current music — alone

kalau mau jujur, ada saat-saat dalam perjalanan hidup gw yang digambarkan dengan baik oleh lagu ini. dan kalau mau jujur lagi, sebagian karena hal seperti itu juga lagu ini menjadi salah satu favorit gw sampai sekarang, walaupun sudah agak lama sejak lagu ini dirilis beberapa waktu yang lalu.

lagu ini dibawakan oleh Shimokawa Mikuni, yang pertama kali dikenal di J-Music dengan single believer ~tabidachi no uta (jp: believer ~a song of departure). dan untuk anda yang mengikuti serial Full Metal Panic! dan Grenadier, mungkin masih ingat dan familiar dengan suaranya yang memang mengisi OST di kedua serial tersebut.

dan saat ini (di tengah suasana hati yang sedang agak ‘tidak biasa’), gw sedang menulis sambil mendengarkan lagu ini. dan entah kenapa, lagu ini jadi terasa telak banget mengena ke gw -_-‘.

lyrics-nya dengan huruf italic, translations-nya dengan huruf plain. seperti biasa, mohon koreksi kalau ada salah translate.

Alone
Shimokawa Mikuni

kawaita kaze ga fuku
machi wa kogoeteiru
ikutsu no kisetsu ga sotto oto mo naku
sugisatta no darou

as the dry wind is blowing,
the city is getting colder
how many seasons has silently
passed, I wonder

yukikau hito wa minna
omoi nimotsu seotte
tooku ni yureru kagerou no naka ni
ashita wo mitsukeru

people are coming back and forth,
carrying heavy burdens on their backs [1]
within the wavering distant heat haze
searching for tomorrow [2]

kono te wo koboreochiru
suna no you na kanjou
ano toki mune ni sasatta
kotoba ga fui ni uzuku kedo

falling through my hand,
such feelings like a sand
what stabbed my heart back then [3]
words that now bring sudden pain, but

hatenai yoru wo kazoe nagara
jibun no kakera sagashiteita
ushinau hodo ni kono omoi ga
tashika ni natte ku

all the while over the endless nights,
I’ve been searching the fragments of myself
and when I nearly lost, this feeling
has become so certain

ima nara kitto aruhite yukeru
doko made mo

right now, I will keep walking
no matter how far [4]

doushite kono sora wa
konna ni hiroi no darou
sakende mite mo
koe ni naranakute

namida ga afureta

why is the sky
so wide, I wonder
although I tried to shout,
my voice wouldn’t come
and these tears started to fall

jiyuu ni kaze kitte
tori-tachi wa doko e yuku no
sugoshita jikan no you ni
onaji basho ni modorenai

cutting freely through the wind,
I wonder where the birds are going
just like the time that has passed,
they can’t go back to the same place

kono mama yume wo akiramete mo
takanaru kodou osae kirenai
itsuka wa kitto chikadzukitai
ano kumo no takasa

even if I give up my dreams like this,
it won’t be able to suppress my heartbeat
someday, surely, i want to get closer
to the height of that cloud

mou ichido kokoro ni tsubasa hiroge tabidatou
kanarazu tadoritsukeru hazu

spread the wings in my heart and leaving once again
I will reach it, definitely

hatenai yoru wo kazoe nagara
jibun no kakera sagashiteita
ushinau hodo ni kono omoi ga
tashika ni natte ku

all the while over the endless nights,
I’ve been searching the fragments of myself
and when I nearly lost, this feeling
has become so certain

ima nara kitto aruhite yukeru
doko made mo

right now, I will keep walking
no matter how far

 

 

___

footnote:

[1] secara harfiah, nimotsu artinya ‘baggage’ atau ‘luggage’. seou artinya ‘carry on back’. di sini, supaya lebih pas, gw menuliskan ‘carrying heavy burdens on their backs’. (omoi = ‘heavy’, tapi secara umum juga digunakan sebagai padanan kata ‘burden’)

[2] bahasa jepang sering menggunakan bentuk terbalik dalam menyatakan kalimat pekerjaan. konteks seharusnya ‘searching for tomorrow within the distant heat haze’, tapi karena gw menerjemahkan baris-per-baris, jadinya seperti itu.

[3] mune secara harfiah artinya ‘chest’. meskipun demikian, umum juga digunakan untuk konteks ‘heart’. tahu, kan, misalnya kalau di bahasa indonesia ada kalimat ‘di dalam dada’ padahal konteksnya ‘di dalam hati’

[4] doko made mo artinya ‘to anywhere’. bisa juga diterjemahkan ‘no matter how far’, maka gw menuliskannya seperti itu.

dragon sakura

kali ini, gw akan menulis mengenai sebuah drama (atau lebih tepatnya: j-drama) yang berjudul Dragon Sakura. jangan terlalu memikirkan mengenai nama yang ‘aneh’, sebab memang begitulah adanya. mungkin beberapa rekan yang paham bahasa inggris dan jepang akan sedikit mengernyitkan dahi mendengar judul ini… tapi untuk saat ini, mari kita biarkan saja apa adanya =)

Dragon Sakura (aka: Dragon Zakura) adalah sebuah drama yang memfokuskan ceritanya pada perjuangan sekelompok anak SMU untuk pergi ke Tokyo Daigaku atau Universitas Tokyo, yang juga dikenal dengan sebutan ‘Todai’. temanya cukup menarik, walaupun sebenarnya tidak terlalu baru juga. meskipun demikian, serial ini cukup mampu menjadikan tema tersebut sebagai dasar untuk sebuah tontonan yang cukup menghibur, dengan sedikit unsur komedi dalam kemasannya.

cerita berawal dari perjalanan Sakuragi Kenji, seorang pengacara yang hidup sederhana — kalau tidak bisa dibilang sangat pas-pasan — ke SMU Ryuzan yang terkenal sebagai sekolah ‘buangan’ di daerahnya. sehubungan dengan pekerjaannya yang berlokasi di wilayah hukum Tokyo, ia ditugaskan untuk menyelesaikan urusan hukum mengenai sekolah yang terancam bangkrut tersebut.

Sakuragi yang merasa bahwa SMU Ryuzan sebenarnya masih memiliki harapan, mengajukan proposal kepada para kreditor untuk mengizinkan agar SMU Ryuzan tetap berdiri. dengan catatan, SMU Ryuzan akan membentuk sebuah kelas khusus, dengan sebuah target: memasukkan 5 orang dari Ryuzan ke Todai dalam penerimaan mahasiswa baru tahun ini.

target yang nyaris mustahil, dengan pertaruhan kelangsungan hidup SMU Ryuzan. apalagi dengan fakta bahwa SMU Ryuzan adalah sekolah ‘buangan’ yang menduduki peringkat paling bawah di daerah tersebut…

kalau anda cukup familiar dengan konsep ‘guru gaul yang pernah jadi berandalan’ dalam drama, mungkin anda akan merasa sedikit familiar dengan konsep awal drama ini. karakter Sakuragi Kenji digambarkan sebagai pengacara yang di masa mudanya menjadi anggota geng balap motor… dan akhirnya menjadi ‘guru’ di kelas khusus yang dibentuk di SMU Ryuzan, lengkap dengan gaya mengajar yang ‘tidak biasa’. tapi meskipun demikian, ia tetap memiliki wibawa sebagai seorang ‘guru’, termasuk dengan sikapnya yang kadang agak keras terhadap murid-muridnya.

sebenarnya, cerita yang dibawakan sepanjang serial ini cukup baik… kalau anda bisa mengabaikan beberapa poin yang mungkin agak kurang masuk akal dalam cerita ini. sebagai contoh, sikap menentang guru-guru di sekolah yang ditampilkan tampak kurang realistis, demikian juga sikap dari orangtua dari beberapa murid yang duduk di kelas khusus. beberapa konflik yang ditampilkan memang berhasil memaksimalkan efek dramatisasi, namun sayangnya hal tersebut malah mengakibatkan penyampaiannya menjadi seolah mengabaikan realitas.

meskipun demikian, karakter-karakter yang ada di serial ini dieksplorasi dengan cukup baik, khususnya karakter dari murid-murid di kelas khusus. latar belakang keluarga masing-masing dijelaskan dengan cukup baik, lengkap dengan permasalahan pribadi masing-masing individu yang juga turut dieksplorasi — walaupun beberapa konflik yang ditampilkan tampak kurang realistis dalam penyampaiannya.

dari segi cast, serial ini bisa dikatakan cukup baik, walaupun tidak terlalu istimewa. karakter Sakuragi Kenji dibawakan dengan lumayan baik. karakter Mamako Ino yang menjadi rekan Sakuragi sebagai guru justru tampak lebih sebagai karakter sekunder. di sisi lain, peranan para aktor dan aktris muda yang memang cukup mendominasi cerita tampak tidak buruk… walaupun tidak terlalu istimewa juga.

well, tapi kemungkinan besar sih cewek-cewek akan cukup senang dan antusias mengikuti serial ini, karena ada cowok-cowok seperti Yajima Yuusuke dan Ogata Hideki dalam serial ini =). (Yama dan Teppei? terserah deh kalau cewek-cewek bilang mereka keren… *eh, gw gak ikutan lho*)

nah. sekarang soal musical scores-nya. aransemen yang jadi main theme-nya cukup catchy, dan lumayan baik dalam membawakan citra sebuah drama dengan genre school-life dan komedi. demikian juga insert song-nya yang berjudul Colorful yang dibawakan oleh Yamashita Tomohisa bisa dikatakan lumayan pas dalam beberapa adegan di beberapa episode. sementara itu, opening theme-nya yang berjudul Realize dibawakan oleh Melody, dengan kemasan yang mengajak kepala sedikit bergoyang selama opening. well, OST yang disajikan dalam serial ini memang cukup memorable.

overall, serial ini cukup enjoyable. walaupun ada beberapa kekurangan di bagian storyline, tapi kemasan yang baik bisa dikatakan cukup sukses menghasilkan tontonan yang menghibur. demikian juga OST yang cukup memorable dan lumayan enak didengar, turut menjadi nilai tambah bagi serial ini.

dan mungkin, untuk anda yang ingin sedikit bernostalgia dengan mengenang masa-masa SMU serta suasana menjelang SPMB, serial ini bisa menjadi pilihan yang baik. tentu saja, lengkap dengan pesan moral yang tersirat, dan trik-trik belajar yang mungkin akan kembali mengingatkan anda mengenai masa-masa sekolah dulu.

school rumble nigakki

masih dari anime School Rumble Nigakki (aka: School Rumble 2nd Term) yang sempat gw preview secara singkat beberapa waktu yang lalu, kali ini gw akan kembali menulis mengenai School Rumble Nigakki, yang saat ini direncanakan akan berjalan dalam 26 episode seperti halnya School Rumble season pertama.

diangkat dari serial komik shounen dengan judul yang sama, School Rumble adalah anime yang berangkat dari ide dan konsep dasar komiknya. nah, School Rumble Nigakki ini adalah lanjutan dari School Rumble season pertama, dengan tetap membawa konsep anime konyol-dan-menghibur. gaya parodi dari berbagai anime dan film yang sudah ada dipadukan dengan humor yang orisinil, dan ditampilkan dengan sangat baik oleh anime yang diproduksi oleh Comet Studio ini.

cerita masih melanjutkan season pertama di mana Harima Kenji masih memendam perasaannya terhadap Tsukamoto Tenma, dan masih dengan segala kesalahpahaman dan pengakuan cinta yang gagal total… sementara di sisi lain, Tenma tampaknya masih memiliki perasaan khusus terhadap Karasuma Ooji, rekan sekelasnya yang tidak banyak bicara dan sedikit ‘aneh’, namun (meskipun demikian!) tampaknya memiliki pesona tersendiri di mata Tenma. selain itu, berbagai intrik dan kekonyolan di sekolah, termasuk kisah murid-murid SMU tempat mereka bersekolah menjadi fokus cerita dalam serial ini.

untuk anda yang menikmati School Rumble season pertama (dan kemungkinan besar masih ingat dengan baik adegan-adegan yang ‘konyol dan nggak jelas’ dalam serial ini), kemungkinan besar akan menikmati dengan baik season keduanya. dengan genre school-life, komedi dan parodi berhasil menjadi daya tarik utama serial yang sangat populer di Jepang ini. tentu saja, masih dengan kemasan seperti season pertamanya yang memang cukup sukses menarik perhatian pemirsa.

jangan berharap terlalu banyak mengenai adegan yang serius (sumpah, anda tidak akan menemukannya di serial ini!), kecuali mungkin gaya parodi dari anime atau film yang ada. silakan sebutkan. Battle Royale? Saint Seiya? Cardcaptor Sakura? semua ada… dengan gaya parodi, tentunya. dan masih dengan resep yang cukup mampu membuat anda tertawa di depan TV atau komputer.

dari segi karakter, ada beberapa karakter dari season pertama yang kembali ditampilkan, di luar karakter-karakter yang memang cukup banyak dieksplorasi di season pertama. peranan empat sekawan Tsukamoto Tenma – Sawachika Eri – Suou Mikoto – Takano Akira memang masih memegang porsi yang cukup besar dalam serial ini, namun kali ini berbagi tempat dengan beberapa karakter yang sebelumnya tidak terlalu dominan. sebagai contoh, misalnya karakter Sagano Megumi dan Ichijou Karen diberikan porsi yang lebih besar dibandingkan sebelumnya. demikian juga karakter seperti Hiroyoshi Asou dan Ryuhei Suga tampak lebih banyak dieksplorasi dalam serial ini.

musical scores yang ditampilkan bisa dikatakan lumayan pas. beberapa aransemen berhasil dengan baik membawakan image beberapa karakter. kalau anda memperhatikan, karakter Hanai Haruki memiliki theme yang sebenarnya cukup catchy… demikian juga karakter Harima Kenji memiliki theme yang merupakan aransemen dari lagu Kaze ni Nosete dari season pertama yang dibawakan dalam versi instrumental. dan kalau anda memperhatikan lebih lanjut, anda akan menemukan bahwa Tsukamoto Yakumo memiliki theme yang diadaptasi dari lagu Yuugao dari season pertama, juga dalam versi instrumental.

dari segi OST, musik yang ada bisa dikatakan pas… meskipun season pertama sebenarnya masih sedikit lebih baik. di season pertama, lagu Scramble! dan Onna no Ko Otoko no Ko berhasil dengan baik dalam membawakan ciri khas School Rumble. sementara di season kedua, OP-theme diisi oleh lagu Sentimental Generation yang dibawakan oleh Tokitou Ami dengan tempo yang agak menghentak. ED-nya berjudul Kono Namida ga Aru Kara Tsugi no Ippo to Naru, yang kembali dibawakan oleh Tokitou Ami. lagunya bernuansa agak mild, dan walaupun agak kurang terasa ‘School Rumble’, bisa dikatakan cukup enak didengar. belakangan, sejak episode 17, ED-nya diisi oleh lagu Futari wa Wasurechau yang dibawakan oleh Koshimizu Ami, dengan kemasan yang lebih upbeat dan bernuansa ceria.

bila anda termasuk orang yang menonton anime-untuk-senang-senang, serial ini sangat layak jadi pilihan. berbagai adegan konyol menjadi keunggulan dari serial ini… lengkap dengan OST dan scores yang juga lumayan catchy. demikian juga adegan-adegan parodi yang memang bertebaran sepanjang serial ini, bisa dikatakan berkontribusi sangat besar dalam menghasilkan tontonan yang menghibur.

well, namanya juga School Rumble… jadi, silakan bersiap-siap untuk tertawa (atau minimal nyengir) di depan TV atau komputer. oh, iya. jangan lupa untuk memperhatikan keadaan sekitar. mungkin anda akan menarik perhatian orang-orang di sekitar kalau anda tertawa terlalu keras (hiperbola… mungkin. mungkin, lho).

kamen rider: the first

untuk anda yang sempat mengagumi aksi dari Takeshi Hongo dan Hayato Ichimonji dari seri pertama Kamen Rider, atau anda penggemar Kamen Rider generasi baru yang mungkin tidak sempat menyaksikan seri pertama dari franchise TOEI yang melegenda ini, Kamen Rider: The First (aka: Masked Rider: The First) mungkin layak untuk anda simak.

dirilis pada November 2005, kali ini TOEI merilis sebuah remake dari Kamen Rider original, yang serialnya pertama kali dirilis 35 tahun lalu. untuk fans Kamen Rider, bisa dikatakan bahwa film ini adalah Kamen Rider ‘lama rasa baru’. dengan ide cerita dan konsep yang semirip mungkin dari serial aslinya, Kamen Rider tertua dalam sejarah ini dicoba untuk ditampilkan dalam versi baru yang lebih gres.

cerita berjalan di seputar kehidupan Takeshi Hongo, seorang mahasiswa yang merangkap peneliti di Universitas Jounan. dikenal sebagai mahasiswa yang brilian, penelitiannya memperoleh perhatian dari Asuka Midorikawa, seorang wartawan yang akhirnya meliput penelitian Hongo di kampusnya.

di saat yang sama, sebuah organisasi teroris yang bernama Shocker ternyata tengah mengincar Hongo untuk dijadikan sampel dalam eksperimen human remodelling. Hongo diculik dalam perjalanan dari kampus, dan akhirnya dijadikan cyborg untuk bekerja sebagai prajurit organisasi tersebut. meskipun demikian, Hongo yang ternyata masih memiliki kesadaran akan dirinya akhirnya memutuskan untuk memberontak dari organisasi tersebut. hal ini mengakibatkan direkrutnya seorang Rider baru yang bernama Hayato Ichimonji, dengan kemampuan tempur yang setingkat dengan Hongo.

Hongo yang frustrasi akan keadaan dirinya sebagai cyborg, kini menghadapi masalah: di satu sisi, Asuka menganggapnya telah membunuh tunangan yang akan segera dinikahinya, sementara di sisi lain, ia sendiri dikejar oleh Ichimonji akibat perbuatannya memberontak dari organisasi…

dibuat sebagai remake dari serial Kamen Rider original, bisa dikatakan bahwa film ini adalah upaya TOEI untuk menyegarkan kembali kenangan mengenai Rider Ichigo (Number One) dan Rider Nigo (Number Two). dengan jalan cerita yang tidak jauh berbeda dari versi serialnya yang dirilis dulu, film ini mencoba ‘menghidupkan’ kembali Kamen Rider original dengan tampilan baru.

dari segi visual, bisa dikatakan bahwa film ini merupakan versi ‘canggih’ dari Kamen Rider original. desain Rider dan monster yang ada dimodifikasi, disesuaikan dengan masa kini. masih dengan bentuk Rider Number One dan Number Two yang asli, namun sedikit dimodifikasi sehingga tampak lebih pas untuk masa kini. demikian juga desain karakter antagonis, disesuaikan dan dimodifikasi dari versi aslinya. dan bisa dikatakan, bahwa hal tersebut berhasil dengan baik.

kelebihan lain ada di adegan pertempuran yang lumayan enak dilihat. koreografi dan martial-arts digarap dengan serius, walaupun ada beberapa bagian yang agak kurang masuk akal. VFX mengalir mulus, dan cukup sukses mengantarkan pertempuran yang lumayan seru. bisa dikatakan adegan-adegan pertempuran digarap dengan baik, walaupun tidak terlalu luar biasa juga.

namun sayangnya, kelebihan yang cukup baik di bagian VFX dan battle tidak diimbangi dengan akting yang memadai dari para pemain. karakter Takeshi Hongo tampak kurang pas sebagai seorang pemuda frustrasi sebelum akhirnya menemukan jalannya sendiri. demikian juga, karakter Asuka Midorikawa tampak kurang hidup dalam film ini. yang agak lumayan, mungkin cuma karakter Hayato Ichimonji yang bisa dibilang dibawakan dengan cukup baik.

dari segi storytelling, film ini juga tidak istimewa. cerita yang cukup panjang dan kompleks untuk konsumsi satu season terpaksa di-‘padat’-kan dalam sebuah film sepanjang 90 menit. dengan demikian, cerita yang ada terkesan mengalir secara kurang pas, dan cenderung agak terlalu cepat. demikian juga, side-story antara karakter Haruhiko dan Miyoko dalam film ini tampak kurang dieksplorasi, padahal side-story ini potensial menjadi poin yang menunjang kompleksitas cerita… namun sayangnya tidak berhasil dikembangkan dengan baik, dan akhirnya lebih terasa sebagai sekedar ‘tempelan’ saja.

akhirnya, sebagai remake dari dari Kamen Rider original, mungkin film ini bisa dikatakan cukup mampu memuaskan para penggemar setia Kamen Rider. meskipun demikian, bila anda mengharapkan sesuatu yang lebih, mungkin anda akan sedikit kecewa. termasuk, bila anda mengharapkan storyline yang kompleks, atau momen-momen yang akan tertinggal dalam ingatan setelah selesai menonton film ini.

well, tapi setidaknya, untuk sebuah edisi nostalgia (dalam format baru yang lebih canggih dan lebih ‘wah’ tentunya), Kamen Rider: The First bisa dikatakan cukup memuaskan bagi para penggemar Kamen Rider. tentu saja, lengkap dengan segala pernak-pernik Kamen Rider klasik, yang kembali ditampilkan dengan gaya baru.

1 LITRE no Namida OST – Only Human

tadinya, gw berpikir bahwa gw akan menuliskan lyrics dan translations dari OST 1 LITRE no Namida (aka: 1 Rittoru no Namida, Ichi Rittoru No Namida, 1 Litre of Tears) yang sempat gw review beberapa waktu yang lalu, hanya untuk lagu Konayuki dan March 9th yang dibawakan oleh Remioromen.

…yah, itu tadinya.

well, berhubung ternyata ada beberapa permintaan, termasuk look-up melalui search engine dan sampai ke sini, jadi kali ini gw menuliskan lirik dan terjemahan dari OST 1 LITRE no Namida yang berjudul Only Human yang dibawakan oleh K.

ini adalah bagian terakhir dari OST 1 LITRE no Namida, dan lagu ini bisa ditemukan di bagian ending theme setiap episodenya. kalau menurut gw sih, lagu ini bisa dibilang sangat mewakili semangat yang ingin disampaikan oleh serial tersebut. untuk anda yang sudah menonton filmnya, mungkin masih ingat bahwa lagu ini cukup berhasil menyisakan suasana sedih di akhir setiap episode =).

seperti biasa, lyrics-nya dengan huruf italic, translations dengan huruf plain. mohon koreksi kalau ada salah translate =)

Only Human
K

kanashimi no mukou kishi ni
hohoemi ga aru to iu yo…

on the other shore of sadness,
it is said that there is a smile…

kanashimi no mukou kishi ni
hohoemi ga aru to iu yo
tadoritsuku sono saki ni wa
nani ga bokura wo matteru

on the other shore of sadness,
it is said that there is a smile
but finally, when we arrived there, [1]
what has been waiting for us?

nigeru tame ja naku
yume ou tame ni
tabi ni deta hazusa
tooi natsu no ano hi…

the purpose is not to run away
it’s to run after the dream
maybe, we should have left on a trip [2]
to that distant day of the summer…

ashita sae mieta nara
tame iki mo nai kedo
nagare ni sakarau fune no you ni
ima wa mae e susume

even tomorrow, if you can see it [3]
although there is not really a reason
like a boat that goes against the stream
for now, move on forward

kurushimi no tsukita basho ni
shiawase ga matsu to iu yo
boku wa mada sagashite iru
kisetsu hazure no himawari

on the end of pains and hardships, [4]
it is said that happiness is waiting
as for me, i’m still searching
the sunflower of the end of season

kobushi nigirishime
asahi wo mateba
akai tsume ato ni
namida kirari ochiru…

even if you clench your fist,
waiting for the morning sun
leaving red marks on your nail,
and those tears started to drop…

kodoku ni mo nareta nara
tsukiakari tayori ni
hane naki tsubasa de tobidatou
motto mae e susume

even if you are left in loneliness,
only with the moonlight to rely on
fly with the featherless wings, [5]
more and more, move on forward

amagumo ga kireta nara
nureta michi kagayaku
yami dake ga oshiete kureru
tsuyoi, tsuyoi hikari
tsuyoku mae e susume

when the rain cloud is gone, [6]
the wet road will shine
only the darkness will tell me
a strong, strong light
be strong, move on forward

 

 

___

footnote:

[1] kata tadoritsuku artinya ‘to arrive after struggle’. tapi supaya lebih pas (dan lebih singkat), gw tulis ‘finally, when we arrived there’ di baris ini.

[2] hazu artinya kurang-lebih ‘it should be so’. deta ini bentuk masa lalu dari bentuk kata deru, artinya ‘to leave’. di sini gw tuliskan ‘maybe, we should have left…’

[3] kata mieta berasal dari bentuk kata dasar mieru (= ‘to be seen’), me-refer ke kata ashita (= ‘tomorrow’). di sini gw tulis sebagai ‘if you can see it’. konteksnya sih tidak jauh berbeda.

[4] di baris ini kalimat aslinya kurushimi no tsukita basho ni. kalau diartikan kata-per-kata, kurushimi (= ‘pains’, ‘hardships’), tsukiru (= ‘come to an end’ bentuk dasar dari tsukita), basho (= ‘place’). kalau diartikan secara harfiah jadinya ‘on the place where pains and hardships come to an end’. di sini gw tuliskan sebagai ‘on the end of pains and hardships’.

[5] hane naki tsubasa, kalau diartikan kata-per-kata, hane (= ‘feather’), naki (= ‘the deceased’), tsubasa (= ‘wings’). jadi kalau secara kata-per-kata artinya ‘wings with deceased feathers’. di sini gw tuliskan sebagai ‘featherless wings’

[6] kata kireta bentuk dasarnya adalah kireru (= ‘to wear out’, ‘to expire’). di sini gw menuliskannya sebagai ‘when the rain cloud is gone’. konteksnya sih tidak jauh berbeda. (amagumo = ‘rain cloud’)

___

dedicated to: those who seek the lyrics and translations
message: go check it (and tell me if you find any mistake) =)

1 LITRE no Namida OST – March 9th

masih dari drama 1 LITRE no Namida (aka: 1 Rittoru no Namida, Ichi Rittoru no Namida, 1 Litre of Tears) yang sempat gw review beberapa waktu yang lalu, kali ini gw mencoba menuliskan lyrics dan translations dari OST-nya yang berjudul March 9th (aka: san-gatsu kokono-ka).

lagu ini aslinya dibawakan oleh Remioromen, namun bila anda memperhatikan dramanya, lagu ini juga dinyanyikan dengan versi choir dalam salah satu episode. sebenarnya sih itu lagu yang sama, hanya saja ada beberapa bagian yang diedit, disesuaikan dengan kebutuhan filmnya.

lyrics-nya dengan huruf italic, translation-nya dengan huruf plain. berhubung gw mencoba menerjemahkan sendiri, jadi mohon koreksi kalau ada salah translate =)

March 9th (3 月 9 日) [1]
Remioromen

nagareru kisetsu no mannaka de
futo hi no nagasa wo kanjimasu
sewashiku sugiru hibi no naka ni
watashi to anata de yume wo egaku

in the midst of flowing seasons,
I suddenly feel the length of the days
in the midst of passing restless days,
you and I are painting our dreams

sangatsu no kaze ni omoi wo nosete
sakura no tsubomi wa haru e to tsudzukimasu

place our feelings in the wind of March [2]
where the sakura blossoms are going towards spring [3]

afuredasu hikari no tsubu ga
sukoshizutsu asa wo atatamemasu
ookina akubi wo shita ato ni
sukoshi tereteru anata no yoko de

grains of light are overflowing,
bit by bit, starting to warm the morning
and after a big yawn,
i’m feeling a bit awkward by your side

arata na sekai no iriguchi ni tachi
kidzuita koto wa hitori ja nai tte koto

standing at the door to a new world,
what I realized is that I’m not alone

hitomi wo tojireba anata ga
mabuta no ura ni iru koto de

dore hodo tsuyoku nareta deshou
anata ni totte watashi mo, sou de aritai…

if i close my eyes, you are
always behind my eyelids
isn’t that what made me stronger?
I, too, want to be like that for you…

suna bokori hakobu tsumoji kaze
sentakumono ni karamarimasu ga
hiru mae no sora no shiroi tsuki wa
nanda ka kirei de mitoremashita

the dust-carrying whirlwinds
are entangling the laundry
but the white moon before the noon sky
was so beautiful that I’m fascinated

umaku wa ikanu koto mo aru keredo
ten wo oogeba sore sae chiisakute

there are things that didn’t go well, but
compared to the sky, they seem so small

aoi sora wa rin to sunde
hitsuji kumo wa shizuka ni yureru
hana saku wo matsu yorokobi wo
wakachi aeru no de areba, sore wa shiawase

the blue sky, by the moment
the fluffy clouds are swaying quietly [4]
the pleasure of waiting for the blooming petals,
if we can share it, then that’s a blessing [5]

kono saki mo tonari de, sotto hohoende…

from now on, smile gently beside me…

hitomi wo tojireba anata ga
mabuta no ura ni iru koto de
dore hodo tsuyoku nareta deshou
anata ni totte watashi mo, sou de aritai…

if i close my eyes, you are
always behind my eyelids
isn’t that what made me stronger?
I, too, want to be like that for you…

check this for the file:

 

___

footnote:

[1] 3 月 9 日 dibaca ‘3-gatsu 9-ka’. karakter di sebelah ‘3’ adalah kanji dari gatsu (= bulan), dan di sebelah ‘9’ adalah kanji dari ka (= hari). diucapkan sebagai ‘san-gatsu kokono-ka’. sebutan ini digunakan untuk penamaan hari dan bulan dalam kalender.

[2] kata sangatsu secara harfiah berarti ‘bulan ke-3’. di Jepang, orang menyebutkan nama bulan dengan angka. jadi, sangatsu artinya bulan Maret. untuk bulan-bulan lain berlaku hal yang sama. misalnya gogatsu (bulan ke-5, Mei) atau juunigatsu (bulan ke-12, Desember).

[3] sakura no tsubomi dalam bahasa Inggris artinya ‘buds of cherry-blossom’, tapi berhubung jadinya agak kurang pas, gw menuliskan sebagai ‘sakura blossoms’. (sakura = cherry-blossom, tapi karena sebagian besar orang lebih familiar dengan kata sakura, gw memutuskan untuk tidak menggantinya)

[4] kata hitsuji dan kumo secara harfiah artinya ‘sheep’ dan ‘cloud’. di sini gw tuliskan sebagai ‘fluffy cloud’ (asosiasi dengan domba – mungkin seperti istilah wedhus gembel di sini? =P )

[5] wakachi aeru no deareba di sini adalah frase. di sini gw tuliskan sebagai ‘if we can share it’, me-refer ke kalimat di baris sebelumnya.

___

dedicated to: those who seek the lyrics + translations
message: go check it (and tell me if you find any mistake) =)

1 LITRE no Namida OST – Konayuki

untuk anda yang sudah menonton drama 1 LITRE no Namida (aka: 1 Rittoru no Namida, Ichi Rittoru no Namida, 1 Litre of Tears) yang sempat gw review beberapa waktu yang lalu dan tertarik dengan lagu yang jadi OST-nya, kali ini gw mencoba menuliskan lirik dan translation dari salah satu OST-nya.

kali ini, gw mencoba menuliskan lyrics dan translations dari lagu Konayuki yang dibawakan oleh Remioromen. lyrics-nya gw dapatkan setelah googling, dan dimodifikasi sedikit setelah cek ulang dengar lagunya (semoga gw nggak salah koreksi). untuk translation-nya, mohon koreksi kalau ada yang salah-salah.

lyrics-nya dengan huruf italic, translation-nya dengan huruf plain.

Konayuki (jp: powdered-snow)
Remioromen

konayuki, mau kisetsu wa
itsumo surechigai
hitogomi ni magiretemo
onaji sora miteru no ni

powdered-snow, within the revolving seasons
we always miss each other [1]
although we got separated within the crowd,
we look into the same sky

kaze ni fukarete
nita you ni kogoeru no ni

blown in the wind,
we feel the same chills

boku wa kimi no subete nado
shitte wa inai darou
soredemo ichiokunin kara
kimi wo mitsuketa yo

everything about you, [2]
guess I don’t really know
even so, from one hundred million
I still found you [3]

konkyo wa nai kedo
honki de omotterun da

although i’m not really sure, [4]
i’m seriously thinking about it

sasai na iiai mo nakute wararai, wararai
onaji jikan wo ikite nado ikenai
sunao ni narenai nara
yorokobi mo kanashimi mo munashii dake

if slight quarrels may lose our laughters
then we must not live in the same moment of time
if we can’t be honest to each other [5]
happiness and sadness are just empty

konayuki nee kokoro made shiroku somerareta nara
futari no kodoku wo wake au koto ga dekita no kai

powdered-snow, until our hearts become white-dyed
let us meet so that we can share our loneliness

boku wa kimi no kokoro ni, mimi wo oshiatete
sono koe no suru hou e sutto fukaku made
orite yukitai, soko de mou ichido aou

i want to put my ears into your heart
to hear the voice that gently leads into the depth
i want to go descend, and let us meet once again there

wakariaitai nante morarai, morarai
uwabe wo nadete ita no wa boku no hou
kimi no kajikanda te mo
nigirishimeru koto dake de tsunagatteta no ni

although I say that I want to understand,
but I can only stroke the surface of my words
even your hands that have become cold,
only by holding them tightly, we were connected

konayuki nee eien wo mae ni amari ni moroku
zaratsuku ASUFARUTO
no ue shimi ni natte yuku yo [6]

powdered-snow, even too fragile before the eternity
fell and became stain upon the rough asphalt

konayuki nee toki ni tayorinaku kokoro wa yureru
soredemo boku wa kimi no koto mamoritsudzuketai…

powdered-snow, in such time unreliable, shaking my heart
even so, I want to keep on protecting you…

konayuki nee kokoro made shiroku somerareta nara
futari no kodoku wo tsutsume sora ni kaesu kara…

powdered-snow, until our hearts become white-dyed
wrap up our loneliness, return it to the sky…

check this for the file:

Remioromen – Konayuki
(MP3, 192 kbps, 44 khz – 5:23)

___

footnote:

[1] kata surechigai di sini arti harfiahnya ‘chance to encounter’, tapi kalau diartikan dari bentuk kata surechigau, artinya ‘missing each other’

[2] bahasa jepang menggunakan bentuk yang terbalik dalam menyatakan kalimat pekerjaan. berhubung gw mencoba menerjemahkan baris-per-baris, jadi kesannya seperti terbalik. seharusnya memang terjemahannya ‘I guess I don’t know everything about you’

[3] sama seperti [2], seharusnya ‘I still found you from one hundred million people’. (ichioku = one hundred million)

[4] baris ini arti harfiahnya ‘although i don’t have any basis/foundation’, tapi secara umum digunakan untuk ungkapan ‘i’m not really sure’

[5] kata sunao arti harfiahnya ‘obedient’, tapi bisa juga diterjemahkan ‘honest’. konteksnya tidak terlalu berpengaruh, sih.

[6] kata ASUFARUTO ini adalah kata serapan dari bahasa inggris asphalt, dan ditulis dengan huruf katakana. seharusnya dituliskan ‘… ASPHALT no ue …’, tetapi untuk menghindari kebingungan karena nadanya nggak masuk, gw menuliskan ASUFARUTO.

___

dedicated to: those who seek the lyrics and translations
message: go check it (and tell me if you find any mistake) =)

komik shounen, shoujo, dan batas gender

komik shounen itu buat cowok. komik shoujo itu buat cewek.

…ah, kata siapa? =)

berdasarkan pengalaman gw, sebenarnya tidak selalu seperti itu, kok. walaupun awalnya mungkin demikian, tapi ternyata dalam perkembangannya batas segmen pasar kedua genre ini semakin tidak jelas. setidaknya, itulah yang gw rasakan saat ini.

oh. iya. sebelum anda pembaca bertambah bingung, mari kita perjelas dulu.

jadi begini. dalam teknik pembuatan manga (=komik jepang), ada dua mainstream yang memiliki ciri khas masing-masing dalam penggambaran di atas kertas, yaitu shounen dan shoujo. gw coba menjelaskan secara singkat di sini.

shounen (jp: boys) adalah gaya yang bisa dibilang ‘cowok banget’. biasanya membawakan tema yang agak berat atau petualangan – walaupun tidak semuanya demikian, dan biasanya berseri cukup panjang. salah satu ciri khasnya adalah tarikan garis yang tebal dan kuat, serta dalam beberapa kasus penggunaan kuas. beberapa contoh yang mungkin banyak dikenal, misalnya Rurouni Kenshin, Meitantei Conan, atau Get Backers. oh. iya. beberapa judul seperti Salad Days atau Kagetora juga termasuk komik shounen, walaupun temanya tidak seperti disebutkan di atas.

shoujo (jp: maidens, girls) adalah gaya yang ‘berbeda’: bisa dibilang, ‘cewek banget’. umumnya membawakan tema seperti romance atau komedi, walaupun hal ini tidak mutlak juga, sih. ciri khasnya, tarikan garisnya tipis, dan kadang tarikan garis bisa melewati panel komik. ciri khas lain, biasanya di komik jenis ini tone-nya agak lebih lembut dibandingkan komik shounen. contohnya misalnya Daa!Daa!Daa! (diterjemahkan: UFO Baby) dan imadoki!, serta Magic Knight Rayearth. judul yang agak baru misalnya Blue Sky Scramble! atau Nine Puzzle yang sudah bisa diperoleh di toko buku di tanah air.

nah. kelihatan, kan. dari namanya saja sudah ada pembatasan gender dari kedua genre tersebut. dan sebenarnya, sebagian karena hal itu juga sih, sehingga timbul ungkapan ‘komik shounen itu buat cowok’ dan ‘komik shoujo itu buat cewek’. iyalah, dari arti kata shounen dan shoujo saja sudah menjelaskan hal seperti itu!

tapi soal pembatasan segmen pasar ini sepertinya jadi agak kurang valid saat ini.

ada seorang rekan gw (cewek) yang cukup suka baca komik jepang. sekali waktu, gw melihatnya membaca majalah-komik Nakayoshi (ini… adalah majalah-komik yang terbit di sini, dikhususkan untuk memuat kompilasi komik shoujo). orangnya baik, dan lumayan kawaii… *gak penting*.

oh, wajar. begitu gw pikir. nggak aneh. tapi suatu saat, ketika gw sedang membaca komik Flame of Recca (ini komik shounen juga) yang baru gw beli,

“yud1, habis ini pinjem yah!”

…hah? gw malah nggak tahu anak ini suka baca komik shounen. dari tampangnya sih… kayaknya tidak. belakangan gw baru tahu bahwa dia ini cukup mengikuti beberapa serial komik shounen. Get Backers, Rurouni Kenshin, dan Flame of Recca adalah beberapa judul yang diperhatikan oleh anak ini.

nah. jadi hipotesa pertama tidak dapat diterima. komik shounen bukan cuma dibaca oleh cowok.

sekarang contoh lain.

ada seorang rekan gw (kali ini cowok). seperti halnya gw, dia ini juga cukup akrab dengan komik jepang. biasanya, gw numpang baca beberapa judul komik shounen yang dia beli. misalnya RAVE, atau Rurouni Kenshin. dalam beberapa kesempatan, giliran gw yang meminjamkan untuk beberapa judul. misalnya Flame of Recca atau Fantasista.

biasa, cowok baca komik shounen, pikir gw. tapi…

“eh, gw pinjem imadoki! nomor 4 sama 5 dong!”

yah, waktu itu dia sedang meminjam komik imadoki! (ini komik shoujo yang gw sebutkan tadi) ke seorang rekan gw yang lain.

hm. ternyata ada juga cowok yang tertarik dengan komik shoujo. begitu gw pikir.

jadi hipotesa kedua tidak dapat diterima. komik shoujo bukan cuma dibaca oleh cewek.

…dan menurut gw sih hal seperti itu ada bagusnya juga. maksud gw, untuk memahami antara dua hal yang berbeda, diperlukan pemahaman yang menyeluruh dari kedua sisi. dan menurut gw, sebenarnya masing-masing punya kelebihannya sendiri, kok.

ngomong-ngomong, soal komik shounen dan shoujo ini juga sempat memicu ‘perdebatan’ yang sebenarnya tidak penting-penting amat, tapi menarik untuk gw dengarkan =).

ada dua orang tokoh. rekan gw yang pertama (cewek, pembaca setia komik shoujo) dan rekan gw yang kedua (cowok, pecinta komik shounen). gw sih nonton aja.

“komik shounen itu vulgar!” kata rekan gw yang pertama. “masak gambar cewek aja sampai kayak… (begini dan begitu). nggak ada bagus-bagusnya!”

*gw nyengir. gak semua komik shounen kayak begitu, kok*

“daripada komik shoujo, gambarnya cowok cantik semua?” rekan gw yang kedua menjawab. “terus ngomongnya ‘iya, aku data~~ng’ sambil dipenuhi bunga begitu…”

*apa iya… gw mikir*

“tapi cowok komik shoujo itu manis! itu yang namanya keindahan! daripada komik shounen kalau gambar cewek sampai kayak begitu..”

“lho. gambar cewek di komik shounen itu juga keindahan, tahu… =P” rekan gw yang kedua menukas, sambil senyum-senyum aneh.

(si~~ng) *sunyi sejenak*

“…piktor!” (sambil nunjuk muka rekan gw yang pertama)

*gw ngakak*

(dan seterusnya)

well, kalau menurut gw sih sebenarnya masing-masing punya kelebihan sendiri. gw cukup suka baca komik shounen, tapi nggak menolak kalau ada yang punya komik shoujo dan bersedia meminjamkan ke gw. gw suka baca Saiyuki yang action-nya cukup seru, tetapi gw juga menikmati baca imadoki! yang menurut gw ceritanya cukup bagus. gw cukup suka baca Salad Days, tetapi gw juga bisa menikmati Mirumo de Pon! yang menurut gw cukup menghibur dan bisa bikin nyengir.

dan menurut gw sih, soal batasan gender ini sebenarnya kurang valid untuk saat ini. maksudnya, selain cewek-cewek yang membaca komik shounen (saja!) atau cowok-cowok yang lebih suka baca komik shoujo (saja!) (…fenomena yang terbalik? tapi ada lho) atau yang ‘seharusnya’ (shounen untuk cowok dan shoujo untuk cewek), gw melihat lebih banyak lagi pembaca (baik cowok maupun cewek) yang mengikuti kedua genre tersebut.

jadi kalau ada cewek membaca Tennis no Oujisama (diterjemahkan: Prince of Tennis) atau Saiyuki, sambil membaca beberapa komik shoujo, menurut gw itu normal. kenyataannya, gw melihat banyak yang seperti itu. sebaliknya, kalau ada cowok yang membaca Flame of Recca sementara beberapa hari kemudian membaca imadoki!, itu juga bukanlah hal yang aneh. sekali lagi, gw melihat banyak hal yang seperti itu.

mungkin memang awalnya genre komik shounen didesain untuk memenuhi kebutuhan pembaca cowok, dan genre komik shoujo didesain untuk memenuhi kebutuhan pembaca cewek. dan hasilnya, memang cukup sukses menghasilkan ciri yang khas dari masing-masing genre tersebut.

tapi kenyataannya, tampaknya saat ini genre komik shounen dan shoujo tidak membatasi pembacanya berdasarkan gender, tuh.

…bagaimana menurut anda?

one litre of tears

liburan ini, setelah dan selain beberapa hal yang gw kerjakan, gw mencoba menghabiskan waktu dengan nonton film dan drama. salah satunya adalah drama yang berjudul 1 LITRE no Namida (judul asli: 1 Rittoru no Namida, atau Ichi Rittoru no Namida), atau dikenal juga dengan sebutan 1 Litre of Tears. ini adalah salah satu J-Drama yang… kalau menurut seorang rekan gw, ‘buagus buanget’, dan disebutkan oleh rekan gw yang lain sebagai ‘wajib nonton’. begitulah pokoknya.

berawal sejak berminggu-minggu (eh… atau berbulan-bulan?) yang lalu, seorang rekan gw yang bernama miranti meminjamkan satu keping DVD yang berisi 11 episode drama ini dalam format DivX. namun, karena berbagai kesibukan *alah*, gw baru bisa menontonnya sampai complete minggu lalu. dan ternyata? nggak salah gw meminjam. space 3.90 GB di harddisk gw pun nggak sayang untuk menampung serial yang satu ini.

nah. cukup basa-basinya.

Ikeuchi Aya adalah seorang gadis berusia 15 tahun yang baru menjalani tahun pertamanya di SMU. meskipun demikian, kehidupannya yang seharusnya bahagia tersebut dirusak oleh sebuah penyakit bernama Spinocerebellar Degeneration Disease yang sedikit demi sedikit mengurangi fungsi motoriknya. penyakit ini menyerang otak kecil, dan mengakibatkan penderitanya sedikit-demi sedikit menjadi tidak bisa mengendalikan gerakan dan sering jatuh, serta kesulitan berjalan, makan, dan bicara. dan akhirnya, penderita akan mengalami kelumpuhan seluruh tubuh. Aya yang seharusnya sedang menghadapi masa-masa SMU yang paling bahagia dalam hidupnya, tiba-tiba harus menghadapi kenyataan yang kejam dengan penyakit yang tidak bisa disembuhkan ini…

diangkat dari kisah nyata seorang wanita bernama Aya Kitou di Jepang, 1 LITRE no Namida adalah judul sebuah diary milik beliau yang dipublikasikan di Jepang. nah, versi drama ini adalah fiksi yang diangkat dari kisah nyata beliau. nama tokoh utamanya sendiri dibuat berbeda (Aya Ikeuchi, bukan Aya Kitou), walaupun keadaan di sekitarnya mirip. misalnya, tokoh Aya yang digambarkan memiliki tiga orang adik yang bernama Ako, Hiroki, dan Rika, sama seperti keadaan sebenarnya. lebih detail bisa dilihat di ending theme serialnya.

ceritanya sedih? memang. untuk beberapa orang, mungkin bisa benar-benar menghabiskan satu liter air mata seperti judulnya (eh, gw serius lho. sangat-sangat-sangat langka ada sebuah film yang bisa bikin gw sampai hampir nangis =P). bisa dikatakan, akhir dari cerita ini sudah dapat ditebak dari episode pertama. tapi kekuatan serial ini bukanlah di bagian tersebut. pengembangan ceritanya sangat baik. walaupun akhir cerita dapat ditebak, tapi plot dan skenarionya dibuat sedemikian rupa. membosankan? jauh dari itu. silakan nonton sendiri. contoh yang sangat baik untuk serial dengan plot-twisting untuk tema yang sederhana.

pengembangan karakternya sangat baik. tokoh Aya Ikeuchi sejak masih baru di SMU, masuk ke rumah sakit, hingga usia 20 tahun dikembangkan dengan sangat baik dalam serial ini. demikian juga tokoh lain, misalnya Haruto Asou yang merupakan teman sekelas Aya. perkembangan karakternya sejak dia masih SMU hingga akhirnya menjadi mahasiswa di universitas digambarkan dengan sangat baik. well, drama ini memang menggunakan latar waktu yang cukup panjang.

karakter lain? keluarga tokoh utama diberikan porsi yang cukup besar dalam serial ini. Too-san (ayah) dan Kaa-san (ibu) keluarga Ikeuchi bisa dibilang… yah, pas-lah aktingnya. adik-adiknya juga turut menyumbang peran yang besar dalam film ini. bahkan dalam salah satu episode, bagian keluarga ini sempat menjadi salah satu bagian yang… well, berkesan dalam serial ini.

musiknya… well, dalam skala 1 sampai 10, mungkin gw akan bilang 9.8. aransemen dari pak Susumu Ueda cukup sukses membangun suasana dalam adegan-adegan yang bisa membuat penonton meneteskan air mata. aransemennya membangun suasana yang kuat, dan bagus banget T_T.

tapi itu belum semuanya. OST yang jadi ending theme-nya yang berjudul Only Human yang dinyanyikan oleh K lumayan enak, dan bisa dibilang mencerminkan semangat filmnya. dan yang paling mengesankan, mungkin lagu Konayuki dan March 9th yang dibawakan oleh Remioromen. lagu Konayuki yang jadi insert song bisa dibilang sukses membuat beberapa orang rekan gw meneteskan air mata saat nonton salah satu episode… pokoknya kalau soal sound, top-lah. bisa dibilang salah satu keunggulan utama serial ini adalah di musical scores-nya.

ini film sedih. seberapa sedih? yah… tergantung, sih. tapi mungkin untuk beberapa orang cewek (dan cowok juga, sih =P) yang gampang tersentuh dan berencana nonton serial ini, gw menyarankan untuk menyiapkan sekotak tisu di dekat TV atau komputer. oh. iya. mungkin… buat cowok-cowok yang suka sok-kuat dan sok-kurang-peduli, nggak ada salahnya kok mengakui bahwa cowok juga bisa menangis =). gw sih… nggak sampai menangis. cuma ‘hampir’ aja, kok *pengalaman pribadi* =P.

kalau anda mencari drama yang bagus, silakan nonton serial ini. mungkin akan ada satu liter air mata yang menetes (hiperbola… mungkin. mungkin lho), tapi gw cukup yakin bahwa hal itu bukanlah hal yang memalukan. maksud gw, menangis itu nggak apa-apa, kok. banyak kok yang kayak begitu =P

mungkin, sebagai penutup, gw mencoba menuliskan potongan lirik lagu dari Remioromen yang berjudul March 9th (atau dikenal juga dengan judul san-gatsu no-ka). lagu ini… well, bisa dibilang membawa pesan yang ingin disampaikan oleh serial ini.

liriknya dengan huruf italic, terjemahannya gw tulis dengan huruf plain.

arata na sekai no iriguchi ni tachi
kidzuita koto wa hitori ja nai tte koto

standing at the door to a new world,
what I realized is that I’m not alone

hitomi wo tojireba anata ga
mabuta no ura ni iru koto de

if I close my eyes,
I see you behind my eyelids

dore hodo tsuyoku nareta deshou
anata ni totte watashi mo sou de aritai…

isn’t that what made me stronger?
I, too, want to be like that for you…

-Remioromen-
-March 9th-

___

special thanks: miranti
message: itsumo, doumo arigatou…

garo

GARO yang akan gw tulis di sini kali ini adalah salah satu serial jepang yang bergenre tokusatsu (=live action hero). ada yang pernah dengar? kalau nggak sih kayaknya wajar… =)

oh iya. buat yang belum tahu ‘tokusatsu’ itu apa, tokusatsu adalah salah satu genre dalam serial jepang yang intinya adalah live action hero, atau gampangnya ‘pahlawan berubah wujud’. bentuknya biasanya drama (bukan animasi atau kartun), dan biasanya temanya ‘jagoan vs monster’. kalau tahu Kamen Rider, kira-kira seperti itu-lah. sebenarnya gw nggak terlalu doyan genre kayak begini (karena biasanya target pemirsanya anak-anak, dan ceritanya gampang ditebak), tapi yang satu ini berbeda dari yang lain.

langsung saja deh. GARO adalah serial tokusatsu yang bercerita mengenai para Makai Knights (=underworld knights) yang bertugas membasmi Horror (=monster pengganggu hidup manusia, biasalah di serial kayak begini) secara rahasia. jadi intinya sih anggap saja ada Makai Knights (anggap saja ini jagoannya =) ) dan Horror (ini penjahatnya =) ). gampangnya sih begitu, walaupun plotnya juga sebenarnya tidak sesederhana itu. belakangan, plotnya memang berkembang ke arah agak tak terduga… begitulah pokoknya.

ceritanya berjalan di sekitar kehidupan Saejima Kouga sebagai seorang Makai Knight yang bertugas memburu Horror yang menjadikan manusia sebagai makanan. Kouga adalah seorang Makai Knight yang memiliki sebutan ‘Garo’, yaitu seorang Makai Knight first line (ada beberapa line Makai Knight di sini) yang berhak mengenakan Golden Armor dalam pertarungannya dalam membasmi Horror.

dalam salah satu pertempuran, Kouga bertemu dengan Mitsuki Kaoru, seorang gadis yang sepertinya memiliki ingatan aneh mengenai golden knights dari masa kecilnya. dalam pertempuran tersebut, Kaoru yang terkena semburan darah dari Horror yang dibunuh seharusnya dihabisi di tempat. meskipun demikian, Kouga akhirnya memutuskan untuk membiarkannya hidup, yang mengakibatkan berbagai pertentangan dari pihak Makai Knights tempatnya bekerja…

biasanya sih, tokusatsu itu untuk anak-anak. tidak untuk yang ini. ada agak banyak content yang menurut gw tidak sesuai untuk anak-anak. menurut gw sih ratingnya paling tidak 13+ atau T. kenapa begitu? well, ada kata-kata kasar, beberapa adegan kekerasan, perilaku menyimpang, dan dalam beberapa kasus, pertarungan yang agak berdarah-darah.

dari segi visual, serial ini membawa suasana yang agak gothic dan gelap, walaupun setting-nya di Jepang. yah, event-event yang ada memang kebanyakan menggunakan latar yang gelap, jadi suasananya bisa dibilang agak muram, walaupun tidak selalu demikian juga. desain latar dan karakternya agak-agak gothic. hal ini terlihat jelas dari desain pakaian beberapa karakter, misalnya Saejima Kouga dan Suzumura Rei. tempat-tempat berlangsungnya event juga cenderung bernuansa gelap dan muram. yah, pokoknya nuansanya agak ‘gelap’.

VFX? special effect jadi keunggulan utama serial ini. nggak usah ditanya, deh. penggunaan VFX, terutama dalam adegan battle, sukses menyajikan tontonan yang seru. bantuan CG untuk menyajikan beberapa dunia cukup sukses membawa suasana ‘dunia lain’. efek-efek yang ada dalam pertarungan pun mengalir mulus. top-lah pokoknya.

kelebihan lainnya ada di adegan battle. koreografi digarap dengan sangat baik, dan menumpukan sisi martial arts dari masing-masing karakter. gaya bertarung Saejima Kouga yang menggunakan katana atau Suzumura Rei yang menggunakan dual katana digarap dengan baik. monster yang ada juga berbentuk humanoid, memungkinkan penggarapan martial arts dalam pertarungan secara maksimal.

storyline… lumayan baik, tapi masih ada kekurangan. penyampaian cerita di beberapa poin terasa agak hambar dan tergesa-gesa, walaupun ada juga bagian-bagian yang digambarkan dengan baik. masa lalu dari karakter-karakter yang membentuk kepribadian mereka dijelaskan dengan baik, walaupun kadang terasa agak kurang pas dalam penyampaian. plot yang ada sebenarnya berpotensi untuk jadi ‘kompleks dan bagus’, tapi sayangnya dalam pengembangannya jadi terasa agak datar.

…apa lagi yah? sound… FX-nya sih lumayan. tapi soundtrack-nya biasa-biasa. tidak buruk, tapi tidak terlalu bagus juga. tidak istimewa. desain armor-nya lumayan keren, walaupun agak kurang sesuai dengan tren tokusatsu yang ada. bagus sih begitu.

yah. akhirnya. bila anda adalah penggemar tokusatsu dan menyukai action dan VFX yang keren, silakan menonton GARO. kemungkinan sih anda akan terpuaskan. tapi kalau anda mencari storyline yang kompleks, mungkin akan merasa agak-gimana-gitu ketika menyaksikan serial ini sampai akhir.

oh. iya. satu lagi, kalau anda agak kurang suka suasana yang muram, dan mungkin agak kurang suka dengan content yang agak angsty dan sedikit berat, sebaiknya anda jangan nonton. dan yang cukup penting: jangan biarkan adik atau saudara anda yang masih di bawah umur menonton ini. ada beberapa content yang bukan untuk anak-anak. termasuk, perilaku menyimpang, kekerasan, dan sedikit gore.

…well, mungkin beberapa orang akan mengatakan cukup bagus. tapi bukan untuk selera semua orang, sih.