*
    makin besar rasanya makin pengen jadi antisosial

    mari kita pergi saja ke timbuktu, dimana tiada akan kenal siapa siapa dan tidak akan mengerti apa apa dan tidak tahu juga harus mengapa dan bagaimana (??)

    sori jadi ngaco, saya lagi meriang panas dingin (lagi sakit), tapi percayalah saya mengerti perasaan anda. mari menjadi hikikomori!

    Reply
  7. …. hal-hal yang hilang dari diri saya. hal-hal yang ingin saya lakukan dan tidak bisa. IDEALISME YG BABAK-BELUR di hadapan realita….. sudahlah.

    hmm.. maaf yud…saya memang sudah lama nggak datang ke “rumah” anda bahkan untuk ber-surfing ria di intrenet.
    kenikmatan berinternet menjadi barang asing bagi saya saat ini..
    realita memang ‘kejam’ dan saya sedang merasakan hal itu ^_^
    tapi dibuat senyum saja..
    tapi yud, ada yg saya garis bawahi disini…IDEALISME YG BABAK-BELUR
    what???
    maaf..terlepas idealisme apa yg kamu maksud, karena saya ga ngerti maksud idealisme yg mana yaang kamu omongin
    mungkin hal ini (idealisme saya sudah babak-belur)yg biasa dikatakan para koruptor kalau dia mau korupsi
    oh..kemarin saya ditawari melamar ke PT. XXXX milik BUMN yg saya tahu kalau itu sarang koruptor, saya ga mau melamar ke sana karena saya tahu idealisme saya akan tercabik.
    sorry saya ngomongnya terlalu gamblang
    idelisme tetap bisa dipertahankan..saya yakin itu

    Reply
  8. maaf..terlepas idealisme apa yg kamu maksud, karena saya ga ngerti maksud idealisme yg mana yaang kamu omongin
    mungkin hal ini (idealisme saya sudah babak-belur)yg biasa dikatakan para koruptor kalau dia mau korupsi

    bukan kok. nggak seekstrem itu, tapi nggak sesederhana itu juga keadaannya.

    oh..kemarin saya ditawari melamar ke PT. XXXX milik BUMN yg saya tahu kalau itu sarang koruptor, saya ga mau melamar ke sana karena saya tahu idealisme saya akan tercabik.
    sorry saya ngomongnya terlalu gamblang
    idelisme tetap bisa dipertahankan..saya yakin itu

    …teorinya sih begitu. :mrgreen:

    kalau cuma itu doang sih gampang. saya sendiri nggak terlalu kepengen kerja di BUMN atau departemen. kalau ada kesempatan sih, mendingan saya cari kerja di perusahaan PMA, deh. πŸ˜›

    idealisme memang bisa dipertahankan… tapi dalam prosesnya, orang seikhlas apapun bisa jadi makan hati. kita memang hidup di dunia yang tidak sempurna, kok.

    btw, sejak kapan definisi idealisme terbatas hanya kepada antikorupsi dan kawan-kawannya? :mrgreen:

    Reply
  9. idealisme memang bisa dipertahankan… tapi dalam prosesnya, orang seikhlas apapun bisa jadi makan hati. kita memang hidup di dunia yang tidak sempurna, kok. btw, sejak kapan definisi idealisme terbatas hanya kepada antikorupsi dan kawan-kawannya?

    emang kalo debat ama kamu nggak ada habisnya yah…ini yg saya sukai dari anda (walah!!) πŸ˜€
    idealisme memang bukan cuma antikorusi aja..ah sudahlah debatnya berlanjut kalau saya sudah kerja saja yah…jadi ada bukti di lapangan he he πŸ˜†

    kalau cuma itu doang sih gampang. saya sendiri nggak terlalu kepengen kerja di BUMN atau departemen. kalau ada kesempatan sih, mendingan saya cari kerja di perusahaan PMA, deh

    gimana kalau jadi wiraswasta…lebih enak kan??

    Reply

Leave a Reply to yud1 Cancel reply