5 centimeters per second

Byousoku 5 Centimeter, atau dikenal juga dengan 5 Centimeters per Second, adalah sebuah film dalam format animasi yang disutradarai oleh Makoto Shinkai. film ini pertama kali dirilis pada Februari 2007 untuk konsumsi pemirsa via streaming di Yahoo! Japan, sebelum akhirnya dirilis untuk konsumsi bioskop dan DVD.

film ini memiliki judul lengkap 5 Centimeters per Second: a chain of short stories about their distance. tagline-nya sendiri cukup menjelaskan; film ini memang dibagi ke dalam tiga bagian cerita pendek sebagai bagian dari keseluruhan jalan cerita dari film dengan genre drama dan slice of life ini.

cerita dalam film ini terdiri atas tiga buah cerita pendek — atau episode, tergantung bagaimana anda memandangnya sih. masing-masing bagian mengisahkan perjalanan Takaki Tohno dalam latar waktu yang berbeda, dengan karakter-karakter lain yang tampil dalam masing-masing periode yang bersesuaian.

bagian pertama (‘The Chosen Cherry Blossom’) mengisahkan tentang Takaki Tohno dan Akari Shinohara kecil ketika mereka pertama kali berteman sampai setelah keduanya lulus dari sekolah dasar; pada saat ini Akari mengikuti keluarganya pindah ke Tochigi, sementara Takaki tetap tinggal di Tokyo.

bagian kedua (‘Cosmonaut’) menceritakan perjalanan Takaki sebagai siswa SMA setelah pindah dari Tokyo ke Kagoshima, sementara bagian terakhir (‘5 centimeters per second’) mengambil latar waktu beberapa tahun kemudian di mana Takaki dewasa kini sudah bekerja sebagai seorang programmer di Tokyo.

secara sederhana, film ini mengeksplorasi tema mengenai ‘jarak’ dan ‘perasaan’ dalam sebuah hubungan. tampil dengan tidak perlu terlalu banyak dialog dan tidak sampai terlalu-manis, storytelling menjadi salah satu highlight dari film ini. kalau boleh dibilang sih, film ini mengutamakan realisme yang dieksekusi dengan baik. melodramatik? bagusnya tidak, dan film ini cukup berhasil membangun jalan cerita yang solid dan efisien.

sisi lain dari film ini adalah penceritaan yang unik, dengan cukup banyak muatan yang disajikan secaraΒ subtle. cukup banyak elemen-elemen cerita yang dibiarkan tersirat dan membutuhkan interpretasi tersendiri dari masing-masing pemirsa, khususnya pada detail-detail tertentu dari jalan cerita.

tentu saja, hal yang perlu diperhatikan dari segi storyline adalah bahwa bagian awal film ini mengambil latar waktu pada periode di mana teknologi telepon selular masih belum banyak digunakan, sementara surat masih menjadi sarana yang dominan untuk komunikasi jarak jauh. hal yang menarik adalah bahwa film ini mengeksplorasi aspek tersebut dalam penceritaannya, dan dengan demikian menjelaskan berbagai konsekuensi terhadap keadaan dan hubungan dari masing-masing karakter pada film ini.

secara teknis, film ini sama sekali jauh dari buruk. desain karakter tidak benar-benar flashy, tapi toh karakter yang ada tetap tampil manusiawi dan likeable. visual tampil mendukung, dengan musik yang tampil manis terutama dengan aransemen piano yang sukses membangun suasana dengan baik di beberapa adegan.

khusus soal visual, film ini layak mendapatkan highlight tersendiri. coloring dan penggambaran latar menyumbang nilai tersendiri untuk departemen visual. satu hal yang layak diperhatikan juga adalah eksekusi komposisi warna untuk mood-dalam-adegan yang berhasil dengan baik dalam banyak adegan dari film ini.

dan bicara tentang visual atau musik, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah klip yang dirancang dan disajikan dengan manis sebagai konklusi dari cerita di akhir film. soundtrack yang diisi oleh Masayoshi Yamazaki dengan One More Time, One More Chance didukung dengan visual dan screenplay yang dieksekusi dengan rapi, berhasil dengan baik dalam memberikan penutup yang manis untuk film ini.

film ini… adalah film yang realistis. tema yang membumi dengan storytelling yang solid menjadi nilai tambah dari film ini, didukung dengan dialog yang tampil apa-adanya dan cukup pas tanpa sampai menjadi terlalu manis.

secara umum, film ini tampil memikat. pendekatan artistik yang diekseskusi dengan baik sepanjang film ditutup dengan klip yang tampil manis di akhir cerita, memberikan pengalaman tersendiri dari sebuah film animasi dengan genre drama.

jadi… yah. highly recommended, khususnya untuk anda yang yang berencana menghabiskan waktu dengan tontonan yang menyentuh di akhir minggu.

17 thoughts on “5 centimeters per second”

  1. Saya suka sekali film animasi ini! Kalau orang-orang bilang film ini sedih, buat saya justru film ini “membyat speechless”, terlalu realita, apalagi dengan ending klip itu. Duh.. ^^;;
    Btw, jadi ingat sebuah review dari sini
    Saya suka bagian :

    ..Pas sekali untuk membuat kesan hidup manusia berjalan lamban tapi tanpa disadari sebenarnya sangat cepat. Manusia sering saling berhubungan satu sama lain lalu lambat laun berpisah mengikuti jalan hidup masing-masing, bagaikan bunga sakura jatuh perlahan berguguran berpencar dari pohonnya dengan kecepatan 5 sentimeter per detik.

    Simply true :mrgreen:

    Reply
  2. Ending klipnya touching my heart….
    Idem ma frea…
    Speachless…
    Just like unbelievable…cant face reality…sampai2 saya review berkali-kali beberapa bagian tertentu…
    But….analogi dari yudi give me answer

    Reply
  3. But….analogi dari yudi give me answer

    analogi… maksudnya apa ya? walaupun ya kalau dibilang begitu, memang film ini cukup realistis, sih. mungkin juga di suatu tempat di suatu waktu ada juga cerita seperti itu di dunia nyata. who knows? πŸ˜‰

    Reply
  4. Ah, saya pernah senasib dengan Takaki di ep. 1, waktu dia hendak pindah ke Kagoshima. Berada pada situasi yang kita tau cepat atau lambat akan merusak hubungan, tapi tidak bisa menghindar. Surat2an itu hanya painkiller, bukan? 😐

    Jadi, yud, saya minta opini pribadimu tentang karakter Takaki Tohno. Terutama, apa yang semacam itu akan bisa jatuh cinta lagi? πŸ™„

    Reply
  5. Jadi, yud, saya minta opini pribadimu tentang karakter Takaki Tohno. Terutama, apa yang semacam itu akan bisa jatuh cinta lagi? πŸ™„

    gimana ya… mungkin susah juga sih. IMO salah satu faktornya adalah tidak ada sesuatu yang decisive untuk memutuskan bagi Takaki (dan Akari juga), dan setidaknya kita tahu bahwa masing-masing dari mereka punya perasaan mendalam terhadap yang lain.

    seandainya mereka sempat pacaran dan putus, atau misalnya masing-masing saling tahu bahwa Akari sudah akan menikah, mungkin akan lebih mudah bagi karakter seperti Takaki untuk melangkah dari masa lalu. IMO juga hal ini jadi seperti itu, karena faktor seperti ini tidak ada. sedikit (banyak?) bisa memahami juga, jadi begitulah.

    kalau kata seorang rekan sih, ‘love can only survive when there is hope exists that you would be able to win over that person you desire’. dipikir-pikir, mungkin ada benarnya juga sih. πŸ˜‰

    Reply
  6. Nongol lagi…hehe :mrgreen:
    Salah tulis,analogi–>maksudnya deskripsi…

    film ini cukup realistis, sih. mungkin juga di suatu tempat di suatu waktu ada juga cerita seperti itu di dunia nyata. who knows? πŸ˜‰

    kr realistis itulah saya sampai beberapa kali mereview bagian tertentu.
    Tadinya saya berfikir,sosok takaki ini menunjukkan kesetiaannamun kmd,saya berusaha mencari tau,apakah ada upaya takaki untuk menemukan akari dalam film ini?
    Klo memang bayangan akari mengganggu,CARI!!!
    Teman2 saya mengatakan saya orang yang bodoh.”Ada yang dekat kenapa sibuk mencari yang jauh dan g jelas?”
    Ok.mungkin memang saya bodoh,tapi dalam film ini saya ditunjukkan ada orang yang lebih bodoh.Karena tidak bisa lepas dari bayangan masa lalu yang g jelas,dan tidak berusaha mencari kejelasan
    klo tidak mau mencari,ya jangan menunggu,setia koq setengah2 πŸ‘Ώ
    Seperti yang yudi katakan

    misalnya masing-masing saling tahu bahwa Akari sudah akan menikah, mungkin akan lebih mudah bagi karakter seperti Takaki untuk melangkah dari masa lalu.

    So darimana bisa tau kalo tidak mencari tau..benar kan… πŸ˜‰

    β€˜love can only survive when there is hope exists that you would be able to win over that person you desire’

    mmm…hope… πŸ˜•
    IMO…what makes us have a hope?Is believe?Whatmakes us have a believe?Is efforts….. πŸ™‚
    *remind me lyrics of song When you believe OST prince of Egypt
    @Bro Jensen
    Honestly,saya menyukai cara masbro dalam menyampaikan pendapat
    *yang saya ingat adalah komen2 masbro di blog esensi dan khuchiki
    So..bila saya boleh berpendapat IMO masbro adalah orang yang berkarakter tegas.Maka dari pada itu bila saya boleh menyimpulkan ‘Kalopun masbro dulu pernah menjadi takaki,sekarang masbro g sebodoh takaki kan???
    Bila iya……Wah pembunuhan karakter !!! πŸ˜• 😑 :mrgreen:

    Reply
  7. @ Kazumi

    Honestly,saya menyukai cara masbro dalam menyampaikan pendapat

    Wah, makasih πŸ™‚

    β€˜Kalopun masbro dulu pernah menjadi takaki,sekarang masbro g sebodoh takaki kan???

    Ada beda nasib sih. Dulu, walopun sadar akan potensi faktor pemisah, saya sempat memacari dia, sebelum akhirnya putus. Jadi, saya punya garis batas yang jelas dengan “masa lalu” itu, walaupun sekarang masih belum punya “masa depan” tuk ditatap. (satu2nya kesamaan dengan Takaki, IMHO) πŸ˜‰

    Reply
  8. di mana bisa dapetnya? bisa beli di disctarra gak? kalo liat gambarnya sih kayanya keren banget, apalagi ditambah review yang keren juga, jadi pengen nonton, hehe..

    Reply

Leave a Reply to Kazumi Cancel reply