der wille zur macht

“Those who are too smart to engage in politics are punished by being governed by those who are dumber.”

-Plato-

ada hal yang menarik kalau kita bicara soal kekuasaan. dan tentu saja, masalah yang seperti ini nggak akan ada habisnya. dan ternyata, kita nggak perlu pergi jauh-jauh ke istana negara atau gedung putih, misalnya untuk mencari contoh. di sekitar kehidupan mahasiswa pun ada… dan kadang gw sendiri nggak mengerti akan apa yang sebenarnya diperjuangkan oleh orang-orang yang memperjuangkan sesuatu yang bernama ‘kekuasaan’ itu. tentu saja, biasanya hal seperti ini disertai alasan yang bagus-bagus. memperjuangkan kepentingan rakyat, misalnya. tapi alasan-alasan yang bagus ini, berdasarkan pengalaman gw, biasanya berakhir dengan ‘diam dan terlupakan’ oleh waktu. mungkin ada yang ‘sedikit teriak-teriak’, tapi toh akhirnya hilang juga. dan seringnya, gw nggak bisa mengerti kenapa beberapa orang begitu menginginkan kekuasaan, sedemikian buruknya sehingga mereka rela mengeluarkan harta dan tenaga hanya untuk mendapatkan sesuatu yang bernama ‘kekuasaan’ itu.

misalnya begini. pada suatu masa dalam kehidupan gw, gw berada di suatu kesempatan di mana ada seseorang yang menginginkan kekuasaan, dan orang lain menginginkan kekuasaan yang sama. yang satu berusaha membuktikan diri lebih layak daripada yang lain. hal yang sama berlaku sebaliknya. semua saling mengatakan hal yang baik-baik dan (kedengarannya) bagus. ada orang-orang lain yang kelihatannya bersikap kritis seolah tahu segalanya, dan mengkritik cenderung menjatuhkan orang-orang yang berada di depan, yang karena sesuatu hal menginginkan hal yang bernama ‘kekuasaan’ tersebut. i’m not used to trust people too much. dan waktu itu gw berpikir: we’ll see then, what’s going to happen. frankly, i don’t really care.

nah. akhirnya. salah satu orang berkuasa. lalu apa? yah. nggak ada masalah yang berarti. begini dan begitu, beberapa hal terjadi. sebagian baik. sebagian tidak berjalan terlalu baik. lalu apa? menurut gw nggak ada. apa yang sebenarnya mereka dulu inginkan? mendapatkan ketenaran karena kekuasaan? atau apa? dan setelah itu, proses ini berulang. yang lama pergi. yang baru datang. dan terjadilah hal yang sama. perebutan kekuasaan. saling mengklaim diri lebih baik. lalu? satu orang lagi berkuasa. dan terjadilah hal yang sama.

kadang gw nggak bisa mengerti kenapa orang begitu menginginkan kekuasaan. memerintah orang lain. mungkin beberapa ingin ‘melakukan sesuatu yang baik’. tapi kadang gw malah melihatnya sebagai parade perebutan kekuasaan yang menyedihkan. di satu sisi orang-orang yang (kelihatannya) pintar mengkritik, bahkan cenderung menjatuhkan pihak yang menginginkan kekuasaan. coba lihat proses eksplorasi kandidat pemimpin apapun di manapun. setelah itu, orang yang (kelihatannya) pintar-dan-tahu banyak tersebut masuk ke dalam lingkungan kekuasaan. apa yang terjadi? ternyata tidak sebaik dan sebagus yang bisa dikatakan. mungkin beberapa hal baik terjadi, tapi tidak sebaik ketika orang berbicara. contoh? lihat tokoh-tokoh gerakan mahasiswa jaman dulu, 1966, misalnya. beberapa dari mereka masuk dalam kekuasaan di negara ini. apa yang terjadi? yah. hidup mahasiswa. hampir tidak sebaik yang dulu mereka tuntut sambil turun ke jalan.

der wille zur macht. the will to rule. keinginan untuk menguasai. entahlah. kadang gw tidak mengerti mengenai hal seperti ini. apa yang sebenarnya manusia perjuangkan? ambisi? hasrat? kekuasaan?

…atau untuk berjuang demi banyak orang? mungkin… tapi gw nggak tahu kalau ada orang seperti ini, sekalipun banyak sekali orang-orang yang telah mencoba meyakinkan gw mengenai hal ini.

something to struggle

ada banyak alasan orang untuk melakukan sesuatu. senang-senang. cari pengalaman. iseng-iseng. untuk orang-orang yang dicintai. tanggung jawab. dan sebagainya. tentu saja, hal kayak begini sifatnya tergantung masing-masing orang. bahkan ada juga orang-orang yang nggak peduli soal kayak begitu, yang hanya menjalani hidup berdasarkan ‘apa yang seharusnya terjadi’. yah, itu tergantung masing-masing orang, sih. tapi gw bukan mau ngomongin itu.

pmb (penyambutan mahasiswa baru) fasilkom akan dilaksanakan sebentar lagi, hanya dalam hitungan bulan. masalah kecil: gw belum menemukan sesuatu untuk gw perjuangkan di sini. maksudnya, sesuatu yang akan membuat gw rela mengorbankan hal yang lain. sesuatu yang membuat gw merasa bahwa gw sedang melakukan sesuatu yang benar. dan tentu saja, nggak sembarang hal bisa membuat gw bersikap seperti itu.

coba kita runut alasan yang mungkin satu per satu.

demi almamater? no way. gw nggak akan bersedia mengorbankan sesuatu demi kolektivisme yang cenderung emosional. tambahan lagi, gw nggak terlalu suka konsep satu-untuk-semua dan semua-untuk-satu. kesannya seperti orang nggak punya identitas, dan berlindung di balik suatu identitas kolektif yang bernama ‘almamater’ atau ‘fakultas’. itu menurut gw, sih. pandangan kayak begini cenderung subjektif, sebenarnya.

untuk membentuk mahasiswa baru menjadi manusia yang lebih baik? somehow i don’t think it makes any sense. siapa sih kita, sampai berani berusaha membentuk orang lain? gw sendiri merasa bahwa dalam diri gw yang sederhana ini masih terdapat banyak sekali kekurangan. apakah kita sudah lebih baik dari sesuatu yang ingin kita ubah? atau jangan-jangan… kita cuma menggunakan alasan itu sebagai kedok di balik alasan ‘ingin bersenang-senang’ dengan ‘membantai’ mahasiswa baru? alasan ini menurut gw kurang layak diperjuangkan.

untuk kebanggaan angkatan? sekali lagi, no thanks. gw nggak peduli soal angkatan. gw punya teman-teman baik yang kebetulan satu angkatan, dan juga punya teman-teman baik yang kebetulan beda angkatan. dan banyak yang sama sekali nggak ada hubungannya dengan angkatan. angkatan itu apa sih? cuma sekumpulan orang yang kebetulan masuk pada tahun yang sama, nothing more. menurut gw, menyedihkan sekali kalau manusia cerdas yang disebut sebagai ‘mahasiswa’ masih mengkotak-kotakkan angkatan untuk banyak kepentingan.

untuk tradisi? tradisi yang seperti apa? apa tujuan dari tradisi itu? adakah tradisi itu dibentuk hanya untuk senang-senang? adakah tradisi itu dibentuk dari tujuan luhur? gw belum tahu. yang jelas, gw nggak bisa memperjuangkan sesuatu untuk sesuatu yang gw nggak mengerti sepenuhnya.

it’s just about the reason to struggle. ketika tidak ada alasan yang layak untuk gw perjuangkan, maka gw tidak akan melakukan sesuatu. it probably sounds like apathetic or antisocial, but that’s the way it is. gw nggak ingin melakukan sesuatu hanya karena gw harus melakukan hal tersebut.

…i haven’t found the reason. ada yang bisa bantu?