eksplorasi hari ini

…yud1 ngantuk. -hoahem-

jadi ceritanya gw baru saja menyelesaikan kewajiban gw sebagai moderator dalam acara eksplorasi kandidat ketua senat mahasiswa Fasilkom UI. dari tahun ke tahun, acara kayak begini memang biasanya makan waktu sampai malam, jadi… yah, butuh tenaga ekstra. dan sebagai orang yang in charge terhadap acara, gw nggak bisa dan nggak diperbolehkan meninggalkan ruangan sampai acara selesai. kapan acaranya selesai? kalau mau diteruskan sih bisa sampai malam… tapi sejak awal panitia sudah memutuskan untuk tidak akan membuat acara berjalan melewati pukul 2100. pertimbangannya sih (menurut gw selaku panitia acara) adalah untuk menghindari suatu keadaan di mana ‘acara makin nggak jelas dan orang-orang pada hilang’. yah, gitu deh.

di Fasilkom, seperti layaknya di berbagai tempat yang memiliki lembaga kemahasiswaan, ada suatu tahap dalam pemilihan raya (yang memilih calon ketua senat dan calon anggota badan perwakilan mahasiswa) yang bernama eksplorasi kandidat. di sini bisa dibilang ada ‘acara bantai-bantaian kandidat’. kasarnya sih begitu, walaupun sebenarnya nggak. ada dua orang kandidat kali ini: Yudi Ariawan (aka Yudi… nama yang mirip nama gw =! ) dan Fuady Rosma Hidayat (aka Fuady, atau Fu) yang mencalonkan diri menjadi ketua senat. gw jadi moderator merangkap mc. nggak masalah, sih. apalagi dikasih makan gratis, dan dikasih konsumsi pula (sejajar dengan panelis? gw tiba-tiba merasa jadi orang penting *doh* ). eh, ada kejadian yang agak menarik tadi.

ceritanya gw jadi moderator. biasa, acara beginian kan cenderung gaduh dan yah-begitulah.. tahu sendiri, orang-orang biasanya memiliki kadar ke-kritis-an yang lebih pada acara kayak begini. ceritanya waktu itu ada banyak orang mau mengajukan pertanyaan dalam forum diskusi umum, sementara dalam satu sesi cuma ada maksimal 3 orang. pilih mana? yang duluan? yang kelihatan? bingung deh.

“rekan panitia, bisa minta bantuannya untuk mengamati peserta yang angkat tangan?” gw coba minta bantuan ke rekan panitia.

“ini nggak efisien!” kata peserta.

“usul!” kata salah satu peserta. “bagaimana kalau diputuskan oleh moderator. anda kan punya kuasa di forum ini!” katanya sih begitu. intonasi agak tinggi.

“sebenarnya sih saya nggak merasa punya kekuasaan untuk mengatur anda semua…” gw bilang begitu. beberapa orang ketawa. gw nyengir. “..tapi itu nggak penting. baik, kalau begitu kita tetapkan bahwa mulai sekarang penanya akan ditentukan oleh moderator, dan tidak akan ada komplain lagi setelah ini. semua sepakat?” dengan intonasi agak tinggi juga. *serius mode:on* forum sepakat.

forum berjalan untuk beberapa saat.

“usul! untuk menghindari contek-contekan dalam menjawab pertanyaan, bagaimana bila jawaban kandidat dalam bentuk tertulis!” seorang peserta lain lagi. salah satu kandidat setuju dengan alasan yang senada.

wah. bakal repot, nih. gw udah males membayangkan gw harus membacakan jawaban orang.

“saudara moderator!” kata peserta yang tadi bertanya. “menurut saya, peserta berhak untuk meminta jawaban dengan cara apapun, baik lisan atau tulisan. kalau dilaksanakan seperti itu, hak saya dilanggar!”

gw hanya bereaksi dengan menempelkan dahi ke meja. nggak tahu, sih. tapi yang gw rasa adalah gw bersikap seolah gw sedang pusing gara-gara ngurusin beberapa anak kecil yang banyak maunya. beberapa orang ketawa lagi.

“jadi begini, saudara peserta. kalau dibilang saya berkuasa, saya katanya berkuasa. nah. sekarang kalau saya memutuskan hal seperti itu, nanti saya dibilang melanggar hak.” nyengir, diam sebentar. lalu switch ke *serious mode:on*. “baik. bisakah kita putuskan bahwa… (bla-bla-bla), dan tidak perlu ada polemik lagi, sepakat?” intonasi lebih tinggi dari sebelumnya. forum sepakat.

ada beberapa kejadian lagi, tapi selanjutnya berjalan normal.

nah. jadi. ternyata susah juga kalau jadi moderator. satu, kita nggak bisa ikutan mengkritisi kandidat. tapi gw memang nggak terlalu berminat, sih. dua, harus tahan menghadapi rasa *agak* bosan karena cuma duduk di depan dan ngomong sekali-sekali. tiga, harus bisa meng-handle keadaan tidak-terduga. apa lagi, yah? mungkin ada lagi, cuma gw nggak kepikiran.

..tapi lumayan juga, kok. setidaknya gw dapat konsumsi dan makan gratis. jarang-jarang, tuh. overall, acara berjalan lumayan lancar. terima kasih buat rekan-rekan panitia, saudara-saudara panelis, dan kedua calon kandidat. terima kasih juga terutama untuk seluruh peserta atas keikutsertaannya dalam eksplorasi kandidat ketua senat tahun ini.

…dan sekarang gw ngantuk. -hoahem-

shattered wish

sekali ini, izinkan gw ‘nyampah’ di sini.

i hate lies. at any cost. at any reason. yah, mungkin nggak bisa dibilang ‘at any cost’ atau ‘at any reason’ juga, sih. tentu saja ada keadaan-keadaan tertentu di mana berbohong dapat dikatakan sebagai tindakan yang ‘benar’. hal ini mencakup keadaan darurat, misalnya di mana kalau orang tidak berbohong, maka seseorang lain akan dibunuh. atau misalnya kalau ada sesuatu yang lebih penting yang harus dilindungi, dan orang tidak punya pilihan lain kecuali berbohong. kalau alasannya seperti itu sih nggak ada masalah. tapi, menurut gw, kalau alasannya adalah selain dari yang telah gw sebutkan di atas, maka hal itu sudah termasuk hal yang sangat-sangat gw benci. ok, untuk selanjutnya, mari kita batasi ‘kebohongan’ dalam tulisan ini pada keadaan-keadaan di luar ekstrem yang telah gw sebutkan tadi.

kenapa orang berbohong? jawabannya bisa macam-macam. mungkin karena takut. mungkin karena ingin terlihat kuat. mungkin karena ketidaksengajaan. mungkin karena tidak ingin menyakiti orang lain. mungkin juga karena dengan sengaja ingin membuat orang lain menderita. macam-macam, deh. dan masalah ini termasuk salah satu pertanyaan (dari banyak, banyak sekali pertanyaan gw) mengenai manusia yang sampai sekarang belum berhasil gw pahami sepenuhnya.

and once in my life, i have been through that.

i really hate lies. even a white lie. gw sangat membenci keadaan di mana gw dibohongi. rasanya seperti ada seseorang yang dengan sengaja mempermainkan gw, dan menertawakan penderitaan gw begitu gw mengetahui kebenarannya. bagus. biarkan saja cowok menyedihkan-dan-tidak-bisa-apa-apa ini menderita. nggak ada masalah, kan? siapa yang peduli? hebat.

kadang sakit sekali untuk menerima kenyataan. apalagi setelah seseorang berharap banyak. terlalu banyak, malah. tapi dengan segala sakit dan sedih itu, gw benar-benar muak ketika gw tahu bahwa selama ini gw cuma ‘dibiarkan tidak tahu’. bahwa selama ini gw dibohongi. ok, kenyataannya mungkin memang menyakitkan buat gw. lalu kenapa? i might get hurt when i learned about the truth, so what? why did i have to get hurt even worse for knowing that i have been lied all along? bagus. hebat. kalau mau bikin orang menderita, itu cara yang sangat bagus. simpan kenyataan yang menyakitkan, dan biarkan sampai orang-yang-menyedihkan ini tahu kebenarannya. ada dua keuntungan. satu, someone will get hurt for knowing the truth. dua, someone will get hurt even worse for knowing that he has been lied all along. hebat. that’s a double-blow.

someone told me that no matter how close we are to someone, no matter how much we trust someone, there is no one we can trust with all our hearts. i used to believe that. back then, many things happened, and i learned that i might be wrong. that i should try to believe once again. maybe…

unfortunately, i was (hurtfully) right. there are no such things. just when i tried to believe, my wish were shattered. with the childish look that i keep on losing in my eyes, i was wishing. and now, it shattered within the clench of my fist. a wish that will never reach. a wish that i should have thrown away long ago.

der wille zur macht

“Those who are too smart to engage in politics are punished by being governed by those who are dumber.”

-Plato-

ada hal yang menarik kalau kita bicara soal kekuasaan. dan tentu saja, masalah yang seperti ini nggak akan ada habisnya. dan ternyata, kita nggak perlu pergi jauh-jauh ke istana negara atau gedung putih, misalnya untuk mencari contoh. di sekitar kehidupan mahasiswa pun ada… dan kadang gw sendiri nggak mengerti akan apa yang sebenarnya diperjuangkan oleh orang-orang yang memperjuangkan sesuatu yang bernama ‘kekuasaan’ itu. tentu saja, biasanya hal seperti ini disertai alasan yang bagus-bagus. memperjuangkan kepentingan rakyat, misalnya. tapi alasan-alasan yang bagus ini, berdasarkan pengalaman gw, biasanya berakhir dengan ‘diam dan terlupakan’ oleh waktu. mungkin ada yang ‘sedikit teriak-teriak’, tapi toh akhirnya hilang juga. dan seringnya, gw nggak bisa mengerti kenapa beberapa orang begitu menginginkan kekuasaan, sedemikian buruknya sehingga mereka rela mengeluarkan harta dan tenaga hanya untuk mendapatkan sesuatu yang bernama ‘kekuasaan’ itu.

misalnya begini. pada suatu masa dalam kehidupan gw, gw berada di suatu kesempatan di mana ada seseorang yang menginginkan kekuasaan, dan orang lain menginginkan kekuasaan yang sama. yang satu berusaha membuktikan diri lebih layak daripada yang lain. hal yang sama berlaku sebaliknya. semua saling mengatakan hal yang baik-baik dan (kedengarannya) bagus. ada orang-orang lain yang kelihatannya bersikap kritis seolah tahu segalanya, dan mengkritik cenderung menjatuhkan orang-orang yang berada di depan, yang karena sesuatu hal menginginkan hal yang bernama ‘kekuasaan’ tersebut. i’m not used to trust people too much. dan waktu itu gw berpikir: we’ll see then, what’s going to happen. frankly, i don’t really care.

nah. akhirnya. salah satu orang berkuasa. lalu apa? yah. nggak ada masalah yang berarti. begini dan begitu, beberapa hal terjadi. sebagian baik. sebagian tidak berjalan terlalu baik. lalu apa? menurut gw nggak ada. apa yang sebenarnya mereka dulu inginkan? mendapatkan ketenaran karena kekuasaan? atau apa? dan setelah itu, proses ini berulang. yang lama pergi. yang baru datang. dan terjadilah hal yang sama. perebutan kekuasaan. saling mengklaim diri lebih baik. lalu? satu orang lagi berkuasa. dan terjadilah hal yang sama.

kadang gw nggak bisa mengerti kenapa orang begitu menginginkan kekuasaan. memerintah orang lain. mungkin beberapa ingin ‘melakukan sesuatu yang baik’. tapi kadang gw malah melihatnya sebagai parade perebutan kekuasaan yang menyedihkan. di satu sisi orang-orang yang (kelihatannya) pintar mengkritik, bahkan cenderung menjatuhkan pihak yang menginginkan kekuasaan. coba lihat proses eksplorasi kandidat pemimpin apapun di manapun. setelah itu, orang yang (kelihatannya) pintar-dan-tahu banyak tersebut masuk ke dalam lingkungan kekuasaan. apa yang terjadi? ternyata tidak sebaik dan sebagus yang bisa dikatakan. mungkin beberapa hal baik terjadi, tapi tidak sebaik ketika orang berbicara. contoh? lihat tokoh-tokoh gerakan mahasiswa jaman dulu, 1966, misalnya. beberapa dari mereka masuk dalam kekuasaan di negara ini. apa yang terjadi? yah. hidup mahasiswa. hampir tidak sebaik yang dulu mereka tuntut sambil turun ke jalan.

der wille zur macht. the will to rule. keinginan untuk menguasai. entahlah. kadang gw tidak mengerti mengenai hal seperti ini. apa yang sebenarnya manusia perjuangkan? ambisi? hasrat? kekuasaan?

…atau untuk berjuang demi banyak orang? mungkin… tapi gw nggak tahu kalau ada orang seperti ini, sekalipun banyak sekali orang-orang yang telah mencoba meyakinkan gw mengenai hal ini.